Waktu memang tidak pernah berhenti barang sedetikpun. Memberikan kesenggangan kepada Sasa yang sudah seminggu ini ngos-ngosan. Ngurusin ini, ngurusin itu. Dia sangat ingin berhenti sejenak saja untuk mendinginkan otaknya yang sudah kepanasan memikirkan segala tanggung jawabnya. Ia juga terlihat sangat lelah karena harus wira-wirimengurusi semuanya. Belum lagi mengurusi oknum-oknum tak bertanggung jawab yang hanya mau cari nama di kepanitiaan, hanya demi keeksisan atau selembar sertifikat.
Belum lagi ujian. Ah, iya bahkan saking sibuknya ujian pun tidak terasa, seperti kuliah biasa saja. Selesai ujian langsung kumpul dengan teman-temannya, briefing untuk acara. Padahal besok pagi ia sudah harus siap mengikuti ujian Proses Kimia yang minta ampun sulitnya.
Satu lagi yang juga ia lupa. Puasa, ia bahkan tak tahu lagi apa bedanya bulan Ramadhan dengan kesebelas bulan lainnya. Aktivitasnya masih sama saja, ibadahnya cuma ketambahan puasa dan tarawih. Lalu apa bedanya? Entahlah, ia terlalu sibuk untuk mencari perbedaan bulan Ramadhan dengan bulan lainnya. Masih banyak hal yang harus ia tuntaskan.
Apalagi hari ini. Undangan yang sudah susah payah ia buat terbang entah ke mana.
"Humasnya mana?" tanya pak ketua yang memimpin rapat di depan.
"Saya kak," jawab Anton, satu-satunya anggota humas yang hadir.
"Suratnya yang kemarin udah dikasih ke mana aja? Kenapa sampe ada yang bilang kalo masjid Mardiyah belum kebagian?"
"Wah, saya kurang tahu kak, itu bukan bagian saya."
"Ya udah daripada ribet, mending sekarang sekretaris buatin surat lagi aja." Usul coordinator acara yang langsung saja nimbrung. Tapi pak ketua langsung menyetujui.
Sasa hanya diam, tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Sebenarnya mudah saja baginya untuk mencetak surat itu lagi tapi... Tapi apa mungkin setiap kali rapat tidak ada hasil koordinasi yang baik seperti ini? Setiap rapat yang hadir hanya orang-orang ini saja? Tidak mungkin terjadi koordinasi yang baik kalau seperti ini caranya. Selalu saja ada yang beralasan, tugaslah, tabrakan dengan jadwal lainlah, rapat lain, sakit, dan bahkan alasan yang paling tidak bermutu, ketiduran. Tapi pak ketua tidak bisa berkutik. Bergerak jika coordinator acara sudah meminta lalu siapa yang sebenarnya ketua?
Apa yang dikhawatirkan Sasa terbukti. Hari H acara tidak banyak yang bisa dibanggakan. Kecuali satu, jumlah peserta essay yang cukup banyak meskipun tetap saja tak memenuhi target. Selain itu, buruk seluruhnya. Koor acara seperti bekerja sendiri, ke sana kemari ribut sendiri. Humas kebingungan dengan tugasnya sendiri. Konsumsi untuk panitia kekurangan karena satu-dua orang yang egois meminta jatah makannya ditambah. Evaluasi langsung ditunaikan seusai acara. Bukan karena banyak hal yang perlu diperbaiki tapi hanya untuk kepuasan agar besok tak ada beban lagi.Â