Mohon tunggu...
Mulyadi
Mulyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis / Mahasiswa

Saya merupakan seorang pemuda yang tergerak hatinya untuk turut memikirkan kemajuan bangsa, khususnya dibidang pendidikan. Salah satu cara yang saya lakukan sebagai upaya tersebut adalah dengan menanamkan prinsip rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Bentuk upaya kecil dari rela berkorban itu salah satunya ialah terus belajar, mengasah kemampuan diri dan memperdalam bidang ilmu yang menjadi minat saya. Ya, dunia sastra adalah minat yang sejak kecil sudah tertanam dalam diri saya Lewat dunia sastra saya dapat bercerita tentang bagaimana saya menjalani kehidupan dan dapat menjadi refleksi bagi orang lain yang membaca kisahnya. Menumbuhkan kecintaan terhadap dunia sastra adalah bentuk rasa cinta terhadap bahasa Indonesia. Bahasa yang menyatukan segala unsur yang ada di bumi Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dengan Puisi, Aku Berkontemplasi

31 Mei 2023   19:41 Diperbarui: 31 Mei 2023   19:44 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kbbi.lektur.id/merepih

Jaladhi telah mengabarkan

kepada merpati

Ia bergemuruh : hamparanku nan terbentang

Terlalu luas untuk kau jelajahi

Langit pun telah bercerita

kepada matahari

Baca juga: Membaca Malam

Ia berbisik : embun pagi terlalu bening

'tuk menetes dari daun-daun gugur

Baca juga: Puisi: Kusut

di musim semi

Bintang dan malam telah meredup

Lalu pergi

Kemilau sinarnya membangunkan

seberkas linier merah sang mentari

Begitu perkasa

menyemai aksara

yang berbaris menyambut pagi

Sejumput harap

Telah mekar didalam hati

Tak peduli luka

Kerikil....

Duri....

Atau prahara yang menghantam

dan menggulung siang

dengan kidung

bait-bait elegi

Aku

Tak akan menyerah

Meski punggungmu

Terlalu tinggi

Untuk kudaki....

Duhai Rabb

Di atas sajadah nan menebarkan

aroma dzikir-dzikir suci

Kuterbangkan sejuntai doa

Dan kubiarkan ia bergelut

dengan takdir-takdirMu

Wahai....

Sang Mahapasti

Hingga kudapatkan

sepucuk surat balasan dariMu

yang terpatri

pada keteguhan imanku

yang nyaris mati

"Kau boleh letih,

tetapi tidak untuk berhenti".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun