" wis....wis...sak iki nggolek dalan mulih. kan dah ada senternya tuh.." sigit menengahi pertikaian malam itu di tengah pekuburan.
tiba-tiba saat akan mencapai jalan desa, hendra melihat sesuatu yang bercahaya dan berjalan!!! seperti api yang terbang. semakin lama semakin mendekati mereka. serta merta hendra berteriak dan diikuti jeni,
"ada syaitonnirrojiiimmm!!! eh, salah....syaiton apiiiiii...!!!" Hendra berteriak mengagetkan semuanya
"geni ne mabur mlayu nang suket ijo....eh, geni ne mabur dewe!!!" jeni ikutan salah ngomong gara-gara Hendra yang langsung memeluk hendra dan ndodok di tengah jalan sambil komat kamit sendiri.
pandawa lainnya serta unyil dan pariyem sempat bengong melihat reaksi hendra dan jeni, tetapi sesaat kemudian mereka pun lari bersama-sama.
"SETAN APIIIIIII............!!!! Tuluuuuuuuuungggggg!!!!" teriak mereka semua bersamaan sambil berlarian
sementara si "setan api" yang dimaksud malah celingak celinguk bingung. antara takut dan bingung. setelah di pikir-pikir lagi, akhirnya barulah si "setan api" sadar kalau yang dibilang "setan api" adalah dirinya, si penjual nasi goreng keliling. karena di gerobaknya menggunakan lampu semprong yang sudah redup nyala nya.
setelah sadar, akhirnya si penjual nasi goreng bales meneriaki para pandawa, unyil dan pariyem,
"dasar kampret!!!! anak-anak gak sopan!!! orang jualan dibilang setan!!!" teriak si penjual
"wah, setane iso ngamuk lan misuh jebule..ampuh tenan setan sak iki" celetuk gugun sambil tersu berlari menuju desa yang sudah tampak di ujung jalan
Baca Kisah Lainnya di Balada Chentingsari