Mohon tunggu...
muttaqien khalilulloh
muttaqien khalilulloh Mohon Tunggu... -

book writer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencoba Belajar Memahami Rahasia Wangsit Siliwangi

30 Juli 2015   14:05 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:39 15554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah (Daerah ini sudah muncul di Sumedang, saat rakyat Sunda memprotes dibukanya bendungan Jatigede) semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara (Lalu meluas ke seluruh negeri Nusantara, karena kondisi sudah susah menderita) yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. (Gambaran suasana yang makin kacau, banyak cekcok dan adu mulut, manusia kehilangan akal sehatnya)

Dipimpin oleh pemuda gendut! (Simbol pemuda yang rakus, posturnya gendut-gendut) Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. (Tanah jadi rebutan, wilayah jadi persoalan, kasus tanah di negeri ini semakin banyak) Yang sudah punya ingin lebih (inilah simbol kerakusan), yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam (orang yang tahu bahwa perkara itu salah, tak bisa banyak berbicara), mereka hanya menonton (hanya melihat di TV, internet dan koran) tapi tetap terbawa-bawa (ikut-ikutan bertengkar ribut di sosial media, TV dan koran).

Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. (Para Investor diam-diam menguasai tanah sejengkal demi sejengkal, para pengamat yang ribut hanya dapat hal yang kosong sia-sia). Para penguasa lalu menyusup (penguasa mencari info siapakah investor yang membeli tanah-tanah itu), yang bertengkar ketakutan (para pengamat pun mulai dicekam ketakutan karena omongannya kian ditinggalkan), ketakutan kehilangan negara (penguasa takut kursinya hilang, mereka kian tak peduli dengan rakyatnya), lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang (Pemuda kota itu, yang tinggal di ujung sungai pun dicari! Yang hobbynya tulis menulis) Semua mencari tumbal, (Semua saling menyalahkan) tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné! (Pemuda Kota itu sudah pergi bersama Gurunya, pemuda berjanggut, hijrah ke Kota Bandung!)

Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. (Mereka pulang dengan tangan hampa)

Dengarkan!
Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, (Rakyatku Pajajaran, zaman akan berganti, tidak lama lagi) Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. (Akan meletus gunung diikuti oleh bencana, Gempa, Bumi bergerak, Air Laut pun meluap!)

Ribut lagi seluruh bumi. (Menjadi berita besar di seluruh dunia)
Orang sunda dipanggil-panggil, (Orang Sunda yang dizhalimi dipanggil kembali) orang sunda memaafkan (Orang Sunda memaafkan semua kezholiman yang ditimpakan kepada mereka). Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali (disatukan oleh Orang Sunda). Nusa jaya lagi (Indonesia Jaya Kembali), sebab berdiri ratu adil (Ratu Adil adalah istilah dari Pemimpin yang Adil, sehingga membawa rakyat di negeri ini menjadi gemah ripah loh jinawi), ratu adil yang sejati. (Karena banyak manusia yang menafsirkan si A atau si B sebagai Ratu Adil, padahal, ada Ratu Adil yang sesungguhnya, yang sejati)

Tapi Ratu siapa?
Darimana asalnya sang Ratu?
Nanti juga kalian akan tahu.

Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala (Pemuda inilah yang akan mengabarkan siapa sang Ratu Adil, rahasianya ada di pemuda gembala ini).

Silahkan pergi, ingat jangan menoleh kebelakang (Jangan lah mundur lagi ke belakang! Naik lah terus, laksana naiknya maqam, dari Syariat, Thoriqot, Hakikat dan terakhir Makrifat!!

Inilah Ujung dari Wangsit Prabu Siliwangi.
Muncul pertanyaan besar.

Lalu apa yang akan dilakukan oleh Ratu Adil???
Jawabannya ada di awal wangsit Prabu Siliwangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun