Mohon tunggu...
Sigith Prabowo
Sigith Prabowo Mohon Tunggu... -

i'm the master of my fate, and i'm the captain of my life [Nelson Mandela]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Balada Chentingsari] Antara BBM, Pandawa, dan Carolina

4 April 2012   14:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu pagi yang indah ceria, terlihatlah sekumpulan bocah-bocah ingusan di sebuah lapangan yang dipenuhi debu. Para pandawa ternyata sedang berkumpul di sebuah pohon yang memang biasa mereka jadikan tempat untuk berkumpul. Entah ada apa dengan hari itu, tetapi kelihatannya sebuah obrolan serius sedang terjadi di sana. Tampang-tampang imut mereka terlihat serius yang menjadikan tampang imut itu berubah jadi amit-amit.

Wajah gugun merah padam karena dari tadi bicara dengan berapi-api. Sedangkan jenni tampak hanya diam melongo serius mendengarkan gugun berbicara panjang lebar. Ngashim sibuk dengan nyari kutu di kepala hendra yang sebenarnya (masih) botak. Sigit terlihat liyer-liyer dengan hembusan angin sepoi-sepoi.

“pokok’e masalah ini gak bisa dibiarkan teman-teman!!” gugun bersemangat berbicara pada pandawa lainnya.

“pokok’e kita harus demo!!!” lanjut gugun.

“lha, emange kenapa gun? Kan BBM juga gak jadi naik? Njuk mau demo apa lagi? Demo masak?” sambung hendra ngasal.

“ho oh gun...udah cukup para mahasiswa aja yang demo, kita kan masih anak SD, jadi gak perlu melu-melu demo. Capek” sigit ikut nyambung.

“bukan itu teman-teman...tapi itu lho si artis dari ibu kota itu. Kan ya, harusnya dia gak boleh seenaknya pakai BBM subsidi untuk mobil mewahnya itu. Mosok yo pakai mobil bagus-bagus tapi gak bisa beli apa itu namanya? Petromaks?” jawab gugun.

“heeee? Kok petromaks sih gun?” protes ngashim sambil ngejitak kepala hendra.

“dul!!! Kalo gak setuju ma gugun, mbok yo jangan ngejitak kepala ku sak penak’e” protes hendra sambil ngusap-ngusap gundulnya.

“hehe...sorry dorry ndra..kebawa emosi. Hehe” jawab ngashim sambil prengas prenges.

“pertamax po maksudmu gun?” jenni yang dari tadi diam melongo tiba-tiba angkat suara.

“lha yo itu dia maksudku. Harusnya kan dia pakai pertamax. Dia itu kaya, mosok yo ngambil jatah orang-orang kere? Kan harusnya dia itu mampu beli pertamax, bukan beli premium lagi” sambung gugun berapi-api.

“harusnya itu dia hemat energi. Sebagai orang dari kota yang berpendidikan tinggi, harusnya memberi contoh hemat energi pada orang-orang desa. Mana sekarang hobinya jalan-jalan terus sama pak kepsek. Pake mobil pula, padahal lebih mesra kalo pake sepeda. Ck ck ck.” Sambung gugun lagi.

“njuk harus gimana kita gun?” tanya hendra serius.

“ya kita demo!!” jawab gugun tegas.

“demo siapa? Pak kepsek? Ato mas-mas SPBU di ujung kampung?” tanya jenni

“ya si carolina laaaahhhhh....piye sih kalian ini???” jawab gugun geram.

“ooooooo.....” serentak keempat pandawa lainnya.

“gimana kalo besok kita bicarakan lagi sama si pariyem dan unyil gun? Sapa ngerti mereka juga setuju dan mau diajak demo. Kan makin banyak, makin asyik?” sambung ngashim.

“setujuh. Sampai ketemu besok teman-teman” sambung gugun sambil berdiri dan bersiap pergi.

“mau kemana gun?” tanya sigit.

“mau ikut jalan-jalan sama pak kepsek dan carolina” jawab gugun enteng.

“heee? Kan mau demo carolina, njuk kok malah jalan-jalan ma mereka? Piye sih?” protes ngashim.

“ho oh kie...mosok bisa gitu gun?” sambung hendra.

“dijanjiin dibeliin es krim magnum sama pak kepsek soale” jawab gugun enteng.

“wuuuuuuu.....” serempak para pandawa lainnya meneriaki sambil ngelempar gugun dengan sandal.

Akhirnya gugun berlari dengan entengnya menuju es krim magnum yang sudah menunggunya, walaupun diiringi dengan sumpah serapah dari teman-teman lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun