Selain kerja sama dalam kebersihan, warga mempunyai inisiatif dengan menarik iuran tiap hari Rabu, namanya jimpitan ronda. Setiap warga menyumbang uang jimpitan sesuai dengan kemampuan. Yang nantinya akan digunakan untuk mengatasi kebutuhan tiap RT/RW, misalnya mengganti biaya lampu penerangan di jalan desa atau membantu biaya perawatan warga lain yang sedang sakit.
Saya telah merayakan Idul Adha tiga kali di Jogja, ada yang membuat saya kagum terhadap warga dalam merayakan Idul Adha. Yaitu di saat warga muslim melaksanakan solat ied di masjid, warga non-muslim berkumpul untuk menjaga keamanan daerah setempat. Begitu juga sebaliknya, jika pada hari besar umat lain, contohnya Hari Natal, masyarakat yang tidak ikut merayakan berkumpul bersama untuk menjaga keamanan dan ketertiban desa.
Harapan
Karena terbiasa dengan kebiasaan warga Jogja tersebut, saya juga ‘tertular’ dan ingin melakukan kegiatan yang sama di desa saya sendiri. Saya berpendapat bahwa Kota Jogja menjadi contoh baik untuk gerakan yang dicanangkan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim), yaitu Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS). Lingkungan yang bersih dan senyum ramah menjadi sesuatu yang penting untuk menumbuhkan sikap kerukunan antar masyarakat.
Budaya bersih dan senyum menjadi salah satu penggerak Revolusi Mental yang mudah dilaksanakan (user friendly) dan menyenangkan (popular) bagi seluruh masyarakat. Kehidupan masyarakat di Jogja yang ‘Berhati Nyaman’ di atas menjadi salah satu contoh dari sekian contoh gerakan revolusi mental untuk menjadi Indonesia yang lebih baik.
*Siti Muzzayana
Akun Facebook : https://www.facebook.com/muzalea
Twitter : https://twitter.com/mza_yna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H