Mohon tunggu...
Mutiara Khadijah
Mutiara Khadijah Mohon Tunggu... Writer -

Psikologi | Foundily Indonesia | Blood for Life Chapter Bandung | Mentality Health Indonesia | Beswan #29 | #SadarIndonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Media Sosial Sudah Tak Lagi Sehat bagi Anda? #1

24 Desember 2015   23:08 Diperbarui: 24 Desember 2015   23:08 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Turn friends, allies, and families into a rival

[caption caption="Friends becoming your rival, diambil dari: guardian.com"]

[/caption]

Seperti halnya perasaan negatif lainnya, jealousy and envy yang berakar dari ketidakbahagiaan itu bisa jadi merontokkan kehidupan sosial Anda perlahan. Mungkin saja, tanpa sadar Anda mulai mengambil jarak, menarik diri dari pertemanan hanya karena Anda mulai menilai teman, rekan, bahkan keluarga Anda sebagai rival! Ngeri, kan?

Faking cheerfulness

Hal yang satu ini sudah parah banget. Karena Anda merasa hidup Anda tak bahagia, Anda iri dengan pencapaian dan kehidupan orang lain, dan Anda merasa mereka kini jadi rival Anda, hal yang selanjutnya bakal Anda lakukan adalah PURA-PURA BAHAGIA. Anda tidak mau orang lain tahu bahwa sebetulnya you’re far from the real happiness state and you’re just trying to faking all the goods and cheerfulness. Tanpa sadar ini yang bakal bikin Anda semakin feeling iritated.

*

Lalu, sebetulnya kenapa kita bisa mengalami hal-hal di atas? Hal yang mengindikasikan kalau media sosial mulai tidak lagi sehat bagi kita? Seperti yang sudah sempat disindir di awal bahwa peneliti mulai tertarik untuk mengkaji fenomena ini. Fenomena perasaan tidak bahagia, penurunan self-esteem, dan sebagainya. Ada dua hal yang bisa menjelaskan kenapa fenomena di atas bisa terjadi:

Selective Self-Presentation

Hal yang paling utama harus diingat bahwa ada banyak teknik manusia ingin menciptakan kesan pada orang lain. Dikenal dengan impression-management atau self-presentation. Individu bisa memilih cara menampilkan kesan dirinya tergantung situasi. Begitu pun para pengguna media sosial. They post anything not only what they want, but also what they want people to see about them. Ingat, pada dasarnya kebanyakan yang kita lakukan dalam sosialisasi sangat dipengaruhi oleh keinginan untuk menciptakan kesan. Alhasil, hal-hal yang diunggah atau diekspos di media sosial hanyalah highlight dari kehidupan nyata orang-orang saja. Hanya poin yang ingin mereka tunjukkan pada publik saja. Tidak jarang menciptakan kesan how wonderful their life been. Tanpa kita sadar, those were all just a half of their life, not a whole. Tidak sedikit dari kita yang akhirnya mudah terhisap oleh ‘gemerlap’ kehidupan orang-orang yang sebetulnya ‘baru separuh’ saja.

Upward Social Comparisson

[caption caption="Upward Social Comparison, Diambil dari: scienceofrelationship.com"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun