Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Percakapan Bernas (01) Century dan Centaur

17 Desember 2009   03:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya mempercakapkan tentang Century, sebagai rakyat sudah muak benar----sudah mau meledak batok kepala ini--- rasanya; tetapi kalangan lingkungan rumah Cik Qodir, terpaksa kumpul juga ke rumah itu---karena ada tamu terhormat datang, yakni Cik Yung.  Kalau bicara siapa yang berjasa di republik ini----inilah salah satunya : Cik Yung.


Umur 15 tahun ia telah memanggul L.E,  berjalan kaki ratusan kilometer---karena pasukannya ingin melepaskan diri dari kepungan Belanda pada Agresi pertama.  Kemudian pasukan itu bisa memukul Belanda dari belakang  front mereka. Kota Medan bisa lagi dalam gengaman pasukan Tentara RI dan laskar pemuda.  Kalau dibanding dengan para jenderal yang tidak pernah menang perang----Cik Yung lebih hebat.


Pengalaman gerilya-nya itulah yang menampilkan dia menjadi "tukang membuka hutan" untuk membangun perkebunan kelapa sawit.  Tukang pukul, preman, bandit, gerombolan, pendekar, jawara, harimau, beruang, ular python, King Cobra---apa saja takut padanya. Umurnya saat ini 79 tahun---tetapi ia sehat dan tangkas.  Orang memanggilnya Pak Jenderal---sejak dari Aceh hingga Banten. Last but Least dia Veteran Pejuang Kemerdekaan RI.


Dia datang bertamu ke rumah Cik Qodir----maka dikumpulkan-lah para tetangga yang selama ini sering mengobrol di rumah Cik Qodir itu. Semula tetangga Cik Qodir menduga ini bakalan bicara soal Bank Century---mereka muak, mau muntah melihat skenario cerita BC ini---dari segi korupsi-nya skenario mengagumkan beraninya, dari segi nasionalime skenario ini memuakkan dan menjijikkan---dari segi kualitas negarawan negeri Res Publika---wah ini  kedunguan, rakyat jenuh, malu dan mau muntah. Makin lama makin jelas betapa konyolnya negeri ini.

"Tidak, kita tidak membicarakan Bank Century,  BPK sudah memberikan hasil audit investigasinya kepada DPR---DPR sudah membentuk Panitia Angket Bank Century, apalagi, kita tunggu saja kerja mereka",  kata  Cik Yung.

"Begini Cik, kita juga takut nanti digolongkan anasir makar Cik" , kata Pak Jalal

"Siapa bilang makar , ha ?"

"Dinas Rahasia Cik",  sahut si Marihot pula

"Dinas Rahasia apa.  Savak--- Mossad---CIA---GRU ?"  tegas Cik Yung

"Kalian tahu Savak, dinas rahasia yang dibentuk Shah Iran untuk menegakkan dan menopang kekuasaan-nya ?  Kalau sudah korup sesuatu pemerintahan, takkan kuat melawan ‘people power',  ia terguling", kata Cik Yung.  "Bergulingan---lihat Korea Selatan , berapa orang presidennya yang korup di bawa ke pengadilan, Korea Selatan contoh ---bagaimana negara demokrasi menyelesaikan masalah korupsinya. Tenang sajalah. "

"Aku pun sebetulnya sudah muak , melihat cara kita berpolitik ini---politik one-two, seperti dua petinju yang saling menjajaki lawan. Aku sukanya pukulan straight, paling tidak hook yang telak-lah---dan KO, " lagak  Cik Yung

kemudian mereka beralihlah ke masalah-masalah ekonomi---ekonomi kerakyatan. Pemerintah harus melaksanakan konstitusi : demokrasi ekonomi---perkuatlah  ekonomi dalam negeri.  "Kalau tidak, negara kita akan digulung oleh demikian banyak ---pertemuan-pertemuan internasional, konsensus---proses globalisasi---ekonomi pasar tanpa proteksi, itu semua cara neo imperialisme menjadikan kita pasar.  Mereka seolah-olah mensupport kita, memuji kita, ada kemajuan, ada pertumbuhan---tetapi pertumbuhan itu disupport untuk menjadikan kita pasar potensiil. Domestik harus diperkuat !"  kata Cik Yung.

"Saya setuju pemikiran pak Cik---WTO, organisasi perdagangan dunia itu, sekarang kita akan terbawa arus----petani kita akan tercekik, kalau pemerintah tidak lagi memberi subsidi----petani mereka, mereka subsidi dengan  bermacam trik yang canggih, petani mereka sudah dipersiapkan, kita belum siap---tetapi jadwal sudah harus kita masuki. "  kata bapak muda yang berkaca mata.

"Konsep mereka mengenai "free trade"---kita ikuti, tetapi dalam negeri kekuatan tidak juga dipersiapkan---di Asean pun kita bisa keteter lho, " sambungnya lagi. Dia kemukakan pula Asean akan melakukan wilayah langit terbang bebas. Apakah maskapai nasional kita siap. Ban pesawat pun kempes-kempes melulu.  Huh !

"Memang kita banyak teledor, membuang-buang waktu saja---sistem kita juga tidak mendukung, birokrasi kita apalagi----bambungan.  Bagaimana mau investasi meningkat, kondisi tetap tidak kondusif " jelas Cik Yung

"Waktu lima tahun itu , tidak terasa---akan bertele-tele, terbuang percuma"  kata Cik Yung lagi

"Pak jangan-jangan ini, justru permainan spionase asing----menghambat dan mensabotase perkembangan kita " statemen si Bejo yang duduk dipojok.

"Bisa juga---karena di luar Indonesia itu harus kita sikapi sebagai lawan potensial kita.  Mereka melakukan macam-macam perang, perang diplomasi, baik multilateral---apa bilateral, atau bahkan via PBB.  Mereka juga melakukan kegiatan perang intelijen  ke segala aspek berbangsa dan bernegara kita. Lha ini yang harusnya menjadi  tugas BIN dan badan-badan lain sejenis atau organ kita , seperti Deparlu, yah semuanya lah . Waspadalah ," kata Cik Yung.

"Tetapi itu tadi, manajemen nasional kita ini harusnya bekerja dengan cerdik dan cerdas. "  Semua terdiam sejenak.

"Tadi kita menyenggol kata-kata century---dari aspek pengawasan bank yang dilakukan BI, istilahnya lemah pengawasan---kalau terus-menerus lemah, tidak ada perbaikan kinerja---itu artinya kedunguan bangsa kita. Bangsa kita lagi yang harus memperbaiki Budayanya.  Pendidikan---paradigma berpikir---sikap inovatif----yah sikap progresif-lah. Komitmen untuk maju, berkembang---mengelola perobahan dengan cerdas. Panta Rei, kata Heroklitos ", kuliah Cik Yung

"Kalau terus-terusan kategori kesalahan---ke-alpaan---jatuh dalam kerugian koruptif yang sama, itu namanya dungu. Budaya Retrogresif, "   sergah Cik Yung lagi.      Pendengar mengangguk-angguk-kan kepala mereka.            Mulai mengantuk.

"Lantas apa yang harus kita perbuat Cik ?" tanya Cik Qodir.

"Revolusi Kebudayaan !"

"Rombak total,  fokuskan kebudayaan pada akar permasalahan----segala penghambat kemajuan leburkan. ‘Menjebol dan membangun itu hakekat revolusi'...........kata Bung Karno." Diselipkan-nya pula kutipan antik oleh Cik Yung

"Aku sudah tua---selalu kok orang berbicara dan aku mendengarkan, melihat televisi, membaca koran---terjadi disorientasi dalam benak-ku. Selalu kalau ada kata-kata century,  aku latah pada kata-kata Centaur (baca sen'tawe). Centaur adalah tokoh mitologi Yunani kuna----ia mahluk berbadan kuda tetapi sejak kaki depan kuda, ia berbadan manusia---sejak pinggang sampai kepala,  manusia.  Ia bersenjatakan busur dan panah, "  Cik Yung tertawa sinis,  pendek  saja.

"Di horoskop ia menjadi  lambang Sagitarius----secara budaya aku menafsirkan. Birokrasi harus begitu---kuat manajemen dan morale-nya---benar-benar organ yang trampil dibelakang machine-nya, dan mengarahkan sumber dayanya ke sasaran dengan tepat.  Birokrasi jangan jadi beban, jangan jadi penghalang kemajuan !"

"Itu sasaran revolusi kebudayaan----kalau direformasi "secara alon-alon waton kelakon", dan mereka resisten----wah Indonesia terancam negara gagal " kata    orang Republiken itu .   Baiklah boss

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun