Mohon tunggu...
Mutya Amanda
Mutya Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswi yang suka membeli es krim untuk mendukung aktivitas sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Fast Beauty : Segudang Sisi Gelap "Fast Fashion" Versi Kecantikan

22 Desember 2024   19:08 Diperbarui: 22 Desember 2024   19:24 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Design by Canva

Untuk mengejar keuntungan yang besar, produsen cenderung mengabaikan kualitas produk dan lebih fokus pada kemasan yang menarik dan kekinian. Sayangnya, kemasan yang digunakan umumnya merupakan kemasan sekali pakai yang berdampak buruk pada lingkungan.

Grup Penelitian Jambeck menerbitkan temuan mereka tentang sampah plastik di laut dalam jurnal yang berjudul Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean. Data ini mengesahkan bahwa Indonesia pada peringkat kedua sebagai sampah plastik ke lautan di dunia. Lebih dari setengah atau 57% sampah di lautan Indonesia merupakan sampah plastik.

Siklus hidup plastik sekali pakai memiliki dampak buruk pada kehidupan laut. Setelah dibuang, plastik ini terurai menjadi partikel mikroskopis. Setelah itu, makhluk laut menelan mikroplastik yang terdapat di laut.

Tak hanya berdampak pada lingkungan, fenomena fast beauty dapat memengaruhi konsumen itu sendiri. Tren ini mendorong budaya "membuang" karena kecepatan munculnya tren. Fast beauty membuat konsumen perlu berbelanja lebih banyak untuk mengikuti tren sehingga menciptakan rasa kebutuhan dan ketidakpiasan yang terus-menerus.

Brand berlomba-lomba mengeluarkan produk baru untuk memenuhi keinginan pasar. Industri kecantikan saat ini sangat dipengaruhi oleh permintaan konsumen. Namun, fenomena fast beauty ini bisa diatasi jika konsumen lebih bijak. Konsumen dapat menahan diri untuk membeli produk yang kurang dibutuhkan dan memilih produk secara selektif. Dengan demikian, konsumen mendorong produsen untuk lebih inovatif dalam menciptakan produk berkualitas yang memberikan manfaat jangka panjang.

Kendati konsumen memiliki peran penting, pemerintah juga tidak boleh tinggal diam. Perlu adanya kebijakan yang lebih tegas untuk membatasi dampak negatif dari praktik ini. BPOM sebagai lembaga pengawas perlu meningkatkan kewaspadaannya. Tidak hanya bahan baku yang harus diperhatikan, tetapi juga proses produksi dan distribusi produk kecantikan harus diawasi secara ketat agar konsumen terhindar dari produsen nakal.

Pada akhirnya, campur tangan pemerintah dalam mengurangi dampak negatif fast beauty membantu konsumen dari kerugian yang mereka hadapi. Semua dukungan konsumen diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah demi kepentingan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun