Mohon tunggu...
Mulyadi
Mulyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis / Mahasiswa

Saya merupakan seorang pemuda yang tergerak hatinya untuk turut memikirkan kemajuan bangsa, khususnya dibidang pendidikan. Salah satu cara yang saya lakukan sebagai upaya tersebut adalah dengan menanamkan prinsip rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Bentuk upaya kecil dari rela berkorban itu salah satunya ialah terus belajar, mengasah kemampuan diri dan memperdalam bidang ilmu yang menjadi minat saya. Ya, dunia sastra adalah minat yang sejak kecil sudah tertanam dalam diri saya Lewat dunia sastra saya dapat bercerita tentang bagaimana saya menjalani kehidupan dan dapat menjadi refleksi bagi orang lain yang membaca kisahnya. Menumbuhkan kecintaan terhadap dunia sastra adalah bentuk rasa cinta terhadap bahasa Indonesia. Bahasa yang menyatukan segala unsur yang ada di bumi Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku, Si Juru Parkir dari Ayah yang Mencintai Tanah Air

15 Agustus 2023   21:22 Diperbarui: 15 Agustus 2023   21:42 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua puluh lima

tahun bergulir

Dan aku terlahir

bersama selarik puisi

ayahku, itu....

Aku mencintaimu

Meski selongsong peluru

merobek dadaku

Aku mencintaimu

Meski aliran darah

melumuri sekujur tubuhku

Aku mencintaimu

Telah kurobek

kain berwarna biru

Agar merah dan putih

berkibar di atas tanahku....

Ayah,

telah kuterima dan kubaca

selarik puisi yang tertulis

di atas kertas

yang dipenuhi darahmu

itu...

Aku cinta tanah air

Meski tanahku telah digusur

Atas nama

pembangunan infrastruktur

Aku cinta tanah air

Meski air yang kuminum

Kerap kali

berasal dari airmata

Biar,

Biar kujabat dengan takdir

Akan kujalani

dengan peluit yang terampil

di bibir

Seperti kesetiaan yang aku jaga

Meski seumur hidup

Aku hanya melihat

Cut Nyak Dien dan M.H. Thamrin

dalam dompetku

yang lusuh....

Astungkara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun