Mohon tunggu...
muzaki
muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa PMM4 USK dari Berbagai Penjuru Indonesia Mendalami Keberagaman Aceh Melalui Kunjungan ke Rumah Ibadah

28 Februari 2024   01:56 Diperbarui: 28 Februari 2024   02:08 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan ke 3 Rumah Ibadah di Banda Aceh /dok. pri

Sebanyak 28 Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Indonesia yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ke-4 (PMM-4) di Universitas Syiah Kuala (USK) telah menggelar kunjungan ke tiga rumah ibadah di Kota Banda Aceh pada Minggu, 25 Februari 2024.

Kunjungan ini bertujuan untuk menggali dan memahami keragaman, persaudaraan, ketangguhan, dan toleransi antar pemeluk agama yang ada di Aceh. Dalam memandu kegiatan ini, Dr. Irfan Zikri, Dosen Pembimbing Modul Nusantara PMM4 USK Kelompok Seulanga menyampaikan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan keberagaman dan persaudaraan di Indonesia. "Program ini dirancang untuk memahami keberagaman dan persaudaraan antar pemeluk agama, etnis, dan budaya di Kota Banda Aceh," ujarnya.

Pagi itu, mahasiswa memulai kunjungan mereka di Masjid Raya Baiturrahman, sebuah landmark yang menjadi identitas masyarakat Aceh yang religius dan berbudaya, dikenal sebagai Serambi Mekkah. Mereka diajak untuk memahami sejarah dan perkembangan Masjid Raya sebagai simbol perjuangan dan ketangguhan masyarakat Aceh dari masa Kesultanan Aceh hingga saat ini.

"Berada di sini bersama teman-teman PMM4 USK Seulanga di Masjid Raya ini merupakan kebanggaan masyarakat Aceh. Dengar sejarahnya sangat menginspirasi dan membuka wawasan kami," ungkap Rifana Lemba, Mahasiswa Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah,

Setelah melihat kemegahan arsitektur Masjid Raya, kunjungan dilanjutkan ke Gereja Hati Kudus Banda Aceh. Di sini, mahasiswa diterima oleh Sekretaris DPP Paroki Hati Kudus yang menjelaskan sejarah gereja, pelayanan yang diberikan, serta kenyamanan dan keamanan umat Katolik dalam menjalankan ibadah.

Gilang Muhammad Faris, mahasiswa dari Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Jawa Barat, menyampaikan kekagumannya atas kerukunan umat beragama di Kota Banda Aceh. "Kunjungan ini membuka wawasan kami terhadap toleransi masyarakat Aceh yang selalu hidup berdampingan dan persaudaraan," tambah Gilang, Ketua Kelompok Seulanga.

Kegiatan diakhiri dengan mengunjungi Vihara Dharma Bhakti di daerah Peunayong. Mahasiswa diterima Yuswar, Ketua Yayasan Vihara Dharma Bhakti, dan Ketut Panji Budiawan, Pembimas Budha Aceh. Yuswar, yang juga anggota Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Aceh itu menyatakan jika harmoni hidup masyarakat di Aceh sangat tinggi. "Moderasi beragama di Aceh berada pada level yang sangat baik, dan banyak informasi simpang siur di luar sana merupakan bagian dari informasi yang kurang lengkap diterima," katanya.

Ia berharap generasi muda PMM4 USK dapat menjadi agen perubahan dan penyelaras informasi ke dunia luar melalui pemanfaatan media sosial. "Terima kasih kepada mahasiswa PMM4 USK Seulanga atas partisipasi dalam kunjungan ini. Kami berharap pengalaman ini akan menjadi landasan untuk mendorong toleransi, persaudaraan, dan pemahaman yang lebih dalam di antara masyarakat Indonesia. Teruslah menjadi agen perubahan positif" tutup Yuswar.

Pelaksanaan Modul Nusantara Seulanga didukung oleh dua Liaison Officers Mahasiswa USK, yaitu Muhammad Rizki Rahmadani dan Syarifah Fathimah Azzahra, yang turut membantu pengelolaan dan pengaturan kelancaran kegiatan.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM-4) di Universitas Syiah Kuala dirancang untuk mempromosikan pemahaman dan pertukaran budaya antara mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia, menciptakan persatuan dan kerjasama dalam kerangka NKRI.

Melalui kunjungan ke rumah ibadah di Banda Aceh, mahasiswa PMM4 USK Seulanga mendapatkan wawasan mendalam tentang keragaman agama dan budaya. Serta berhasil membuktikan bahwa Aceh bukanlah daerah yang terisolasi dalam intoleransi, tetapi sebaliknya, merupakan tempat dimana toleransi, saling penghargaan, dan kerjasama lintas agama dapat tumbuh dan berkembang. Mereka memperkuat narasi tentang Aceh sebagai contoh yang menginspirasi tentang bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan yang mempersatukan masyarakat, bukan sebagai pemisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun