Mohon tunggu...
Mr Mutohhar
Mr Mutohhar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan juga Pengelola Desa Wisata Japan

Kesibukan sehari-hari adalah mengajar di sebuah perguruan tinggi di Kudus. namun di luar itu juga aktif dalam pengelolaan desa wisata, dan juga menyibukkan diri dengan komunitas-komunitas untuk sharing dan berbagi pengalaman dan kemanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Kepekaan Seseorang dari Gelagatnya Saat Mengisi BBM

19 Maret 2024   08:53 Diperbarui: 19 Maret 2024   14:04 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari (Murianews/Anggara Jiwandhana)

Sebagai seorang pekerja motoris, mengisi BBM menjadi rutinitas bagi saya. Dalam seminggu bisa dua-tiga kali mampir ke SPBU. Biasanya saya mampir ke SPBU saat pulang kerja sore hari. Situasi ramai kendaraan roda dua dan bahkan roda empat selalu terlihat di setiap saya mengisi BBM. Tentunya karena sore adalah jam pulang kerja hampir semua orang.

Setiap kali saya mulai ikut antre, saya selalu sempatkan menghitung jumlah motor yang antre di depan saya. Sembari menunggu motor di depan saya satu persatu maju, saya sambil mengamati orang-orang yang antri di depan saya. Terutama orang yang akan mendapatkan giliran motornya diisi BBM.

Tibalah waktunya seorang emak-emak yang dengan santainya masih duduk santai di atas motornya saat motor di depannya diisi BBM. Lalu saat jatah motornya yang mau diisi, dia baru mematikan motornya, lalu turun dan membuka jok dan penutup tempat BBM. Saat proses pengisian dia hanya diam mengamati kucuran BBM yang masuk ke motornya. Saat pengisian sudah selesai, dia kemudian baru membuka dompetnya, dan dari kejauhan dia mengeluarkan uang seratus ribu. Sambil menutup tempat BBM dia dengan santai menunggu kembalian dari petugas SPBU.

Saya yang antre sekitar 9 orang di belakangnya berharap, dia melajukan motornya dulu, baru menyalakan kembali mesinnya. Tapi tanpa sangka, si emak-emak tadi menyalakan motornya masih ditempat yang sama. Barulah dia bergegas meninggalkan tempat itu. Dan barulah antrean berikutnya maju.

Tibalah antrean berikutnya yang maju, tampak seorang pemuda yang saat berada di depan petugas, jok dan penutup tempat BBMnya sudah dipersiapkan dibuka sebelumnya. Di tangannya pun terlihat dia memegang uang dua puluh ribu. Dia langsung menyerahkan uangnya ke petugas yang masih sedang melakukan pengisian BBM. Saat pengisian selesai, dia pun bergegas mendorong motornya ke depan, dan barulah dia menyalakan mesinnya.

Dalam hati saya berucap, semoga tujuh orang antrean di depan saya melakukan hal yang sama, sehingga motor saya akan segera mendapatkan giliran untuk diisi.

Majulah motor berikutnya untuk mendapatkan giliran. Terlihat seorang bapak-bapak setengah baya menuntun motornya ke depan petugas. Seperti antrean sebelumnya, dia sudah menyiapkan membuka jok dan penutup tempat isi BBM sebelum giliran dia. "asyik, ini bisa cepat juga" kata saya. Diapun merogoh uang di sakunya untuk diberikan kepada petugas. Saya pikir dia akan segera melajukan motornya saat pengisian selesai. Tapi yang nampak dari kejauhan justru dia malah masih asyik ngobrol dengan si petugas. "yah..lama lagi deh"

Dari tiga antrean yang sudah selesai mengisi BBM tersebut, saya lantas berfikir apakah fenomena tersebut bisa menggambarkan karakter seseorang ya?

Kita tahu bahwa SPBU adalah tempat publik, di mana setiap orang yang datang memiliki profesi dan urusan yang berbeda-beda. Ada yang mampir ke SPBU karena tanda di spidometernya menginfokan bahwa BBMnya sudah mau habis dan harus segera diisi, meskipun dia sedang buru-buru untuk melakukan aktivitas tertentu, sehingga dia butuh cepat. Mungkin ada juga yang mengisi BBM saat semua aktivitasnya sudah selesai sehingga tidak memikirkan waktu dan bisa berlama-lama, kalau perlu ngobrol dulu sama petugas karena mungkin kebetulan temannya atau tetangganya.

Dari beragamnya orang yang datang ke SPBU, mestinya kita bisa sama-sama peka dan memiliki rasa menghargai, bahwa di belakang kita banyak orang yang menunggu antrian. Bisa jadi dia butuh waktu cepat, dan tidak berlama-lama antrean di belakangnya.

Atas nama kepekaan dan rasa saling menghargai tersebut, akan lebih baik manakala semua yang antre di sana bisa melakukan persiapan saat menunggu giliran motornya diisi BBM, sehingga yang di belakangnya tidak terbuang waktunya hanya karena menunggu proses yang lama, yang disebabkan karena tindakan -- tindakan yang tidak penting.

Tindakan Si emak-emak yang tidak menyiapkan uang sebelumnya, lalu tidak mau maju dulu saat menyalakan mesinnya merupakan bentuk ketidak pekaan dan tidak menghargai kepada sesama orang yang mengantri di belakangnya. Lalu si bapak-bapak yang justru asyik mengobrol meskipun motornya dan selesai diisi BBM juga menjadikan jatah antrean lebih lama.

Syukurlah saya masih menjumpai seorang pemuda yang dengan cekatan siap dari sebelum pengisian dan sesudah pengisian. Sehingga saya masih memiliki harapan bahwa masih ada orang yang peka dan mau menghargai kepentingan sesama, menghargai pentingnya waktu bagi orang lain.

Nah sebagai refleksi diri, kira-kira teman-teman pembaca selama ini masuk kategori yang mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun