Seorang mufasir harus berhati-hati untuk tidak menafsirkan ayat Al-Qur'an berdasarkan logika pribadi atau spekulasi tanpa dukungan dalil yang kuat. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa menafsirkan Al-Qur'an dengan pendapat pribadinya, maka hendaknya ia bersiap menempati tempatnya di neraka." (HR. Tirmidzi).
4. Menguasai Ilmu yang Diperlukan
Seorang mufasir harus memiliki pengetahuan mendalam tentang berbagai disiplin ilmu, seperti:
Ilmu Bahasa Arab (nahwu, sharaf, balaghah) untuk memahami teks Al-Qur'an.
Ilmu asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) untuk mengetahui konteks ayat.
Ilmu nasikh-mansukh untuk membedakan ayat yang menggantikan atau digantikan.
Ilmu hadis untuk memahami sunnah Nabi SAW sebagai penjelas Al-Qur'an.
Ketidaklengkapan dalam ilmu ini dapat menyebabkan mufasir memberikan tafsir yang keliru.
5. Bersikap Rendah Hati (Tawadhu')
Seorang mufasir harus menjauhi sifat sombong dan merasa paling benar. Ia harus siap menerima masukan dari ulama lain dan menghormati perbedaan pendapat. Tafsir sering kali memiliki dimensi yang luas, sehingga keberagaman pandangan di kalangan ulama adalah hal yang wajar.
6. Menjaga Kesucian Diri