Patriarki, sebuah sistem sosial yang mendominasi di mana kekuasaan dan otoritas terpusat pada laki-laki, telah lama menjadi subjek perdebatan dalam diskursus gender global. Dominasi laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan---sosial, politik, ekonomi, dan kultural---telah menciptakan sistem yang sulit diubah.Â
Pandangan bahwa laki-laki memiliki kekuatan, keberanian, dan hak untuk memegang peran-peran utama telah membentuk tatanan budaya yang telah memihak pada laki-laki daripada perempuan. Namun, di balik struktur ini, terdapat paradoks yang jarang diperbincangkan, yaitu mengenai kompleksitas peran dan eskpektasi yang dialami oleh laki-laki di dalamnya.
      Sebagai pilar utama patriarki, laki-laki sering dianggap sebagai pemegang kekuatan dan otoritas. Namun, di balik maskulinitas yang dominan ini, terdapat tekanan yang nyata.Â
Dalam masyarakat patriarkal, norma-norma gender yang kaku menentukan bagaimana laki-laki "seharusnya" bertindak, berpikir, dan merasa Norma-norma ini membentuk ekspektasi yang tidak realistis dan membatasi potensi individu berdasarkan gender mereka.
Paradoks Lelaki dalam Patriarki
- Kekuatan vs. Kelemahan Emosional:
Ekspektasi: Patriarki menuntut laki-laki untuk selalu tampil kuat, tegar, dan tidak menunjukkan emosi yang dianggap lemah seperti kesedihan atau ketakutan.
Realitas: Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang serius, termasuk depresi dan kecemasan. Laki-laki sering merasa malu untuk mencari bantuan, memperburuk kondisi mereka.
- Kemandirian vs. Isolasi:
Ekspektasi: Laki-laki diharapkan untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, menunjukkan bahwa mereka bisa mengatasi segala sesuatu sendiri.
Realitas: Kemandirian yang berlebihan dapat menyebabkan isolasi sosial dan kesepian. Laki-laki mungkin merasa sulit untuk menjalin hubungan yang mendalam dan mendukung, karena takut dianggap lemah atau tidak kompeten.
- Proteksi vs. Bahaya Diri Sendiri:
Ekspektasi: Laki-laki dianggap sebagai pelindung yang harus siap menghadapi bahaya demi melindungi keluarga dan orang yang mereka sayangi.
Realitas: Tuntutan ini dapat mendorong laki-laki untuk terlibat dalam situasi berbahaya atau pekerjaan yang berisiko tinggi, yang pada akhirnya dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan mereka sendiri.
- Kesuksesan vs. Tekanan Berlebihan: