Mohon tunggu...
Muzakky
Muzakky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang penggemar teknologi dengan minat mendalam terhadap inovasi. Selalu tertarik mengikuti perkembangan terbaru di dunia teknologi, baik dari sisi perangkat keras maupun perangkat lunak. Saya percaya bahwa teknologi adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Privasi Digital di Masa Kini, Solusi Efektif dengan Transparansi yang Adaptif

22 September 2024   07:05 Diperbarui: 22 September 2024   07:14 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Freepik/rawpixel.com)

Privasi Digital di Masa Kini: Solusi Efektif dengan Transparansi yang Adaptif

Privasi informasi telah menjadi salah satu perhatian utama di era digital ini. Penyebaran cepat sistem informasi (IS) di masyarakat telah menciptakan lingkungan di mana data pribadi dapat dikumpulkan, dianalisis, dan disebarkan dengan mudah, sering kali tanpa persetujuan yang jelas dari pengguna. Menurut Dehling dan Sunyaev (2023), ancaman terhadap privasi sebagai nilai sosial terus meningkat seiring dengan meningkatnya volume pemrosesan informasi.

Di sinilah pentingnya transparansi praktik privasi informasi (TIPP). Sebuah penelitian oleh McDonald dan Cranor (2008) menunjukkan bahwa seorang warga AS rata-rata membutuhkan 181 hingga 304 jam per tahun untuk membaca kebijakan privasi di setiap situs yang dikunjunginya. Angka ini jelas menunjukkan bahwa desain transparansi privasi yang ada saat ini tidak efisien, dan pengguna sering kali "tidak melihat hutan karena pohon-pohon" ketika berusaha memahami bagaimana data mereka diproses.

Dehling dan Sunyaev (2023) berusaha mengatasi masalah ini dengan mengembangkan teori desain baru yang dapat membantu membangun artefak transparansi yang lebih adaptif. Artefak ini tidak hanya memberikan informasi privasi secara komprehensif, tetapi juga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik pengguna pada saat tertentu. Dalam konteks yang semakin kompleks ini, harapan privasi konsumen terus berubah, sementara teknologi terus berkembang. Untuk itu, desain sistem informasi harus lebih memperhatikan keseimbangan antara penyediaan informasi yang cukup dan menghindari overload informasi, yang bisa memicu "privacy fatigue" atau kelelahan privasi. Jika hal ini dibiarkan berlanjut, bukan tidak mungkin kita akan menghadapi masa depan di mana privasi menjadi sesuatu yang tak lagi dihargai oleh masyarakat.

***

Dehling dan Sunyaev (2023) mengusulkan teori desain yang dikenal sebagai Transparency of Information Privacy Practices (TIPP), sebuah pendekatan baru yang bertujuan menciptakan transparansi yang efektif dalam sistem informasi. Salah satu aspek kunci dari TIPP adalah kebutuhan akan keseimbangan antara informasi yang diberikan dan kapasitas kognitif pengguna. Berdasarkan teori beban kognitif yang mereka gunakan, artefak transparansi harus menghindari memberikan terlalu banyak informasi sekaligus, karena hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan kelelahan privasi.

Sebuah studi oleh Sheng dan Simpson (2014) menemukan bahwa sekitar 70% pengguna merasa kewalahan dengan jumlah informasi yang harus mereka proses terkait kebijakan privasi, memperkuat argumen bahwa pendekatan ini sangat relevan. Lebih lanjut, Dehling dan Sunyaev memperkuat teori mereka dengan menggunakan integrative social contracts theory yang membahas pentingnya norma sosial dalam menentukan praktik privasi yang sesuai. Mereka menekankan bahwa privasi bukanlah masalah yang hanya dapat diselesaikan melalui pendekatan teknis.

Sebaliknya, diperlukan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai sosial dan norma yang berkembang di berbagai kelompok masyarakat. Sebagai contoh, undang-undang privasi seperti GDPR (2016) dan CCPA (2018) telah menjadi tonggak penting, namun tidak selalu dapat memenuhi harapan privasi konsumen yang dinamis. Tahun 2019, GDPR telah menyebabkan peningkatan hingga 20% dalam keluhan privasi di Uni Eropa, tetapi masih ada ketidakpuasan publik terkait bagaimana data pribadi digunakan di berbagai platform digital.

Dengan menggabungkan teori beban kognitif dan norma sosial, TIPP menawarkan solusi yang lebih fleksibel untuk menyampaikan informasi privasi yang relevan kepada pengguna. Adaptivitas adalah inti dari pendekatan ini, di mana artefak transparansi harus dapat menyesuaikan informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan pengguna di waktu dan konteks yang berbeda. Dehling dan Sunyaev mencatat bahwa pendekatan "satu ukuran untuk semua" tidak lagi relevan, dan sistem informasi harus lebih responsif terhadap perubahan kebutuhan privasi pengguna.

***

Teori Transparency of Information Privacy Practices (TIPP) yang dikembangkan oleh Dehling dan Sunyaev (2023) memberikan kontribusi penting bagi masa depan desain sistem informasi yang lebih berpusat pada pengguna. Pendekatan yang adaptif dan berfokus pada kebutuhan privasi individu menjadi kunci dalam menciptakan transparansi yang efektif. Dengan menghindari overload informasi dan memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu, sistem informasi dapat lebih mudah memenuhi ekspektasi privasi yang terus berubah dari pengguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun