Syahwat yang berlebihan tehadap kekuasaan, sex, maupun perut, akan menjadikan manusia seperti hewan, yang hanya memuaskan jasadnya saja.
Demikian juga Ghadhab, jangan sampai menguasai dan membakar manusia sehingga tindakannya menjadi buas seperti hewan, namun tidak boleh dihilangkan sehingga menjadikan manusia tidak bisa bertahan hidup di dunia.
Syahwat dan Ghadhab ini harus dikendalikan oleh Akal, bila tidak, maka manusia akan sama seperti hewan, atau bahkan lebih rendah lagi.
Banyak sekali Al-Quran menyebut manusia yang tidak menggunakan akalnya, dengan perumpamaan berbagai macam hewan, antara lain hewan ternak (QS. 7: 179), hewan gembala (QS. 2 : 171), Anjing (QS. 7 : 176), Kera (QS. 2 : 65), Babi (QS. 5 : 60), Keledai (QS. 62 : 5), Unta (QS. 56 : 51-55), Laba2 (QS. 29 : 41), Nyamuk (QS. 2 : 26), Laron (QS. 101 : 4), dan hewan yang paling buruk (QS. 8 : 22, 55).
Setiap huruf, kata, pesan, dan perumpamaan dalam Al-Quran bukanlah hanya sekedar kata yang tidak bermakna, namun pastilah mempunyai hakekat makna yang dalam.
Salah satu hakekat maknanya adalah untuk menggambarkan keadaan di alam malakut yang tak terbatas.
Ruang dan waktu tidak berlaku di alam malakut ini. Gambaran apapun bisa terwujud di alam malakut, seperti di alam mimpi.
Demikian tak terbatas dan menakjubkan alam malakut ini, sehingga tidak mungkin digambarkan hanya dengan gambaran inderawi alam dunia, namun harus dengan perumpamaan (mitsal). Karena itu alam malakut disebut juga sebagai alam mitsal.
Termasuk gambaran keadaan manusia seperti "hewan yang dikumpulkan" dalam ayat ke-5 surah At-Takwir diatas.
Wallahualam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H