cerita sebelumnya dari Mbak Lina di sini
setelah kejadian jeni "ditangkap setan", anak-anak chentingsari ini kembali melanjutkan perjalanan malam itu untuk kembali ke rumah. karena sudah malam, dan dalam keadaan panik, mereka semakin jauh tersesat ke tengah kuburan yang cukup luas itu.
perlahan isak tangis jeni kembali memecah keheningan, juga seseguk'an hendra setia menemani tangis jeni. gugun sebagai boss tidak ingin terlihat cengeng dan takut, walaupun dalam hati dia sudah sangat amat ketakutan. kalau tidak mengingat rasa malu, pastilah dia juga sudah ikutan menangis.
"gun, iki dalane ngendi meneh? kok ket mau muter-muter kuburan terus?" Ngashim membuka omongan dengan masih nempel di ketek nya gugun
"mbuh sih...aku yo ra donk. soale dalane ra kethok....gelap banget..." gugun menjawab
"coba nggowo senter opo semacam benda sing iso menyinari hati, eh, menyinari kegelapan ini" Pariyem menambahkan dengan sok puitis.
tiba-tiba dengan santainya unyil nyeletuk,
"oh, senter toh? kok ra ngomong ket mau? kan aku bawa senter? iki...." unyil menyambung dengan polosnya sambil menyerahkan senter ke gugun.
mengetahui unyil sedari tadi membawa senter tetapi tidak mengeluarkannya, pariyem dan pandawa mencak-mencak memarahi unyil.
"UNYILLLLLL!!!!!! kok yo ra ngomong ket mau nek nggowo senter!!!! iki ket mau wis jumpalitan kesandung kidjing. donk ra e????" kata pandawa serentak memarahi unyil
" salahe ra takon ket mau..." jawab unyil santai dan cuek