Mohon tunggu...
Mutmainnah
Mutmainnah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang hobby menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekuatan Sejarah

5 November 2022   06:30 Diperbarui: 5 November 2022   06:32 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuatan sejarah adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana manusia yang bersifat kuat atau penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan beberapa faktor yang saling berkaitan. Menurut Carl G. Gustavson dalam A Preface of History mengidentifikasi enam kekuatan sejarah yaitu 1. Ekonomi 2. Agama 3. Institusi (terutama politik), 4. Teknologi 5. Ideology dan 6. Militer. Dan kita masih dapat menambahkannya : 1. Individu 2. Seks 3. Umur 4. Golongan 5. Etnis dan Ras 6. Mitos dan 7. Budaya

Bagaimana gerak kekuatan sejarah itu? Sejarawan Prof Kuntowijoyo (2005:144) yang semasa hidupnya kerap di kelompokkan sebagai satu dari sekian intelektual mencorong di negeri ini dan menggenggam predikat Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) mengilustrasikan berikut ini : "Kekuatan sejarah itu berjalan seperti api dalam sekam. Kita mengira politik itu menentukan, sehingga kita membayar mahal untuk pesta demokrasi dalam rangka memegang kekuasaan dan kewenangan. Kita tidak tahu bahwa politik itu hanya sepersekian kekuatan sejarah. Kadang-kadang kekuatan sejarah itu berjalan sendiri, kadang-kadang terjadi bersamaan. Sebuah revolusi terjadi bila kekuatan-kekuatan sejarah bergabung".

Sejarah tercipta karena banyak penyebab. Tiada sebab determinan yang menentukan sejarah di setiap tempat dan masa. Itu sebabnya, upaya memahami masa lampau perlu ditunjang dengan sederet fakta yang relevan. Demikian halnya untuk membaca dan menelaah kecenderungan sejarah masa depan, juga memerlukan pemahaman mengenai hukum sejarah dan penglihatan memadai ke segala penjuru realita. Langkah abai terhadap semua itu, boleh jadi membuat penerawangan sejarah hanya dongeng dan asumsi belaka tanpa berpijak pada kenyataan.

Wacana perubahan, dengan interprestasi pergantian keadaan ke arah yang lebih baik, kerap mewabah dalam setiap momen pergantian kepemimpinan. Kata perubahan telah menjadi kata sakti di banyak kalangan yang menyimpulkan bahwa kondisi sekarang berada dalam situasi belum ideal. Aspirasi kesejahteraan ekonomi, kestabilan politik, keadilan hukum, ketertiban sosial, dan terciptanya keamanan merupakan beberapa poin terpenting yang menjadi latar (background) dari mencuatnya wacana perubahan.

Kita acapkali alfa bahwa situasi kondusif serupa itu tidak muncul tiba-tiba. Kondisi ideal tersebut tidak lahir dan sekonyong-konyong diturunkan dari langit (taken for granted). Sesungguhnya keadaan tersebut menuntut perjuangan. Pendek kata, dalam realita kehidupan ini, kondisi dambaan tersebut perlu penyebab yang paralel. Dengan kata lain agar cita-cita situasi kehidupan ideal tercipta di masa depan, kita perlu menyediakan seluruh penyebab sejarah yang efektif.

Hakikatnya, manusia merupakan makhluk yang bersifat menyempurna (prudential). Manusia selalu bergerak untuk menyempurnakan dirinya (menutupi kekurangan) sehingga sampai kepada kesempurnaan. Ambil contoh sederhana, antara lain manusia yang lapar, manusia yang kurang mengetahui, manusia yang kurang pendidikan, dan manusia yang kotor yang akan menyempurnakan dirinya dengan mencari makanan lalu makan, manusia mencari tahu hingga mengetahui, manusia mengenyam pendidikan sehingga berpendidikan, dan manusia yang membersihkan tubuhnya sampai bersih. Dalam konteks tadi, manusia telah sempurna (tertutupi kekurangannya) manakala telah kenyang, telah mengetahui, telah lulus sekolah, dan telah bersih.

Berpindahnya manusia dari titik kekurangan ke titik kesempurnaan tentu saja meniscayakan adanya gerak. Gerak adalah berpindahnya sesuatu (manusia dan selainnya) dari satu titik ke titik selainnya. Bagi manusia, melakukan gerak untuk menyempurna merupakan keniscayaan. Gerak terjadi karena pertama, ketika manusia mengetahui bahwa dirinya berada dalam kondisi kekurangan. Kedua, manusia mempunyai tujuan untuk menyempurna. Ketiga, memiliki hasrat, keinginan, atau kehendak untuk menyempurna. Keempat, melakukan tindakan untuk menyempurna.

Dengan demikian, gerak manusia-manusia yang kemudian menjadi sejarah kemanusiaan, terlepas kadar pengaruhnya yang terkategorikan kecil, menengah, atau besar, sesungguhnya terdorong oleh sejumlah faktor yang memantik adanya gerak dalam diri tiap manusia. Dalam arti kata, sejarah biasa yaitu sejarah manusia biasa yang pengaruhnya kecil, disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Demikian pula sejarah yang pengaruhnya besar dan luar biasa yaitu gerak manusia yang mempengaruhi nasib manusia kebanyakan dan sektor penting kemanusiaan lainnya, juga disebabkan oleh faktor-faktor mendasar tersebut. Mudah dipahami akhirnya bahwa sejarah adalah sederet catatan tentang kisah-kisah gerak manusia di masa lampau. Jadi manusia bergerak dalam sejarah, dan sejarah merupakan wadah (waktu dan tempat) bagi manusia yang tengah bergerak.

Sejarah memang tercipta di masyarakat. Namun masyarakat bukan semata-mata objek sejarah. Di satu sisi, masyarakat adalah sebab material bagi terjadinya sejarah. Dalam konteks ini, masyarakat ibarat wadah bagi sejarah. Pada sisi yang lain, masyarakat atau rakyat acap merupakan subjek yang mengarahkan laju sejarah. Dalam konteks inilah konsep kekuatan rakyat (people power) menemukan relevansinya.

Di balik dan bersama masyarakat atau rakyat itu memang acapkali hadir orang besar (the great man), namun apalah arti individu semacam ini tanpa dukungan masyarakat atau rakyat. Dengan demikian, masyarakat juga merupakan aktor penggerak sejarah.

Di balik gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia memang berdiri sejumlah orang-orang besar seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan sebagainya. Namun bersama mereka ada masyarakat atau rakyat yang menggerakkan sejarah hingga Indonesia merdeka. Di balik gegap gempitanya revolusi Perancis, revolusi Islam Iran, gerakan komunisme Cina, perjuangan kemerdekaan India, dan sebagainya, terdapat rakyat atau masyarakat sebagai kekuatan signifikan yang mengarahkan sejarah.

Dengan demikian, tanpa menihilkan peran Tuhan sebagai Sang Pencipta Sejarah Tertinggi, sebaiknya umat manusia cepat menyadari bahwa Tuhan juga telah menciptakan hukum alam dan hukum sejarah untuk mengkerangkai dinamika kehidupan alam semesta. Dengan kata lain, Tuhan memang penentu sejarah, namun dalam porsi sebagai manusia, sejarah juga ditentukan oleh aneka kekuatan penggerak sejarah. Manusia, dengan begitu, dipersilahkan oleh Tuhan untuk berikhtiar mengumpulkan dan mengefektifkan kekuatan penggerak agar sejarah kehidupannya sampai pada tujuan ideal yang dibutuhkan dan diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun