Mohon tunggu...
mutmainah Emut
mutmainah Emut Mohon Tunggu... Guru - Wanita
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar, Bloger, writer aktif di komunitas belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Takdir Menjadi Wanita Kedua

30 Agustus 2022   14:33 Diperbarui: 30 Agustus 2022   14:36 2149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari seorang guru honorer murni, Maryam mengajar dengan sepenuh hati, meski ia bukan sarjana, lalu kemudian Joni berinisiatif untuk Menguliahkan Maryam, sampai lulus sI pendidikan agama Islam, setelah lulus Maryam disuruh mengabdikan diri di sekolah yayasan milik suaminya Joni, dengan perjanjian ketika Maryam mengajar cukup datang ke sekolah, tidak boleh mampir sana sini apalagi sampai mampir ke rumah istri tuanya.

 Kebetulan yayasan milik suaminya berdampingan dengan kediaman istri tua. 

Bertahun-tahun Maryam mengajar disana, dari guru biasa sampai diangkat menjadi Kepala sekolah, tapi anehnya tidak pernah di gaji, haknya sebagai guru tidak ia dapatkan, suaminya selalu beralasan bahwa ia bisa mengajar mendapatkan sertifikasi bahkan menjadi kepala sekolah atas jasanya. 

Maryam tetap terima, dan hanya bisa ngedumel dalam hati. Maryam sadar tenaganya dimanfaatkan oleh suami dan istri tuanya, ibarat kata pepatah terlanjur basah ya sudah mandi sekali. 

Suami yang labil, ketika emosinya terpancing, kata kata mutiara yang tak layak diucapkan akan keluar bak semut yang bergerombol keluar dari sarangnya, sungguh sangat menyakitkan hati tak segan sang suami meludahi Maryam. Harga diri yang sudah diinjak-injak, biaya kuliah yang selalu diungkit. 

Hingga suatu hari Maryam pun terpancing emosi, Maryam menjawab semua ocehan Joni, sok silahkan pak, ambil kembali semuanya, ini ijazah S1, ini DP motor yang pernah bapak kasih, enggak apa apa saya mah enggak ngajar juga, saya mah akan konsen ngurusin anak, sama ngelola PAUD. Kebetulan Maryam memiliki PAUD yang ia dirikan sendiri tanpa campur tangan suami. 

Tabiat joni yang meledak ledak ketika emosi memang susah untuk berubah, ada masanya Joni lembut, perhatian tapi bisa dihitung dengan jari. Beristri dua selalu ada pembanding, Maryam selalu dibandingkan dengan istri pertamanya. lihat tuh Enah, dia mh orangnya nurut, dibilangin suami enggak pernah membangkang, contoh tuh Enah rumah selalu bersih gk pernah berantakan, omongan seperti itu kerap keluar dari mulut Joni. 

Lebih lucu lagi ketika diluar rumah, Maryam tidak boleh nyapa suaminya duluan, seakan-akan tidak saling kenal, kecuali Joni yang duluan nyapa disitulah Maryam boleh menghampirinya. Padahal rumahtangga udah terjalin 15 tahun lebih, dan sudah bukan rahasia umum lagi, hampir semua orang yang mengenal mereka berdua tahu, bahwa mereka suami istri. 

Sebulan tiada kabar berita, Maryam berusaha mencari informasi tentang keadaan Joni, lalu Maryam memberanikan diri bertanya via whatsapp kepada joni suaminya, Ayah bagaimana kabarnya ? Kok sabtu minggu enggak ada pulang ke rumah mamah ? 

Joni menjawab bahwa ia kurang enak badan, dan sekarang berada di rumah istri pertamanya. Bergegas maryam pergi ke rumah Enah untuk menemui suami, setelah sampai Enah menyambut layaknya tamu, Enah bersalaman dengan Maryam. 

Maryam salaman dengan joni menjaga jarak dengan menangkupkan kedua belah tangannya. Maryam tidak berani mendekati suaminya sendiri. Begitu enah ke dapur maryam buru2 mendekati suaminya untuk bertanya apa yang dirasa sambil nemegang jidat suaminya, mengecek suhu tubuh, begitu istri pertamanya datang kembali, lalu maryam menjauh seperti semula. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun