Beberapa hari yang lalu saya cukup merasa tergelitik ketika salah satu dosen kami berbicara tentang mahasiswa. Bagaimana perannya dalam sebuah pembangunan pada sebuah peradaban. Sebuah pembicaraan yang muncul di sela kuliah pagi kami yang cukup memusingkan. Berawal dari insiden lobbying tugas yang beliau berikan. Beberapa dari kami merasa tugas tersebut terlalu berat karena mereka masih harus bertahan sampai malam untuk mengurus acara besar di kampus.Â
Akhirnya mereka pun mengiba pada beliau, memohon dispensasi karena toh apa yang mereka lakukan adalah untuk kepentingan kampus tapi ternyata gagal karena tugas tersebut adalah tugas yang sudah diberikan dua minggu yang lalu. Proses lobbyinggagal dan malah berbuntut panjang. Sampai akhirnya kuliah pagi itu pun menjadi tak mengenakkan. Â
Mahasiswa sekarang memang tak se-maha mahasiswa zaman dulu. Berkumpul, berorasi, dan bahkan menaiki atap gedung DPR MPR RI untuk menyuarakan kepentingan rakyat. Untuk merubuhkan dinding-dinding kekuasaan yang mulai bercokol kuat. Mahasiswa sekarang memang sama-sama berkumpul dan berorasi tapi untuk kepentingan pribadi. Sudah cukup sibuk dengan urusan sendiri. Belum lagi urusan-urusan organisasi yang sibuk bikin acara sana sini.Â
Mahasiswa sekarang tak sempat pikirkan harga listrik. Selagi mamak tak ngomel soal harga kos yang mendadak naik maka tak ada yang perlu dirisaukan. Tidak kepikiran kalau listrik naik seperti ini bagaimana nasib tukang laundry depan yang tarif laundryannya masih sama saja. Tidak sempat karena pagi sampai malam sudah ada kegiatan di kampus. Pulang, hanya untuk numpang tidur di kosan.
Mahasiswa sekarang tak sempat pikirkan harga BBM yang melambung. Selagi ada abang gojek yang datang menawarkan kemudahan dan kenyamanan plus kemurahan maka BBM tak perlu dirisaukan. Tak sempat berpikir bagaimana nasib abang-abang ini kalau ternyata penghasilannya tak mencukupi karena BBM yang naik.Â
Mahasiswa sekarang tak sempat peduli dengan teman yang tiba-tiba musnah dalam organisasi padahal teman kosan sendiri. Alasannya, ah kita memang punya dunia sendiri-sendiri. Asal prokernya tetap jalan dan proker temannya masih bisa ia jalankan maka kepunahan temannya bukan masalah yang perlu dipusingkan.
"Kebanyakan kalian adalah mahasiswa kupu-kupu. Kuliah-pulang, kuliah-pulang. Sudah merasa terbebani dengan tugas yang diberikan. Kalian maha-siswa kan? Bukan waktunya lagi untuk sibuk dengan urusan sendiri..."
#selfreminder
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H