Mohon tunggu...
Mozayyin W
Mozayyin W Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Senang berbicara agama dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mepamit: Sebuah Tradisi dalam Perkawinan Masyarakat Hindu-Bali

6 Mei 2024   02:07 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:13 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mepamit secara harfiah berasal dari kata "pamit" yang berarti perpisahan. Dalam konteks istilah, upacara ini diadakan sebagai bentuk permohonan izin. Dalam tradisi adat Bali, umumnya dipahami bahwa anggota keluarga yang ingin keluar dari adat dan agama harus meminta izin terlebih dahulu kepada leluhur. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan "upacara suci" yang dipimpin oleh seorang pemuka agama atau "Mangku".

Dalam agama Hindu, setiap individu diyakini terikat dengan dua permasalahan yaitu skala (fisik atau non-spiritual) dan niskala (gaib atau rohani). Dalam konteks mepamit, niskala merujuk pada proses keluarnya seseorang dari Hindu secara rohani.

Sebagian besar masyarakat Bali memeluk agama Hindu, sehingga memengaruhi segala kegiatan yang dilakukan oleh mereka, yang memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Mepamit merupakan suatu proses budaya di mana seseorang secara sadar melakukan pamitan atau meminta izin dengan sopan untuk keluar dari tatanan tradisi Hindu Bali. 

Dengan mepamit, individu melepaskan diri dari akar budayanya dan tidak diharuskan lagi melaksanakan tradisi yang melahirkan mereka. Artinya, individu tersebut telah diberi izin untuk bergabung dalam tatanan kehidupan baru sesuai dengan keyakinan yang akan dipegangnya. Dalam konteks ini, mepamit tidak hanya merupakan upacara formal, tetapi juga simbolis dari transisi kehidupan yang penting bagi individu tersebut dan komunitas yang ditinggalkannya.

Sebelum ritual tradisi mepamit dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan acara sambutan dari juru bicara keluarga mempelai perempuan. Acara ini disambut oleh juru bicara keluarga mempelai laki-laki. Setelah acara sambutan selesai, barulah tradisi mepamit dilaksanakan.

Dalam tradisi mepamit, persiapan dilakukan dengan mempersiapkan berbagai macam sesajen, seperti canang yang berisi berbagai macam bunga, dupa, air suci, dan binatang babi yang disiapkan di depan sebagai pelengkap pelaksanaan adat mepamit.

Kemudian, pihak kedua calon mempelai didudukkan dengan pakaian adat. Mereka mengenakan bunga kamboja di bagian telinga, dan beberapa butir beras ditempelkan di kening mereka. Selanjutnya, mereka mulai mengikuti persembahyangan untuk menyembah leluhur dalam agama Hindu.

Persembahyangan tersebut dipimpin oleh seorang mangku adat yang bertindak sebagai pemimpin spiritual dalam upacara tersebut. Selama persembahyangan berlangsung, kedua calon mempelai dan keluarga mereka memohon restu dan berkat dari leluhur untuk melanjutkan langkah mereka menuju pernikahan yang sakral dan penuh makna.

Ada beberapa rangkaian prosesi sebelum tradisi mepamit ini dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1. Mesedek

Mesedek, yang juga dikenal sebagai pertemuan kedua orang tua calon mempelai laki-laki dan putra mereka dengan keluarga calon mempelai wanita, merupakan langkah penting dalam proses pernikahan di banyak budaya, termasuk dalam tradisi Bali. Saat mesedek, kedua belah pihak bertemu untuk saling mengenal dan membahas secara serius tentang hubungan antara putra dan putri mereka.

Dalam pertemuan ini, kedua orang tua calon mempelai laki-laki biasanya datang bersama putra mereka ke rumah keluarga calon mempelai wanita. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk saling memperkenalkan diri dan membahas secara terbuka tentang kemungkinan pernikahan antara kedua anak mereka.

Biasanya, pembicaraan tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat terhadap kedua belah pihak. Hal ini mencakup berbagai aspek, seperti latar belakang keluarga, nilai-nilai, keyakinan, harapan masa depan, serta dukungan yang dapat diberikan oleh kedua belah pihak terhadap pernikahan tersebut.

Jika dalam pertemuan tersebut, kedua calon mempelai saling mencintai dan kedua keluarga mereka juga setuju dengan hubungan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan prosesi pernikahan dan segala persiapan yang diperlukan. Mesedek menjadi momen penting yang menandai kesepakatan dan persetujuan dari kedua belah pihak untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya dalam proses pernikahan.

2. Menentukan Hari Baik

Menentukan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan adalah kepercayaan yang sangat penting bagi kalangan adat Bali. Ini karena di dalam kepercayaan tersebut terdapat keyakinan bahwa memilih hari yang baik dapat membawa keberuntungan, kesuksesan, dan keberkahan bagi pasangan yang akan menikah.

Pemilihan hari yang baik biasanya melibatkan konsultasi dengan seorang ahli astrologi atau sesepuh adat yang memahami sistem penanggalan dan ramalan Bali. Mereka akan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti alam semesta, fase bulan, pergerakan bintang, dan kalender adat Bali (wuku, pawukon) untuk menentukan hari yang paling proporsional.

Setelah hari yang baik ditentukan, keluarga dan kerabat dekat dari pihak laki-laki biasanya akan bersiap-siap untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk acara pernikahan. Hal ini mencakup persiapan seperti memilih lokasi, menyusun daftar tamu undangan, merencanakan upacara adat, mempersiapkan sesaji, dan melakukan berbagai persiapan lainnya sesuai dengan tradisi dan budaya Bali.

Pada hari yang telah ditetapkan, keluarga dan kerabat dekat dari pihak laki-laki akan berkumpul untuk merayakan pernikahan dengan penuh sukacita dan kebersamaan. Acara pernikahan akan dilangsungkan sesuai dengan tradisi adat Bali, yang sarat dengan simbolisme dan makna mendalam.

3. Mepadik

Mepadik merupakan kesepakatan yang terjadi antara kedua keluarga calon mempelai dalam tradisi pernikahan di Bali. Dalam acara ini, calon mempelai laki-laki mengajak kedua orang tua dan keluarga besarnya, serta para tokoh adat dari banjar dan desa, dengan maksud untuk melakukan proses peminangan terhadap calon mempelai wanita.

Dalam upacara mepadik, calon mempelai laki-laki membawa berbagai persembahan simbolis, seperti pejati, canang, dan runtutan, yang disertai dengan sandang pangan. Hal ini melambangkan kesediaan dan kesiapan calon mempelai laki-laki untuk memberikan kehidupan yang baik bagi calon mempelai wanita.

Acara mepadik biasanya dilakukan dengan penuh kehormatan dan kepatuhan terhadap adat dan tradisi Bali. Para tokoh adat dari banjar dan desa turut hadir untuk memberikan restu dan dukungan terhadap proses pemadikan ini, sehingga memastikan kelancaran dan keberkahan dalam perjalanan menuju pernikahan yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun