Mohon tunggu...
Mutiara Khadijah
Mutiara Khadijah Mohon Tunggu... Writer -

Psikologi | Foundily Indonesia | Blood for Life Chapter Bandung | Mentality Health Indonesia | Beswan #29 | #SadarIndonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

#FightStigma 3: Kepribadian Ganda atau DID

28 Agustus 2015   13:08 Diperbarui: 28 Agustus 2015   13:08 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepribadian adalah satu entitas yang merangkum seluruh cara berpikir, bertindak, berperilaku individu. Bisa dikatakan, kepribadian inilah yang kemudian bisa membedakan individu satu dan individu lainnya. Dialah yang membuat setiap individu nampak unik dan memiliki karakteristik khas dibanding yang lainnya. Lalu, apa yang terjadi jika dalam satu tubuh individu, ia memiliki tiga, sepuluh, dua belas, enam belas, bahkan hingga puluhan kepribadian berbeda, yang keseluruhannya bertindak serta berpikir dengan cara yang berbeda, tanpa individu itu ingat apa yang terjadi padanya? Inilah yang dikenal dengan Dissociative Identity Disorder (DID) atau Multiple Personality Disorder atau Split Personality Disorder atau dalam bahasa umum adalah Kepribadian Ganda.

[caption caption="Serial Kill Me Heal Me (2015)"][/caption]

Serial Korea berjudul Kill Me Heal Me bisa jadi adalah serial yang dapat memberikan gambaran dengan sangat baik mengenai apa yang terjadi pada individu dengan DID. Cha Do Hyun, tokoh utama dalam cerita serial ini dikisahkan mengalami gangguan DID yang membuat dirinya memiliki setidaknya tujuh ‘orang lain’ dalam dirinya sendiri. Lalu, sebenarnya apa yang terjadi pada individu dengan DID?

 

Dissociative Identity Disorder (DID)

Dilansir dari halaman Dailymail yang membahas mengenai Kim Noble, perempuan yang memiliki 20 kepribadian dalam diri, pada dasarnya DID ini merupakan bentuk jangka panjang Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dalam skala yang lebih parah. PSTD sendiri adalah salah satu bentuk stres yang terjadi ketika individu mengalami sebuah kejadian yang benar-benar traumatis bagi dirinya, sehingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah kejadian itu individu akan terus mengalami tegangan serta stres yang terasa hingga ke fisiknya jika terpapar oleh hal-hal yang memancing memori traumatisnya tersebut.

Individu dengan DID ini akan memiliki lebih dari satu kepribadian dan identitas berbeda, yang memiliki cara bertindak dan cara memaknai dunia dengan sangat berbeda. Biasanya saat DID berlangsung, identitas dan kepribadian lainnya itu mengambil alih kepribadian asli individu tersebut (Nolen, 2011). Seperti halnya dalam serial Kill Me Heal Me, saat Shin Se Gi, bentuk kepribadian lain yang kasar dan suka berbuat kekacauan, muncul menggantikan diri Cha Do Hyun yang sesungguhnya, Cha sendiri tidak akan ingat apa yang terjadi padanya ketika dirinya kembali nanti. Begitu pun yang terjadi pada Kim Noble, ia bahkan tidak ingat apa yang tejadi pada dirinya saat melahirkan, karena rupanya Dawn, kepribadian lainnya lah yang menggantikannya saat itu. (http://www.dailymail.co.uk/femail/article-2042663/The-woman-20-personalities-body-case-thats-baffled-experts.html)

 

Apa yang terjadi pada individu DID atau orang berkepribadian ganda?

Individu yang mengalami gangguan ini akan memanifestasikan gangguannya dalam bentuk pecahan kepribadian lain yang berbeda dalam dirinya. Kepribadian berbeda inilah yang dinamai dengan alters. Alters ini muncul sebagai mekanisme diri individu (yang maladaptif) untuk menghadapi setiap kejadian traumatis dan menyakitkan dalam kehidupan si pemilik tubuh yang sesungguhnya. Pada individu yang tidak mengalami DID atau berkepribadian normal, mekanisme diri yang dimunculkan saat berhadapan dengan kejadian pahit bisa saja tetap terjadi, namun tetap ditampilkan dalam satu kepribadian utuh dan asli, yaitu dirinya sendiri. Sedangkan pada orang dengan DID, alih-alih muncul dan menghadapinya sendiri sebagai kepribadian asli, ia akan ‘memecah’ dirinya menjadi kepribadian-kepribadian lain. Alters yang muncul dapat menjalankan fungsi berbeda, muncul dalam gender berbeda, bahkan usia yang berbeda.

[caption caption="Alters, Bentuk Pecahan Kepribadian Individu dengan DID"]

[/caption]

Child alters misalnya, alters yang menjalankan fungsi sebagai kepribadian lain yang usianya lebih muda dari kepribadian asli, dengan fungsi menghadapi masa lalu traumatis saat ia kecil dulu. Gunanya? Sekali lagi, pecahan kepribadian ini atau alters pada dasarnya adalah untuk melindungi psikologis si pemilik tubuh dari kejadian pahit yang dinilai bisa mengancam dirinya.

Persecutor personality adalah bentuk alters yang berbahaya, alters ini menjalankan fungsi hukuman, termanifestasi dalam perilaku menyakiti diri sendiri seperti bunuh diri. Alters ini meyakini bahwa dia bisa menyakiti kepribadian lainnya tanpa membuat dirinya tersakiti.

Helper personality adalah bentuk oposisi dari persecutor, alters ini muncul dengan fungsinya untuk memberikan alternatif saran pada alters lain atau untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan si pemilik tubuh asli. Misalnya pada individu yang sering mengalami penganiayaan dan tidak bisa mengelak, alters ini akan muncul untuk membuat si pemilik tubuh menghindar dan bersembunyi dari penganiaya.

Alters-alters tersebut umumnya memunculkan perilaku yang mengandung hal-hal traumatis di masa lalunya. Misalnya, Kim Noble yang salah satu altersnya adalah seorang remaja perempuan anoreksia, muncul karena Noble sendiri saat remaja memang anoreksia. Lalu, Cha Do Hyun yang salah satu altersnya adalah bocah yang takut ruang bawah tanah, muncul karena Cha kecil pernah dianiaya saat ia sedang berada di ruang bawah tanah.

Orang dengan DID umumnya mengalami lupa ingatan atau amnesia sesaat antar-alters. Maksudnya, ketika alters satu muncul dan bertindak mengambil alih, alters lain akan mengalami amnesia sehingga tidak jarang individu dengan DID akan terbangun dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Tidak jarang pula individu menemukan benda-benda yang tak dikenalnya, atau berada di tempat yang tidak ia ketahui. Selain itu, menyakiti diri sendiri adalah simptom yang paling banyak muncul. Tiga perempat pasien DID memiliki latar belakang bunuh-diri, atau setidaknya pikiran untuk bunuh-diri (Ross, 1997).

 

Mengapa DID bisa terjadi pada individu tersebut?

Sebelum tahun 1980, DID ini masih belum dapat didiagnosis karena keterbatasan ilmu pengetahuan saat itu. Namun, setelah DID mulai dapat didiagnosis, kasus-kasus mulai banyak ditemukan dalam bentuk yang berbeda-beda, di mana-mana. (http://listverse.com/2015/03/16/10-famous-cases-of-dissociative-identity-disorder/)

Beberapa ilmuwan yang mempelajari DID secara mendalam menemukan bahwa DID ini adalah hasil upaya maladaptif individu untuk menghadapi kejadian trauma yang dialaminya, yang kebanyakan di antaranya adalah trauma masa kecil, trauma seksual, yang sulit dihindari oleh pemilik tubuh aslinya (Bliss, 1986). Dari sebuah studi yang dilakukan pada 135 orang DID, 92 persen di antaranya mengalami penganiayaan seksual dan 90 persen juga mengalami penganiayaan secara fisik di masa lalunya (Ellanson, 1996). Penganiayaan jelas salah satu hal yang kemudian memunculkan trauma mendalam bagi individu sehingga sebagai upayanya, individu memecah kepribadiannya menjadi alters-alters untuk menghadapinya. Selain itu, korban penculikan, korban bencana alam, perang, dan bentuk siksaan lainnya juga bisa menjadi pendahulu munculnya gangguan kepribadian ganda ini.

Alters-alters inilah yang akhirnya muncul dari diri individu yang kemudian secara tak langsung individu yakini dapat memberikan ia kenyamanan, keamanan, hingga kasih sayang yang tidak bisa ia dapatkan dari figur-figur penting dalam kehidupan realitanya.

 

Apa yang bisa dilakukan pada orang DID?

Mengembalikan pecahan-pecahan kepribadian atau alters kembali menjadi satu entitas kepribadian utuh adalah tujuan utama dalam menangani individu DID. Upayanya dapat dilakukan mulai dari mengenali setiap fungsi dan kemunculan alters, membantu alters untuk bisa melakukan coping atau penanganan stres dan trauma yang lebih adaptif, dan bernegosiasi pada setiap alters untuk mau dan bisa saling bekerja sama yang akhirnya akan melebur kembali menjadi satu kepribadian utuh, yakni dirinya sendiri (Lemke, 2007).

Melalui apa?

Banyak cara dilakukan para psikiater dan psikolog sebagai upaya menyatukan kembali alters menjadi satu kepribadian asli si pemilik tubuh, namun harus diakui bahwa menangani orang DID apalagi yang sudah berkepanjangan dan memiliki banyak alters sangatlah menantang. Hipnosis adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk bisa bernegosiasi dengan alters. Selain itu, psikiater juga biasanya akan memberikan obat-obat berjenis anti-depressan dan antipsikosis untuk mengurangi simptom lain pada DID, seperti simptom depresi dan trauma yang dialaminya.

 

[caption caption="Dukungan secara Emosional adalah Bantuan Tersederhana namun Bermakna"]

[/caption]

Sama halnya dalam dua artikel sebelumnya mengenai Skizofrenia dan Autisme, mengalami Kepribadian Ganda atau DID jelas bukan hal yang mudah bagi individu itu. Orang-orang DID tak jarang merasa letih akibat kelakuan alters-alters yang sebetulnya adalah pecahan kepribadiannya sendiri. Tak sedikit juga orang-orang DID yang kemudian merasa dirinya asing dan menilai dirinya sebagai monster. Mereka jelas lelah dan tak menginginkan itu terjadi. Dan dukungan keluarga serta lingkungan, dengan cara mencoba memahami perilaku orang-orang ini dan bukan mencemoohnya adalah cara paling sederhana yang bisa dilakukan. Mudah? Pasti sulit menerima kenyataan seseorang bertindak selalu berubah-ubah setiap saat. Tapi, jika kita menyadari bahwa orang DID itu sendiri juga pasti merasa lelah dan menderita akibat alters yang muncul bukan atas kemauannya, kita pasti bisa menjadi lebih empati terhadap orang-orang yang mengalami ini.

Dan satu lagi, sampaikan keluhan Anda pada orang yang lebih ahli seperti psikiater dan psikolog jika Anda merasa menemukan orang yang memunculkan simptom-simptom DID. Speak up and fight stigma!**

------------------

Referensi:

Susan Nolen. Abnormal Psychology Fifth Edition. 2011. New York: McGraw Hill Company.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun