Mohon tunggu...
MUZDALIFAH ARROBBY UINJKT
MUZDALIFAH ARROBBY UINJKT Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah

Jurnalistik (11220511000034)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tanggapan Warga Jakarta Utara terhadap Kebijakan Pembelian Gas LPG 3 Kg dengan KTP

29 Desember 2023   19:47 Diperbarui: 3 Januari 2024   21:14 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebijakan baru pembelian gas LPG 3 kg menggunakan KTP, Bendungan Melayu, Jakarta Utara, Senin (25/12/2023). (Foto: Muzdalifah Ar'robby)

Pangkalan resmi gas LPG 3 kg, Bendungan Melayu, Jakarta Utara, Senin (25/12/2023). (Foto: Muzdalifah Ar'robby)
Pangkalan resmi gas LPG 3 kg, Bendungan Melayu, Jakarta Utara, Senin (25/12/2023). (Foto: Muzdalifah Ar'robby)

Bendungan Melayu, Jakarta Utara, Senin (25/12/2023). (Foto: Muzdalifah Ar'robby)
Bendungan Melayu, Jakarta Utara, Senin (25/12/2023). (Foto: Muzdalifah Ar'robby)

Jakarta Utara, 25 Desember 2023 - Terobosan baru dalam penjualan tabung gas LPG 3 kg di Jalan Bendungan Melayu, Jakarta Utara, menciptakan gelombang perdebatan di antara warga setempat. Kebijakan yang diterapkan oleh Pertamina untuk memastikan bahwa setiap pembeli harus melibatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai syarat utama dalam transaksi gas subsidi tersebut, telah memicu reaksi beragam dari masyarakat.

Sejumlah warga memberikan tanggapan dengan sudut pandang yang berbeda, munculnya keberatan dan juga pemahaman mendalam tentang pentingnya langkah tersebut. Sukma, seorang pedagang kaki lima yang aktif membeli gas LPG 3 kg untuk kebutuhan usahanya, mengutarakan kekhawatirannya terhadap kebijakan ini. "Saya sebagai pembeli merasa pembelian gas LPG 3 kg harus membawa KTP sangat merepotkan, karena saya juga khawatir data disalahgunakan," ujarnya dengan suara yang penuh keprihatinan. Kekhawatiran ini sejalan dengan keprihatinan masyarakat terhadap kemungkinan penyalahgunaan data pribadi.

Di sisi lain, Cici, seorang ibu rumah tangga, melihat kebijakan ini dari sudut pandang yang berbeda. "Saya setuju beli gas pakai KTP kalo untuk digratiskan, tapi kalo rakyat beli tu jangan dipersulit, bikin ribet aja, kadang gas aja susah dicari kalo lagi kosong," keluhnya. Cici mempertanyakan manfaat nyata bagi masyarakat dan potensi kerepotan yang mungkin muncul seiring diterapkannya kebijakan ini.

Dalam upaya memberikan gambaran yang lebih jelas, Edah, seorang penjual gas LPG, menjelaskan tahapan implementasi kebijakan tersebut. "Proses pembelian biasanya sih, pembeli wajib membawa KTP/KK untuk didaftarkan niknya di My Pertamina, setelah itu kalo pembeli mau beli lagi cukup menunjukkan KTP saja," jelas Edah. Penjelasan ini menggambarkan bahwa penggunaan KTP merupakan langkah administratif awal, dengan pembelian selanjutnya yang dapat dilakukan lebih mudah.

Namun, Edah juga memaparkan tantangan yang dihadapi sebagai penjual. "Untuk batasan jumlah pembelian gas itu, satu KTP hanya untuk satu gas LPG 3 kg," tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pembelian satu KTP untuk satu tabung gas LPG 3 kg membawa konsekuensi kendala, khususnya bagi penjual dalam skala usaha kecil seperti yang dijalankan Edah. "Saya sebenernya ngerasa kebijakan ini agak merepotkan buat saya ya, saya tiap hari harus setor bukti 10 NIK penjualan ke agen lewat aplikasi My Pertamina," ungkap Edah. Keluhannya menggambarkan tantangan teknologi yang dihadapi oleh sebagian pedagang kecil, dan ketidaksetaraan dalam pelaksanaan kebijakan ini di berbagai lini masyarakat.

Dampak kebijakan ini tidak hanya terasa di komunitas di sekitar Jalan Bendungan Melayu. Penduduk dengan berbagai sudut pandang berbeda melihat kebijakan ini dari perspektif yang berbeda. Sebagian warga melihatnya sebagai langkah yang positif untuk mengendalikan distribusi gas LPG 3 kg, menciptakan keamanan dan kepastian dalam penyaluran subsidi. Namun, ada juga yang menganggapnya sebagai langkah yang tidak tepat, mengingat sulitnya mencari gas ketika persediaan menipis.

Perbincangan seputar kebijakan ini juga melibatkan isu teknologi dan pemahaman masyarakat. Beberapa pedagang, termasuk Edah, menemui kesulitan dalam menjalankan persyaratan teknis dalam setiap transaksi. Hal ini menunjukkan perlunya usaha lebih lanjut dalam meningkatkan literasi digital di kalangan pedagang kecil, sehingga mereka dapat lebih mudah mengikuti kebijakan ini.

Secara keseluruhan, kebijakan penjualan gas LPG 3 kg menggunakan KTP telah menciptakan perdebatan sengit di masyarakat. Meskipun beberapa keprihatinan muncul terkait kemungkinan penyalahgunaan data dan ketersediaan gas yang sulit, kebijakan ini juga memiliki tujuan yang sangat penting dalam mengontrol distribusi dan memastikan adanya subsidi yang tepat sasaran. Namun, harus ada usaha lebih lanjut untuk memperbaiki implementasi kebijakan ini agar dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.

Dalam menghadapi tantangan implementasi kebijakan ini, kerja sama antara pemerintah, Pertamina, dan masyarakat sangat diperlukan. Pemerintah perlu memperluas program literasi digital untuk pedagang kecil agar mereka dapat memenuhi persyaratan teknis dalam transaksi gas LPG 3 kg. Pertamina perlu memperhatikan kendala teknologi yang dialami oleh penjual kecil dan mengembangkan aplikasi My Pertamina yang lebih mudah digunakan. Pemerintah dan Pertamina juga harus memberikan pelatihan dan bantuan teknis kepada penjual kecil. Dalam hal penyalahgunaan data, Pertamina harus menjamin keamanan data pribadi yang dikumpulkan dan melakukan pengawasan ketat untuk mencegah penipuan atau penggunaan data yang tidak sah. Pemerintah perlu memperhatikan masukan dan saran masyarakat untuk meningkatkan kepercayaan terhadap kebijakan ini. Pemantauan dan evaluasi terus-menerus terhadap kebijakan ini perlu dilakukan dengan melibatkan Pertamina, penjual kecil, dan masyarakat. Peningkatan efisiensi distribusi gas LPG 3 kg perlu dilakukan melalui kerjasama antara pemerintah, Pertamina, distributor, dan agen. Pemerintah juga harus memperluas jaringan distribusi gas LPG 3 kg ke daerah-daerah yang belum terjangkau dan meningkatkan infrastruktur. Kerja sama antara pemerintah, Pertamina, penjual kecil, dan masyarakat akan menjadi kunci sukses dalam menghadapi tantangan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun