Mohon tunggu...
Mutmainna Ramadani
Mutmainna Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

“Tidak ada orang yang tidak memiliki masa sulit. Kamu tidak sendirian.”

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Krisis yang Tersembunyi di Depan Mata: Mengapa Kita Harus Bertindak Sekarang untuk Mengurangi Stunting pada Anak

5 Desember 2023   05:40 Diperbarui: 5 Desember 2023   06:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Kekurangan gizi pada ibu hamil dan anak dapat dicegah. Ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori dan tambahan protein, zat besi, asam folat, seng, dan vitamin A, C, dan D. Makan makanan bergizi seimbang seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, daging, ikan, dan kacang-kacangan dapat memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil.
Setelah melahirkan, ibu menyusui juga membutuhkan tambahan 500 kalori dan cairan ekstra setiap hari. Makan camilan seperti roti isi, buah, yoghurt, dan kacang-kacangan dapat menambah asupan kalori. Minum delapan gelas air putih atau teh herbal tanpa gula juga penting.


Bayi baru lahir membutuhkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama. ASI mengandung zat gizi seimbang yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh sehat. Setelah enam bulan, bayi dapat diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Berikan bayi makanan bergizi tinggi seperti bubur nasi, bubur buah, keju, daging cincang, dan sayuran lunak.


Anak balita membutuhkan makanan padat bergizi tiga kali sehari ditambah camilan. Berikan anak makanan tinggi protein seperti daging, ikan, telur, dan kacang- kacangan. Sediakan juga buah- buahan dan sayuran setiap hari. Jangan lupa tambahkan minyak zaitun, mentega atau margarin ke makanan anak untuk menambah kalori.


Memantau pertumbuhan anak dan mendeteksi stunting secara dini sangat penting untuk mencegah stunting pada anak.
Ajak anak Anda ke posyandu atau puskesmas secara rutin untuk diperiksa pertumbuhannya. Periksa berat dan tinggi badan anak setiap bulan pada 2 tahun pertama, setiap 3 bulan pada usia 2-5 tahun, dan setiap 6 bulan setelahnya. Plot data pada kartu pertumbuhan untuk memantau pertumbuhan anak.


Waspadai jika anak sulit makan, sering sakit, atau tidak bertambah berat badan dalam 3 bulan berturut- turut. Ini bisa menjadi tanda stunting. Selain itu perhatikan jika anak tampak lebih pendek dari anak sebayanya atau jika tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya.


Jika terdapat kekhawatiran mengenai pertumbuhan anak, lakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Plot data pada grafik tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Bandingkan dengan standar pertumbuhan anak sehat sesuai usia. Jika berada di bawah garis merah pada grafik, segera konsultasikan ke dokter.
Pastikan anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Beri ASI eksklusif pada 6 bulan pertama, lalu makanan pendamping ASI yang bergizi dan bervariasi. Perhatikan asupan protein, vitamin, mineral, dan zat besi yang cukup.


Edukasi orang tua tentang pentingnya stimulasi, interaksi, dan perawatan pada masa emas pertumbuhan anak. Ajarkan orang tua untuk mengenali tanda bahaya pada pert
Banyak orang tua di Indonesia bertanya-tanya mengapa anak mereka mengalami stunting atau pertumbuhan terhambat. Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari anak seumurannya. Stunting dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh anak. Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban umum tentang stunting pada anak di Indonesia:
Apa penyebab stunting pada anak?
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan stunting pada anak, termasuk:
* Kurangnya asupan gizi seimbang, terutama protein hewani dan zat besi.
* Infeksi berulang, seperti diare dan parasit, yang dapat mengganggu penyerapan zat gizi.
* Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang memadai.
* Rendahnya pengetahuan orang tua tentang gizi dan perawatan anak.
* Miskin dan kurangnya akses ke makanan bergizi.

Bagaimana cara mencegah stunting pada anak?
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak meliputi:
* Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan MPASI yang tepat setelahnya.
* Memastikan anak mendapatkan makanan bergizi seimbang dan cukup, khususnya sumber protein hewani seperti daging, ikan, dan telur.
* Memberikan suplemen gizi seperti vitamin A, zat besi dan asam folat jika perlu.
* Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menjaga kebersihan lingkungan.
* Melakukan imunisasi anak sesuai jadwal untuk mencegah penyakit.
* Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang gizi dan perawatan anak melalui kampanye kesehatan masyarakat.
* Meningkatkan akses rumah tangga miskin

Jadi, apa yang bisa kamu lakukan
untuk membantu mengatasi masalah stunting di Indonesia? Pertama, ajak teman dan keluargamu untuk lebih peduli pada isu ini. Buat kebiasaan baru seperti berdonasi ke yayasan yang menangani stunting atau menjadi relawan di posyandu. Kedua, pilih produk makanan yang diproduksi secara lokal dan berkelanjutan. Dengan begitu kamu mendukung petani lokal dan memastikan anak-anak mendapat asupan gizi yang cukup. Ketiga, desak pemerintah dan politisi untuk menganggarkan lebih banyak dana dan menerapkan kebijakan yang lebih efektif dalam menanggulangi stunting.


Setiap langkah kecil yang kamu ambil akan membuat perubahan besar. Ayo kita semua bergandeng tangan dan berjuang bersama demi masa depan anak-anak Indonesia. Mereka pantas mendapatkan kesempatan untuk tumbuh sehat dan menggapai potensi mereka sepenuhnya. Apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan bagaimana Indonesia 20 tahun lagi. Jadi, maukah kamu bergabung dalam perjuangan ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun