Kelima, mengunjungi perpustakaan/Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Perpustakaan merupakan sarana yang tepat untuk mewujudkan budaya literasi di kalangan anak. Tidak hanya sekedar tempat meminjam buku, melaksanakan aktivitas yang ditunjang oleh fasilitas di perpustakaan akan menjadi pengalaman menyenangkan bagi anak. Anak akan termotivasi untuk menemukan hal baru melalui buku-buku yang mereka baca dan temukan di perpustakaan. Oleh karena itu, orang tua perlu mengajak anak untuk mengunjungi perpustakaan/TBM di kala akhir pekan atau untuk mengisi liburan sekolah.
Terakhir, melakukan aktivitas berkarya yang terinspirasi dari buku yang telah dibacakan. Setelah dibacakan buku cerita, daya pikir anak akan berkembang dan bisa dituangkan dalam karya yang terinspirasi dari buku yang telah dibacakan. Seperti menggambar, kolase, melukis dengan jari (finger painting) dan kegiatan lain yang serupa.
Salah satu kunci keberhasilan program Gernas Baku adalah pola asuh orang tua dalam mendidik anak. Pola asuh orang tua paling baik yaitu pola asuh demokratis (authoritative), ditandai dengan sikap orang tua yang mendidik anaknya secara demokratis.Â
Dalam pola asuh demokratis, orang tua harus mampu menjadi teladan bagaimana memberi contoh yang baik, yaitu dengan tidak memaksakan kehendak anak dalam mengikuti serangkaian tahapan program Gernas Baku. Orang tua harus bisa menggunakan cara yang kreatif dan menyenangkan agar anak mau dididik untuk belajar meningkatkan kemampuan literasinya sejak dini.
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Direktur Pembinaan PAUD Kemdikbud, R. Ella Yulaelawati menyatakan bahwa, "Membantu anak menjelajahi kekayaan bahasa melalui bermain itu justru dianjurkan, yang tidak boleh adalah belajar bahasa dengan memaksakan tanpa anak itu tahu maknanya, juga tidak membebani pikiran anak. Metodenya tidak klasikal."
Salam Literasi! Â Â Â
Referensi Tulisan
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/
#Sahabatkeluarga #BudayaLiterasiKeluarga