Hasil dari tani biasanya berlimpah yang kemudian disimpan dalam leuit, semua suku baduy memiliki leuit, karena leuit merupakan simbol kemakmuran dan ketahanan pangan warga baduy
 Â
Anak anak suku baduy dididik mandiri, mereka biasa hidup terisolir jauh dari kota tidak kenal digital tidak tahu perkembangan dunia luar, semuanya mengandalkan dari alam. Iseng iseng saya ajakin ngobrol anak kecil usia sekolah SD, kenapa mereka tidak sekolah, salah satu anak menjawab kami mh teu menang sakola, Isuk-isuk ngala suluh, dahar, ulin ngahuma. Yang artinya, kita dilarang untuk sekolah, pagi-pagi kita nyari kayu bakar, makan, main, bertani dikebun. Alasan lain dilarang sekolah  hawatir orang orang suku baduy pada pinter, setelah pintar kerjaannya minterin orang.Â
Termasuk agama pun masyarakat baduy menganut ajaran Sunda Wiwitan, kepercayaan lokal, yang dianut terbatas oleh orang Baduy, di KTP pun tertulis agama Sunda Wiwitan, meski di Indonesia hanya diakui 6 kepercayaan saja.
Warga Baduy juga beribadah puasa di saat Kawalu. Mereka berpuasa selama 3 bulan lamanya di mana dalam sehari mereka tidak makan dan minum selama hampir 24 jam. Warga Baduy berpuasa mulai dari jam 6 sore dan berbuka jam 4 sore keesokan harinya.
 Lalu jam 6 sudah puasa lagi. Warga Baduy sambil berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar negara ini diberikan rasa aman, damai, dan sejahtera. Seperti halnya unat Islam orang baduy pun berpuasa, setelah puasa juga ada hari raya mirip seperti lebaran
Selama puasa Kawalu, warga Baduy berdoa dengan khusyuk. Disaat itu seluruh wisatawan dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik. Biasanya Kawalu diadakan di awal tahun sekitar Februari hingga April. Jadi jangan berkunjung ke Baduy di bulan-bulan itu ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H