Di era modern, perawatan kulit dan kosmetik kini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti mendambakan kulit wajah yang sehat dan bebas dari permasalahan kulit. Di samping menunjang penampilan, memiliki kulit yang bersih bisa menambah kepercayaan diri dan suasana hati. Banyak dari mereka yang lebih produktif saat beraktivitas ketika memiliki kulit yang bersih dan merias wajah.Â
Pada awalnya, tren skincare dan kosmetik bermula dari tingginya permintaan di Korea Selatan. Berbagai macam merk menawarkan kebutuhan konsumen berskala global. Indonesia termasuk target pasar Korea Selatan di bidang kecantikan. Badan Pusat Statistik mencatat impor kosmetik dan skincare Korea mencapai 5,9 juta dolar AS pada 2016. Minat perusahaan kosmetik Korea untuk memasuki pasar Indonesia semakin besar, terbukti dengan adanya 60 perusahaan yang menunjukkan ketertarikan.
Meskipun antusias, perusahaan-perusahaan Korea ini tidak mudah menembus pasar Indonesia. Kebanyakan Perusahaan kerap mengeluhkan syarat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mayoritas penduduk Indonesia beragama Muslim. Hal ini perlu dipertimbangkan bahan baku yang halal. Disamping itu, perempuan di Asia Tenggara memiliki kulit yang lebih hangat dengan iklim lebih lembab dibanding kulit orang Asia Timur.
Oleh karena itu, industri kosmetik Indonesia melakukan inovasi yang berfokus sesuai kondisi kulit orang Indonesia. Tujuan inovasi industri kosmetik Indonesia untuk menyaingi pasar produk luar negeri. Meski terlihat seperti kemajuan, ada hal yang mengkhawatirkan di balik fenomena ini.
Fast Beauty
Fast beauty adalah industri kecantikan yang menekankan produksi cepat dan murah untuk memenuhi tren pasar yang berubah dengan cepat. Sebelum ada tren fast beauty, terdapat konsep bisnis yaitu fast fashion. Bisnis ini sama halnya bertujuan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan kualitas bahan dan kondisi pekerja.
Fast beauty dicirikan oleh harga produk yang sangat murah. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan bahan baku berkualitas rendah dan eksploitasi tenaga kerja. Produk fast beauty sering kali overclaim kandungan yang berlebihan tanpa didukung oleh bukti yang kuat.
Siklus produksi yang sangat cepat juga menjadi ciri khas fast beauty, di mana produk baru terus menerus diluncurkan untuk mengikuti tren pasar yang berubah dengan cepat. Oleh sebab itu, praktik ini mendukung perilaku konsumtif masyarakat.
Alasan mayarakat berperilaku konsumtif karena fast beauty menawarkan daya tarik tersendiri. Misalnya, produk dijual dengan harga yang terjangkau dengan hasil yang maksimal sehingga konsumen mendapatkan perawatan kecantikan tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Oleh sebab itu, konsumen merasa tidak perlu lagi berkonsultasi dengan ahli untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit mereka.Â
Kendati menawarkan sejumlah kelebihan, sebagian besar konsumen masih belum memahami dampak negatif yang ditimbulkan oleh praktik fast beauty. Perawatan ini sering kali bersifat jangka pendek. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Selain itu, banyak dari produk tidak memiliki uji klinis menyeluruh, karena produsen lebih fokus pada branding daripada keamanan produk.Â