Pernahkah Anda mendengar berita tentang seseorang yang mengalami koma akibat mengalami suatu kecelakaan, lalu kemudian setelah ia sadar dari komanya, ia mampu berbicara dengan bahasa asing yang bahkan tak memiliki kemiripan sama sekali dengan bahasa pertama (bahasa asli) yang digunakannya ?
Mungkin terdengarnya tak masuk akal. Atau bahkan mungkin sebagian dari kita menganggap peristiwa itu hanya terjadi pada film-film sinetron di layar kaca saja.Â
Faktanya, fenomena yang seolah-olah memberikan "keistimewaan" pada kemampuan intelegensi seseorang ini pernah terjadi di dunia nyata dan sudah ada penelitian yang membahas fenomena tersebut.
Pada tahun 2015, seorang psikiater yang berasal dari Michigan University, Samuel Sandweiss, dalam videonya "A Case of Xenoglossy and The Nature of Consciousness", mengatakan bahwa ia sedang menangani pasien yang secara tiba-tiba bisa berbicara bahasa Sansekerta. Padahal, pasien itu tidak memiliki keturunan India dan tidak pernah mempelajari bahasa Sansekerta.
Fenomena ini biasa disebut "Xenoglosia". Xenoglosia berasal dari bahasa Yunani, yaitu "xenos" yang berarti asing dan "glossa" yang dapat berarti lidah atau berbicara. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, xenoglosia berarti kemampuan berbicara bahasa asing.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), xenoglosia diartikan sebagai kemampuan memahami dan menggunakan bahasa yang tidak pernah dipelajari. Xenoglosia kerap dikaitkan dengan masa lampau (reinkarnasi). Lebih dari itu, xenoglosia juga sering dianggap sebagai suatu aktivitas paranormal atau hal-hal berbau mistik. Namun, secara medis, xenoglosia juga berkaitan antara hubungan otak dengan bahasa.
Beberapa contoh kasus xenoglosia ini terjadi pada tahun 2010 di Kroasia. Saat itu seorang remaja yang mengalami fase koma selama 24 jam, setelah ia siuman dari fase koma tiba-tiba saja ia lancar berbicara bahasa Jerman.
Ada juga kasus lain yang terjadi di China pada tahun 2015. Seorang wanita berusia 94 tahun yang tengah mengidap stroke, kemudian mengalami koma selama 2 pekan. Begitu tersadar, ia langsung fasih berbicara dengan bahasa Inggris. Memang, ia pernah mengajar bahasa Inggris. Namun, ia tak pernah menggunakan bahasa keduanya itu selama 30 tahun terakhir.
Perlu kita ketahui bahwa otak bagian kiri memiliki peran yang besar dalam menyimpan pengetahuan mengenai bahasa pertama. Sementara itu, pengetahuan tentang bahasa kedua cenderung disimpan pada otak bagian kanan. Dua pasien di atas, kemungkinan besar mengalami cedera otak pada bagian kiri sehingga kemampuan berbahasa kedua yang pernah atau sedang mereka pelajari meningkat secara signifikan.
Hal ini dapat terjadi akibat adanya benturan pada kepala yang menyebabkan kinerja otak bagian kiri mengalami penurunan dan secara otomatis meningkatkan kinerja otak kanan. Sehingga bahasa asing yang pernah atau sedang dipelajari seseorang dan disimpan di otak bagian kanan itu secara otomatis meningkat.
Maka tak heran, apabila kemudian ada seorang pasien yang pernah atau sedang mempelajari bahasa asing, lalu mengalami kecelakaan dan kondisinya kritis. Kemudian saat ia siuman, tiba-tiba saja kemampuan berbicara bahasa asingnya meningkat, seolah-olah telah terjadi suatu peristiwa supranatural yang menimpanya kala ia masih dalam keadaan antara hidup dan mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H