Dan aku berhasil jadi juara ketiga. Bukan hal yang dapat dibanggakan, bukan ini yang inginku capai , pikirku dengan sombongnya pada saat itu. Ya memang inginku menang olimpiade IPA bukan memang loba cerpen .Â
Di suatu hari aku bercermin pada sisi diriku yang lebih bijaksana. Pada sisi diriku duapuluh tahun yang akan datang.Â
Dia tertawa kecil memandangu " mengapa sulit sekali mencapai yang kita inginkan?" Tanya ku yang naif. " tidak sulit, tapi memang kamu tidak butuh menggapainya" katanya yang bijaksana. "untuk apa jadi ilmuan jika ingin pamer, untuk apa jadi pengusaha yang memperbudak karyawannya?" Tanyanya lagi membiat si Naif makin heran.Â
Cukupkanlah ikatanmu relakanlah yang tak seharusnya untukmu, lantunan lagu dari Kunto Aji tiba tiba terdengar. "kamu tahu kan orang orang sukses itu tujuhpuluh persen hidupnya soal kegagalan, maka jatuhlah tujuhkali tapi bangkit delapan kali." . Si Naif menangis, apa yang ia ingin gapai selama ini memang bukan untuknya.Â
Dia menyepelekan soal tulisan, akhirnya sadar bahwa tulisan yang menginspirasi banyak orang lebih berharga dibanding penemuan teori kuantum yang malah disalah gunakan untuk pengeboman di kota kota. "hidup bukanlah soal pencapaian, tapi siasat bagaimana cara menghabiskan hidup untuk menjadi mata air bagi orang lain."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H