Mohon tunggu...
Muzakki Ahmad F
Muzakki Ahmad F Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bisnis online, travel and fotograph

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketimpangan Ekonomi Rakyat : Tantangan dalam Mengimplementasikan Sila Ke-2 Pancasila

4 Desember 2024   09:47 Diperbarui: 4 Desember 2024   09:54 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila ke-2, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," menekankan pentingnya keadilan dan perlakuan manusiawi terhadap seluruh rakyat Indonesia. Namun, salah satu tantangan besar dalam implementasi sila ini adalah ketimpangan ekonomi yang masih nyata di berbagai wilayah Indonesia.        Ketimpangan Ekonomi di Indonesia
Ketimpangan ekonomi merujuk pada perbedaan yang mencolok antara kelompok masyarakat dalam hal pendapatan, akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), indeks gini Indonesia pada beberapa tahun terakhir menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, yang mencerminkan jurang pemisah antara kelompok kaya dan miskin.

Perbedaan ini paling terlihat antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan menjadi pusat ekonomi yang menawarkan peluang besar, sedangkan daerah terpencil di Papua, Nusa Tenggara, atau Kalimantan masih tertinggal jauh dalam hal infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan. Selain itu, kelompok masyarakat yang bekerja di sektor informal, seperti buruh tani dan nelayan, sering kali menerima pendapatan jauh di bawah standar hidup layak.

Ketimpangan juga terjadi antara sektor industri modern dan tradisional. Misalnya, sektor teknologi dan jasa yang berkembang pesat di perkotaan menghasilkan pendapatan tinggi, sementara sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk pedesaan masih berkutat pada metode tradisional dengan produktivitas rendah.

       Faktor-Faktor Penyebab Ketimpangan Ekonomi
1.  Akses yang Tidak Merata terhadap Pendidikan dan Kesehatan
   Pendidikan adalah salah satu kunci untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, banyak anak di daerah terpencil yang tidak dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang menengah atau tinggi karena keterbatasan fasilitas dan biaya. Hal yang sama berlaku untuk layanan kesehatan, di mana masih ada daerah yang sulit menjangkau fasilitas medis dasar. Selain itu, kualitas pendidikan dan tenaga medis di daerah tertinggal sering kali tidak setara dengan di perkotaan.

2.  Pusat Pertumbuhan Ekonomi yang Terpusat
   Kebijakan pembangunan yang lebih berfokus pada wilayah perkotaan telah menciptakan ketimpangan yang signifikan. Kawasan ekonomi strategis mendapatkan investasi besar, sementara daerah terpencil sering kali hanya menjadi sumber bahan mentah tanpa mendapatkan nilai tambah. Bahkan, dalam beberapa kasus, pembangunan infrastruktur besar-besaran di perkotaan justru memperparah ketimpangan dengan memindahkan masyarakat miskin ke pinggiran kota tanpa menyediakan solusi keberlanjutan.

3.  Ketidakadilan dalam Distribusi Sumber Daya Alam
   Banyak daerah penghasil sumber daya alam, seperti tambang dan minyak, tidak menikmati manfaat ekonomi yang setimpal. Hasil eksploitasi sumber daya sering kali mengalir ke pusat tanpa kembali secara signifikan dalam bentuk pembangunan lokal. Selain itu, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya sering kali lebih dirasakan oleh masyarakat lokal, sementara manfaat ekonominya dinikmati oleh pihak lain.

4.  Minimnya Peluang Pekerjaan yang Layak
   Di beberapa wilayah, peluang kerja yang layak sangat terbatas, sehingga masyarakat terjebak dalam pekerjaan informal dengan upah rendah. Hal ini diperburuk oleh kurangnya akses terhadap pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja modern.

5.  Digital Divide (Kesenjangan Digital)
   Di era digital, akses terhadap teknologi informasi dan internet menjadi penentu keberhasilan ekonomi. Sayangnya, banyak wilayah di Indonesia, terutama di pedesaan dan daerah terpencil, belum memiliki akses yang memadai terhadap infrastruktur digital. Akibatnya, mereka tertinggal dalam memanfaatkan peluang ekonomi berbasis teknologi.

    Dampak Ketimpangan Ekonomi
Ketimpangan ekonomi memiliki dampak luas, tidak hanya pada aspek material tetapi juga pada harmoni sosial. Beberapa dampak utamanya meliputi:
-  Meningkatnya Kemiskinan dan Kerawanan Sosial : Ketimpangan ekonomi memperbesar jumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang rentan terhadap masalah kesehatan, pendidikan rendah, dan kelaparan.
-  Ketegangan Sosial dan Konflik Horizontal : Perasaan ketidakadilan sering kali memicu konflik, terutama ketika masyarakat melihat kesenjangan yang mencolok di lingkungannya. Ketimpangan yang tinggi juga dapat memunculkan kecemburuan sosial dan radikalisasi.
-  Penghambatan Pembangunan Nasional : Ketimpangan yang tinggi membuat potensi sumber daya manusia di daerah tertinggal tidak berkembang maksimal, sehingga menghambat kemajuan secara keseluruhan. Selain itu, ketimpangan memperlambat pertumbuhan konsumsi domestik, yang merupakan salah satu pilar utama perekonomian.

    Upaya Mengatasi Ketimpangan Ekonomi
Mengatasi ketimpangan ekonomi memerlukan komitmen kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Beberapa langkah strategis yang dapat diambil adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun