Mohon tunggu...
Sigith Prabowo
Sigith Prabowo Mohon Tunggu... -

i'm the master of my fate, and i'm the captain of my life [Nelson Mandela]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gadis Purnama

20 Juni 2011   10:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:20 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gadis purnama (ilustrasi)

[caption id="" align="aligncenter" width="409" caption="gadis purnama (ilustrasi)"][/caption] hari itu adalah pertama kalinya gusti mengenalnya. sesosok gadis manis berjilbab. sebuah pertemuan yang tidak di sengaja kala mereka bersama-sama mengikuti sebuah kegiatan yang diadakan oleh kampus mereka masing-masing. karena kebetulan tempat dan acara kegiatannya sama, serta karena sasya, nama gadis itu, merupakan teman dari gusti. dan kala itu bulan purnama tengah menerangi langit kota bandung malam itu. sejak itulah gusti menjuluki gadis itu sebagai gadis purnama. ah, walaupun tidak disengaja, semua itu sudah digariskan oleh-Nya. tidak ada yang kebetulan. hari itu gusti bertandang ke kantor tempat sasya biasa berada. mengurusi segala administrasi lembaga sosial yang diikutinya. entah kapan, gusti menaruh hati pada sosok gadis manis tersebut. ah, memang gusti sudah lama sekali tidak merasakan hal seperti ini. semenjak ditinggal menikah kekasihnya 2 tahun lalu. dan baru kali ini gusti bisa merasakan perasaan pada seorang wanita lagi. tidak berselang lama, mata gusti menangkap sosok sasya yang terbalut kemeja lengan panjang dengan warna dominan ungu, lengkap dengan jilbab serta rok dengan warna senada. ah, betapa anggun nya gadis ini batin gusti. hari itu merupakan malam minggu. layaknya pasangan lainnya, gusti ingin menghabiskan waktu bersama sasya hari itu. tetapi apa daya itu hanya sebuah harapan hampa karena gusti tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. ah, betapa bodohnya dirinya, gusti merutuki dirinya sendiri dalam hati. akan tetapi, sepertinya roda nasib seddang berada di pihak gusti. karena sasya mengajaknya untuk menonton sebuah pertunjukan. sasya tidak ingin pergi sendiri. maka terbuka lah jalan bagi gusti hari itu. seperti mendapatkan jalan tol yang bebas hambatan. ternyata pertunjukan itu tidak mampu membuat sasya betah, sehingga dia megajak gusti meninggalkan tempat pertunjukan dan beranjak ke tempat lain. dan menonton menjadi pilihan mereka. menikmati sebuah film romantis di bioskop di akhir pekan akan cukup menyenangkan pikir mereka. setelah memilih film yang akan ditonton, akhirnya mereka memutuskan sebuah film romantis untuk di tonton. diselingi senda gurau, gusti merasa malam itu begitu indah, bahkan malam terindahnya sejak mengenal sasya. seakan-akan dia sudah memiliki sasya. ah, lagi-lagi gusti menghayal. selesai menonton film, mereka menuju sebuah tempat makan di pusat kota. sambil makan, gusti mengajak sasya beribincang banyak. sambil berusaha menyusun kata-kata untuk mengutarakan isi hatinya kepada sasya. tidak diduga, sebelum gusti mengungkapkan perasaannya, sasya ternyata lebih dahulu memberi kabar mengejutkan buat gusti. sasya akan menikah dua bulan lagi, dan mulai hari senin esok dia tidak akan lagi berada di Bandung. dia akan pindah ke jakarta. karena mendapatkan pekerjaan tetap serta akan dekat dengan calon suaminya. tak ayal hal ini membuat hati gusti remuk untuk kedua kalinya. ditinggal nikah orang yang dicintainya. sebenarnya sasya tau bahwa gusti menaruh hati padanya, akan tetapi karena gusti tidak pernah mengungkapkannya serta di satu sisi dia dijodohkan, maka sasya tidak memiliki pilihan lain selain menerima pinangan dari calon suaminya. sejenak pikiran gusti melayang dan badanyya terasa ringan. hingga tak lama kemudian semua menjadi gelap. tanpa cahaya setitikpun. semuanya hampa tanpa rasa.hanya hitam kelam yang menaunginya. hal terakhir yang dia ingat adalah tubuhnya melayang dari jembatan padjajaran setelah sepeda motor yang dikendarainya oleng. dan malam itu adalah malam purnama, tepat seperti ketika dia mengenal gadis purnamanya. ah, nasibmu wahai gusti....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun