Mohon tunggu...
Ahmad Muzayyin
Ahmad Muzayyin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SGD Bandung

Tertarik di bidang literasi, pemikiran dan dunia pengembangan karakter

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bencana dan Musibah: Cara Seorang Muslim dalam Menyikapi Musibah yang Menimpanya

11 Desember 2022   22:03 Diperbarui: 11 Desember 2022   22:07 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Bencana alam dan bencana sosial kerap terjadi silih berganti. Dikutip dari Kompas berdasarkan data yang tercatat hingga 5 Desember 20022 gempa berskala 5.6 magnitudo yang menggempur Cianjur menewaskan setidaknya 334 jiwa, mengharuskan 114.683 jiwa mengungsi dan menyebabkan ratusan lainnya terluka. Belum selesai dengan masalah gempa, awal Desember ini gunung tertinggi di pulau jawa yaitu semeru mengalami erupsi yang menyebabkan 1979 orang mengungsi.

Bencana yang kerap terjadi menyebaban berbagai dampak terhadap keberlangsungan hidup. diantara dampak dan kerugiannya adalah adanya korban jiwa, kerusakan tempat tinggal, terhambatnya aktifitas sehari hari dan aktifitas perokonomian.

Tentu saja bencana-bencana yang menimpa kita tidaklah terjadi begitu saja tanpa sebab. ada pesan yang ingin disampaikan kepada kita melalui bencana yang terjadi tersebut. pesan tersirat tersebut dapat dipahami dengan cara pandang kita terhadap bencana yang menimpa. 

Lantas bagaimana cara kita sebagai seorang muslim memandang bencana atau musibah yang kita alami? dan apa saja pesan yang dapat diambil dari fenomena bencana tersebut ?

Menurut KBBI bencana adalah sesuatu yang menimbulkan kesusahan, kerugian, atau penderitaan. Sama halnya dengan bencana, musibah memiliki arti kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa. Jadi dapat disimpulkan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.  

Dalam Al-Qur`an dijelaskan bahwa bencana berupa kerusakan di muka bumi itu terjadi karena ulah manusia sendiri. Allah SWT berfirman di dalam AlQuran:

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Q.S Rum: 41)

Setidaknya ada 2 cara pandang kita sebagai muslim dalam mengambil hikmah terhadap suatu bencana atau musibah yang menimpa kita. Cara pandang tersebut adalah: memandang bencana sebagai sebuah ujian dan memandang bencana dan musibah sebagai peringatan.

Bencana atau musibah sebagai bentuk ujian

Ujian adalah suatu upaya yang dilakukan untuk melihat mutu sesuatu. Dalam ujian ada yang lolos dan ada yang tidak lolos. mereka yang dapat melewati ujian dengan baik akan mendapatkan penilaian yang baik serta peningkatan prestasi dan berhak mendapatkan apresiasi serta penghargaan. 

Begitu pula dengan musibah yang menimpa kita. Pada dasarnya musibah tersebut merupakan bentuk ujian yang diberikan kepada kita oleh Allah SWT dengan tujuan kualifikasi mutu iman dengan melihat kepada aspek kesabaran dan apakah kita akan kembali ingat kepada Allah SWT atau justru semakin menjauh. 

Mereka yang berhasil bersabar dalam melewati ujian tersebut digolongkan oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang sabar dan mendapatkan kabar gembira. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar". (Q.S Al-Baqarah: 155)

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah akan menguji sejauh mana kualitas keimanan kita dengan memberikan rasa takut, lapar, kekurangan harta, kehilangan orang yang kita sayangi, dan hasil panen. hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang selalu terjadi dalam kehidupan kita dan kita tak akan pernah dapat terlepas dari musibah tersebut selama kita masih berada di dunia. maka cara yang paling ampuh untuk melewati ujian tersebut adalah dengan bersabar dan langkah awal bersabar dalam menghadapi musibah adalah dengan mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun seraya menyerahkan semua urusan kita kepada Allah SWT.

Melihat bencana sebagai bentuk ujian tidak hanya dapat diterapkan ketika kita yang mendapatkan musibah. Namun kita pun harus memandang musibah yang menimpa saudara muslim kita sebagai sebuah ujian bukan sebagai azab atau hukuman. dengan demikian kita akan terhindar dari sifat suudzon yang berpotensi muncul karena pada sejatinya semua orang, baik maupun buruk, mereka akan tetap diuji oleh Allah SWT untuk dinaikkan derajatnya bila mampu melewatinya dengan baik.

Bencana sebagai sebuah peringatan atau teguran

Teguran atau peringatan merupakan upaya yang dilakukan sebagai reaksi atau respon terhadap suatu yang tidak seharusnya dilakukan atau menyimpang. Teguran terjadi ketika sesorang melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan sebagai nasihat dengan harapan seseorang tersebut mengerti bahwa yang dilakukannya merupakan hal yang salah dan segera memperbaikinya dan menggantikannya dengan hal yang lebih baik atau seharusnya.

Bencana sebagai sebuah peringatan tentu saja tidak jauh dari makna diatas. Ada perilaku-perilaku menyimpang yang bertentangan dengan ridho Allah SWT yang kita lakukan secara sadar maupun tidak.  Atas perbuatan kita itulah Allah SWT mengirimkan sinyal peringatan dan teguran kepada kita berupa musibah agar kita merasakan akibat dari ulah tangan kita dan sadar akan kesalahan yang kita perbuat serta segera meminta ampun dan kembali kepada Allah SWT. 

Allah SWT berfirman:

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Contoh kecil dalam kehidupan sehari-harinya adalah rasa sakit yang kita derita. Ketika nikmat kesehatan kita dicabut sementara oleh Allah SWT maka sudah seharusnya kita melakukan intropeksi. Bisa jadi ada makanan atau minuman yang kurang baik yang masuk kedalam tubuh kita sehingga Allah SWT menegur kita. setelah kita menyadari kesalahan tersebut makan kita harus segera meminta ampunan kepada Allah SWT seraya bertaubat. maka itu adalah langkah tepat yang dapat diambil oleh seorang muslim ketika tertimpa musibah.

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun