Ada kata – kata menarik dari penulis yang saya kagumi, Rene Suhardono, di kolom Ultimate-U, yang selalu tayang di hari Minggu pada koran harian Kompas. Bang Rene – begitu saya memanggilnya – menulis : be the person you want yourself to be. Jadilah seseorang yang kamu inginkan.
Bahkan, saking sukanya dengan ungkapan tersebut, saya menggunting dan mengklipingnya dalam buku khusus. Alasannya : agar menjadi pengingat bahwa hidup memang seharusnya menurut kehendak sendiri, bukan orang lain. Kalau istilahnya dalam bahasa Italia, Va' dove ti porta il cuore. Pergilah kemana hati membawamu.
Saat itu, saya adalah sophomore jurusan Teknik Geomatika. Padahal cita – cita saya bukanlah engineer, namun menjadi penulis (sesuai dengan passion saya). Masuk jurusan teknik pun bukan atas kehendak sendiri namun orang tua. Agar kelak ketika lulus kuliah bisa bekerja di perusahaan kontraktor milik paman.
Masuk di dunia yang sama sekali awam, saya tetap mencoba untuk mengembangkan passion menulis saya miliki dan percaya akan kata-kata ampuh ‘passion without creation is useless’. Saya rajin melatih kemampuan menulis dalam berbagai media, seperti menulis di blog yang berisi celotehan catatan harian dan ilmu di jurusan saya atau menulis opini di koran harian. Bahkan saya sudah mempunyai buku pertama yaitu buku kumpulan cerita pendek terbaik Festival Sastra 2014 yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Budaya, UGM.
Tak hanya itu, saya juga mengembangkan bakat kepenulisan di bidang ilmiah. Saya aktif mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Bagi saya, menjadi mahasiswa seharusnya bisa berguna bagi masyarakat, mengembangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah untuk kepentingan orang lain. Salah satunya adalah dengan mengikuti LKTI.
Pada tahun 2014, paper saya masuk 20 besar Lomba Esai Se-Jawa tingkat mahasiswa yang bertema kesiapan bangsa Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Lomba tersebut diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana UGM.
Seiring berjalannya waktu, setelah mengikuti Praktek Kuliah Lapangan di Bayat, Klaten, saya mulai menyukai jurusan saya.
Pada akhir 2015, pas semester tujuh saya mempunyai waktu untuk melakukan kualitatif tentang manajemen bencana agar bisa mengikuti Simposium Federasi Surveyor Internasional (FIG) dengan tema 'Recovery from Disaster' di New Zealand. Saat menulis paper, saya berpikir keras bagaimana menggabungkan organisasi internasional yang saya ikuti UNICEF dan YSEALI. dengan jurusan yang saya ambil dalam disaster risk management. Jadilah paper yang berjudul "Improving Ability to Reading Hazard Map for Children : Comparative Research in Japan and Indonesia" (Meningkatkan kemampuan membaca peta bencana pada anak : penelitian perbandingan di Jepang dan Indonesia).
Januari 2016, saya sangat bersyukur ketika mendapat email dari FIG, yang menyatakan bahwa paper saya terpilih untuk mengikuti simposium tersebut. Perlahan tapi pasti, saya mulai mampu mengelola passion saya dalam bidang kepenulisan serta keteknikan (engineering).
Saat ini, saya membayangkan diri menjadi seorang engineer dan penulis yang sukses di masa depan. Selain itu, untuk masa depan juga alangkah baiknya jika juga mempunyai perencanaan yang tentang keuangan yang baik.
Nah, untuk perencanaan keuangan yang baik, saya sangat tertarik dengan berbagai produk yang dimiliki PT FWD Life Indonesia.
Apa itu PT FWD Life Indonesia?
Menurut website resminya, PT FWD Life Indonesia (“FWD Life”) merupakan perusahaan asuransi jiwa patungan dan bagian dari FWD Group. Produk yang ditawarkan adalah produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, asuransi berjangka individu & kumpulan, asuransi kecelakaan diri individu & kumpulan, dan asuransi kesehatan kumpulan melalui jalur distribusi yang didukung teknologi terintegrasi termasuk keagenan, bancassurance, e-commerce dan korporasi.
Dari sekian banyak program PT FWD Life Indonesia, saya tertarik tentang produk asuransi jiwa unitlink syariah komprehensif pertama bernama Bebas Ikhtiar. Produk ini memberikan asuransi dan investasi jangka panjang serta membantu sesama dengan fitur donasi secara sistematis yang memudahkan nasabah untuk beramal. Didukung dengan inovasi teknologi digital milik FWD Life, nasabah dapat merasakan cara berasuransi yang mudah, nyaman, dan transparan sesuai dengan prinsip syariah. Untuk fitur donasi, FWD Life menggandeng Dompet Dhuafa untuk mengelola dan menyalurkan donasi nasabah dalam bentuk zakat, infak, dan wakaf tunai. FWD Life juga menggandeng Yayasan Badan Wakaf Indonesia untuk mengelola dan menyalurkan wakaf tunai dan menghibahkan sebagian manfaat meninggal.
Setelah membaca cerita saya, apakah Anda juga tertarik untuk menjalani passion yang dimiliki dengan perencanaan keuangan yang baik di masa depan, tanpa keraguan?
*Siti Muzzayana
Facebook | Twitter | Instagram
email : siti.muzzayana@mail.ugm.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H