Mohon tunggu...
Muzlifah Muhiddin
Muzlifah Muhiddin Mohon Tunggu... Seniman - Guru di SMPN 16 Jakarta yang akan pensiun pada 31 Januari 2025 dan juga pelukis yang memiliki studio di Pasar Seni Ancol Blok C92

Saya senang membaca dan menulis, serta akan mencoba mengirim tulisan ke kompasiana. Harapan saya tulisan saya dapat menghiasa laman kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Busana Almarhumah Bunda

21 Agustus 2024   20:42 Diperbarui: 21 Agustus 2024   20:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selembar demi selembar baju kukeluarkan dari lemari

Kebaya biru tua dan baju kurung merah hati

Kain batik dan songket dari masa lampau

Masih memancarkan kilau

Inikah warisan untukku

Model dan bahannya mengutamakan mutu

Sayang ukurannya tak masuk ke ragaku

Haruskan kubiarkan busana itu bersemayam di lemari

Atau dapatkah kau memberi pertanda apa yang harus kulakukan terhadap busanamu

Aku ingin sekali mengenakan bajumu

Pergi mengajar dan mengaji seperti yang kau kerjakan dulu

Aku membayangkan indahnya ragaku berbalut kebaya dan berselendang kalbu

Berdiri menatap cakrawala hijau biru

Terus kukeluarkan dari lemari busana-busanamu

Kumasukkan ke dalam plastik satu semi satu

Semua masih seperti baru

Esok kan ku persembahkan untuk korban tsunami itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun