Jaladhi telah mengabarkan
kepada merpati
Ia bergemuruh : hamparanku nan terbentang
Terlalu luas untuk kau jelajahi
Langit pun telah bercerita
kepada matahari
Ia berbisik : embun pagi terlalu bening
'tuk menetes dari daun-daun gugur
di musim semi
Bintang dan malam telah meredup
Lalu pergi
Kemilau sinarnya membangunkan
seberkas linier merah sang mentari
Begitu perkasa
menyemai aksara
yang berbaris menyambut pagi
Sejumput harap
Telah mekar didalam hati
Tak peduli luka
Kerikil....
Duri....
Atau prahara yang menghantam
dan menggulung siang
dengan kidung
bait-bait elegi
Aku
Tak akan menyerah
Meski punggungmu
Terlalu tinggi
Untuk kudaki....
Duhai Rabb
Di atas sajadah nan menebarkan
aroma dzikir-dzikir suci
Kuterbangkan sejuntai doa
Dan kubiarkan ia bergelut
dengan takdir-takdirMu
Wahai....
Sang Mahapasti
Hingga kudapatkan
sepucuk surat balasan dariMu
yang terpatri
pada keteguhan imanku
yang nyaris mati
"Kau boleh letih,
tetapi tidak untuk berhenti".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H