Mohon tunggu...
Muzakki Putra Mahatir
Muzakki Putra Mahatir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SYARIF HIDAYATULLAH (JAKARTA)

Untuk Mengirimkan Tugas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Tasawuf Dan Syariat

5 Januari 2025   22:35 Diperbarui: 5 Januari 2025   22:35 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Integrasi tasawuf dan syariat memberikan keseimbangan antara aspek lahiriah dan batiniah dalam kehidupan seorang Muslim. Syariat memberikan aturan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, sementara tasawuf memberi kedalaman dan kesadaran spiritual dalam menjalankan aturan tersebut. Integrasi ini akan menciptakan seorang Muslim yang tidak hanya taat dalam melaksanakan ibadah, tetapi juga memiliki kualitas batin yang tinggi, seperti kesabaran, ikhlas, dan ketulusan dalam beramal.

a. Ibadah dengan Makna Spiritual

Shalat adalah contoh yang paling jelas dari integrasi ini. Secara syariat, shalat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Namun, tasawuf mengajarkan bahwa shalat harus dilakukan dengan kesadaran penuh akan kehadiran Allah. Seorang Muslim yang menjalankan shalat dengan penuh kesadaran akan merasa bahwa setiap gerakan dalam shalat adalah kesempatan untuk berhubungan langsung dengan Allah. Inilah yang dimaksud dengan khusyuk dalam shalat.

Puasa juga merupakan bentuk ibadah yang mengandung dimensi spiritual yang dalam. Syariat mengajarkan bahwa puasa adalah kewajiban untuk menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan buruk lainnya. Namun, tasawuf menambahkan dimensi penyucian jiwa dalam puasa, di mana seorang Muslim tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga hati dan pikiran dari godaan dan dosa.


b. Muamalah yang Adil dan Berkah

Dalam hal muamalah, syariat mengatur berbagai aspek kehidupan sosial, mulai dari hukum pernikahan, ekonomi, hingga etika berinteraksi dengan sesama. Tasawuf memberikan dimensi tambahan dalam muamalah, yaitu pentingnya niat yang ikhlas, kejujuran, dan kasih sayang. Misalnya, dalam berbisnis, syariat mengajarkan agar transaksi dilakukan sesuai dengan prinsip keadilan dan menghindari praktik-praktik yang dilarang, seperti riba dan kecurangan. Tasawuf mengajarkan bahwa dalam setiap transaksi, seorang Muslim harus memiliki niat yang tulus untuk mencari keberkahan dan tidak hanya keuntungan materi semata.

Teladan dari Sejarah: Imam Al-Ghazali dan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani

Imam Al-Ghazali dan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani adalah dua tokoh besar yang menunjukkan pentingnya integrasi antara tasawuf dan syariat.

Imam Al-Ghazali, dalam karyanya Ihya Ulumuddin, mengajarkan bahwa syariat tanpa tasawuf akan menjadi kering, sementara tasawuf tanpa syariat akan menyimpang. Beliau menekankan bahwa keduanya harus berjalan seiring untuk mencapai kedalaman spiritual yang sejati.

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani adalah contoh nyata seorang ulama yang tidak hanya menguasai ilmu syariat, tetapi juga mendalami tasawuf dengan sepenuh hati. Beliau mengajarkan kepada para muridnya untuk menjalankan syariat dengan tekun dan mendalamkan hubungan dengan Allah melalui zikir dan ibadah batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun