Mohon tunggu...
Cerpen

Nur Menjadi Cahaya Keluarga

15 Desember 2016   19:55 Diperbarui: 15 Desember 2016   20:25 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu ada tiga orang disebuah taman tempat rekreasi. Nampaknya mereka adalah satu keluarga yaitu bapak, ibu dan anaknya. Usia anak tersebut sekitar 5 tahunan. Mereka bermain bersama, berlari-lari, dan petak umpet. Mereka terlihat bahagia berkumpul dan bercanda tawa disana. Seketika aku melihat mereka lelah dan istirahat di gazebo dekat taman tadi.

Aku kaget karena aku melihat bapak tadi mengajak bicara anaknya dengan bahasa isyarat. Aku berfikir mungkin mereka hanya bercanda, namun bapak dan anak tersebut selalu menggunakan bahasa isyarat bila mereka berkomunikasi. Lalu aku fikir sebenarnya siapa diantara mereka yang tidak bisa berbicara. Karena aku penasaran jadi aku mendekati bapak tadi dan aku duduk didekatnya.

“Pak permisi.”

“Iya Nak silahkan.”

“Ini anak bapak?”

“Iya Nak, Nur namanya.”

“Nur, nama yang indah. Sesuai dengan orangnya yang putih, bersih dan mudah tersenyum.”

“Iya, dia baik selalu tersenyum tapi sayang dia tidak bisa bicara sejak kecil.”

“Jangan seperti itu pak, itu karunia dari Allah untuk Nur dan bapak sekeluarga. Semoga Nur bisa menjadi cahaya bapak dan keluarga bapak.”

“Aamiin Nak, terimakasih.”

“Iya pak, saya permisi dulu ya pak.”

“Iya silahkan.”

Aku pulang sambil melihat mereka yang masih tertawa bersama digazebo. Setelah tiga tahun berlalu, aku tidak sengaja main di taman tersebut lagi. Sekitar satu jam kemudian tiba-tiba datang tiga orang ke taman dan duduk digazebo. Aku merasa aku berada saat tiga tahun yang lalu dimana saat itu aku bertemu dengan bapak, ibu dan Nur. Sengaja aku menghampiri bapak tadi yang masih duduk digazebo dan aku bertanya.

“Bapak, apakah itu Nur?”

“Iya Nak, itu Nur yang dulu kamu tanyakan.”

“Nur sudah agak besar ya pak?”

“Iya Nak, Nur sekarang sudah bisa bicara tanpa menggunakan bahasa isyarat.”

“Alhamdulillah ya pak, saya ikut bahagia.”

“Terimakasih Nak, do’a kamu terkabul.”

“Ini semua do’a bapak dan ibu. Nur berhasil menjadi cahaya dalam keluarga.”

Tidak lama kemudian aku pamitan pergi karena ada sesuatu hal yang harus aku selesaikan dirumah. Setelah sampai rumah aku duduk di kursi teras dan tiba-tiba ada cahaya memantulkannya ke cendela. Aku teringat Nur, bapak dan ibu. Tiba-tiba hatiku mengatakan “Nur. Nur berhasil menjadi cahaya dalam keluarganya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun