Mohon tunggu...
Mutmainna Ramadani
Mutmainna Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

“Tidak ada orang yang tidak memiliki masa sulit. Kamu tidak sendirian.”

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Krisis yang Tersembunyi di Depan Mata: Mengapa Kita Harus Bertindak Sekarang untuk Mengurangi Stunting pada Anak

5 Desember 2023   05:40 Diperbarui: 5 Desember 2023   06:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kita mungkin tidak pernah berpikir tentang hal ini, tapi ada krisis yang tersembunyi di hadapan mata kita semua. Masalah gizi buruk yang dialami anak-anak di Indonesia sudah mencapai titik krisis. Lebih dari sepertiga anak Indonesia mengalami stunting atau gagal tumbuh, yang berarti mereka memiliki tinggi badan di bawah standar untuk usia mereka. Hal ini bukan hanya menyedihkan, tetapi juga berbahaya. Stunting pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan kerusakan otak permanen, menurunkan kecerdasan, dan bahkan mempersingkat harapan hidup.

Masalah ini harus segera ditangani. Kita perlu menyelidiki penyebab stunting dan bagaimana kita dapat bekerja sama untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan anak-anak kita untuk tumbuh dan berkembang. Anak-anak kita pantas mendapatkan kesempatan terbaik dalam hidup, jadi mari kita berkomitmen pada masa depan Indonesia dengan menjamin generasi berikutnya dapat tumbuh dengan sehat dan kuat. Tidak ada waktu lagi untuk berdiam diri. Ayo bertindak sekarang!


Stunting atau gagal tumbuh merupakan masalah besar yang dihadapi oleh anak-anak di Indonesia. Stunting terjadi ketika anak tidak mencapai tinggi badan yang sesuai dengan umurnya. Masalah ini disebabkan kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun.
Apa penyebab utama stunting pada anak di Indonesia?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan stunting pada anak, di antaranya:
* Makanan bergizi tidak cukup. Banyak anak di Indonesia kekurangan protein, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan.
* Penyakit infeksi berulang. Diare dan infeksi saluran pernapasan dapat menghambat penyerapan zat gizi.
* Sanitasi dan hygiene yang buruk. Lingkungan yang kotor dan tidak sehat dapat menyebabkan stunting.
* Ibu hamil kurang gizi. Gizi ibu selama kehamilan sangat penting untuk pertumbuhan janin.
* Perawatan kesehatan yang kurang memadai. Kurangnya akses ke dokter dan fasilitas kesehatan berkontribusi pada stunting.
* Kemiskinan. Keluarga miskin kesulitan untuk membeli makanan bergizi dan biaya perawatan kesehatan.


Stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan otak dan kecerdasan anak. Oleh karena itu, stunting harus ditangani segera untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat dan cerdas di masa depan.
Dalam kehidupan sehari-hari, stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.


Pertama, akses terbatas ke makanan bergizi. Makanan seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral penting untuk pertumbuhan anak. Sayangnya, makanan ini sering kali tidak terjangkau bagi keluarga miskin di Indonesia. Akibatnya, banyak anak hanya makan nasi putih dan sedikit lauk pauk, yang kurang gizi.


Kedua, sanitasi dan kebersihan yang buruk. Lingkungan yang kotor dan tidak sehat, kekurangan akses ke air bersih dan fasilitas sanitasi dapat menyebabkan penyakit diare dan infeksi. Ini dapat menghambat penyerapan zat gizi penting.


Ketiga, kemiskinan yang meluas. Keluarga miskin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Mereka sering terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit diputus. Anak-anak dari keluarga miskin lebih berisiko menderita stunting.


Keempat, kurangnya pengetahuan. Banyak orang tua di Indonesia masih kurang memahami gizi seimbang, sanitasi, dan perawatan kesehatan. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa anak mereka menderita stunting atau bagaimana mencegahnya.


Dengan memahami penyebab utama ini, kita dapat mengambil tindakan untuk mengurangi stunting di Indonesia melalui intervensi yang tepat sasaran dan berkelanjutan. Masalah ini dapat diatasi jika kita bekerja sama.
Stunting memiliki dampak jangka panjang yang serius pada anak-anak dan masyarakat. Anak-anak pendek tinggi badan berisiko mengalami masalah perkembangan otak dan kognitif yang dapat berlangsung seumur hidup. Mereka juga rentan terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas di kemudian hari.
Gizi buruk pada masa pertumbuhan dapat menghambat perkembangan otak dan kognitif anak. Otak anak membutuhkan asupan energi dan nutrisi yang cukup untuk berkembang dengan sehat. Tanpa asupan gizi yang memadai, pertumbuhan otak terhambat dan dapat menyebabkan kerusakan sel otak permanen. Hal ini berdampak pada kemampuan kognitif, perhatian, ingatan, dan pembelajaran anak.


Anak-anak yang mengalami stunting berisiko tinggi terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas nantinya dalam hidup mereka. Hal ini disebabkan karena sistem metabolisme dan hormon pertumbuhan yang terganggu akibat kekurangan gizi pada masa kanak-kanak. Untuk mencegah penyakit-penyakit ini, anak-anak pendek tinggi badan memerlukan intervensi gizi dan kesehatan sejak dini.
Stunting juga berdampak pada produktivitas ekonomi individu dan masyarakat. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih rendah, sehingga berisiko mendapatkan pekerjaan yang kurang menguntungkan dan berpenghasilan rendah di kemudian hari. Hal ini pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan.


Masa 1000 hari pertama kehidupan seorang anak sangat penting untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Pada masa ini, otak anak berkembang dengan cepat, dan gizi yang diterima sangat menentukan kemampuan kognitif dan fisiknya seumur hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun