Mohon tunggu...
Abdullah Al Muzammi
Abdullah Al Muzammi Mohon Tunggu... wiraswasta -

بسم الله الرحمن الرحيم \r\n\r\nWho I'am ?\r\n+ NewBie and\r\n+ Bloger active - http://logsabdullah.blogspot.com/\r\nmuzammi_06[at]yahoo.co.id | muzammi06[gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merantau Identitas Mengasah Diri

23 September 2014   03:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:53 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah... Jogjakarta Mendengar kata merantau penulis langsung teringat dengan beberapa bacaan literatul tokoh-tokoh minang(Minangkabau) yang history hidupnyinspiratif sebagai tokoh perantau dan tokoh tekemuka. Tuanku Abdul Rahman, salah seorang tokoh Minang yang berpengaruh di kawasan rantau. Yakni tokoh yang kisah hidupnya merantau di negeri seberang malaysia yang mampu menjadi Sultan Johor dan mendirikan Kerajaan Siak di daratan riau. Hal yang membuat penulis salut dengan beliau ialah kemampuan berpolitik di tanah rantuan mampu memberikan pengaruh besar terhadap kontribusi kemajuan kerajaan sehingga di sebut Raja atau Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan.

Tidak  sedikit orang-orang minang terkenal sukses di beberapa penjuru belahan pulau ini, sehingga penulis melihat etos merantau orang-orang minang sangatlah tinggi. Berdasarkan data 2010 saja lebih dari 4.2 juta jiwa orang minang berada di perantauan. Seperti merantau ialah karakter yang terwarisi penulis pribadi menilai generasi misi kesuksesan akan terwarisi dari anak-anak suku ini. Melihat jauh dari itu, penulis juga sebagai orang yang merantau mendekati usia tahun ke 9(sembilan) di perantauan, melihat jiwa-jiwa seorang perantau akan jauh lebih berbeda di bandingkan dengan pribumi dari sisi etos kerja, semangat dan cara berfikirnya. Tepat di bulan juli tanggal 7 tahun 2005 penulis menapakan kaki di menuju kota Jogjakarta, dari sinilah penulis belajar tentang hal-hal terkecil bagaimana hidup di kampung halaman orang lain. Ada satu nasihat yang penulis tidak pernah lupa tentang nasihat merantau dari Al-imam asy-Syafi’i

Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Pergilah, kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia kan keruh menggenang Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan Kayu gaharu tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan (Al-imam asy-Syafi’i)

Kalimat-kalimat yang membuat penulis mampu sedikit tidaknya membuat penulis tegar menghadapi konsekwensi dan resiko sebagai seorang perantau, saat merasakan pahit getirnya hidup jauh dari kelaurga, kerabat dan saudara. Dan berada di zona tidak nyaman membuat seorang perantau mau tidak mau memiliki pemikiran lebih dan harus mampu melewati masa-masa tersulit yang dihadapi. Jiwa seorang perantau akan jauh lebih baik dengan kondisi terpaan berada di zona tidak nyaman, kencendrungan memiliki sifat menamkan jasa ke orang lain bentuk gambaran sebagai upaya agar orang lain mampu menerima keberadaan tempat ia berada serta sebagai orang baru yang benar-benar sadar dan tahu keberadaannya. Merantau penulis definisikan dengan 3(tiga kalimat) yakni mencari dan mendapatkan jati diri yang tangguh,Kreatif dan Cerdik membaca sistuasi. Kesimpulannya ialah menurut kaca mata penulis merantau itu salah satu cara orang lain mencari dan menemukan diri, cara melatih diri bagaimana berkembang dan beradaftasi dengan keadaan yang memberikan pelajaran pendewasaan serta pengalaman. Meski tidak banyak juga yang gagal di tanah perantauan setidaknya orang itu mampu belajar lebih mengetahui diri nya gagal di tanah orang lain, dan suskes di perantuan mampu menjadikan sosok yang bisa di contoh referensi dan tauladan dari penerus-penerus generasi yang lebih baik kedepannya. Sumber :  www.OkeBisnis.net *.sementara URL domian redirect Blogspot destination Baca artikel Motivasi  lain: Kunci Memulai Usaha Tips Ampuh Sukses Menulis Online Melihat - Menilai Kelebihan dan Kekurangan Diri Melangkah Menjadi Pebisnis atau Praktisi Bisnis Online, Yang Mendasari KEGAGALAN Empat Point Kegaluan Di Usia Diri Merasa Dewasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun