Pembangunan perkotaan yang dilakukan oleh pemerintah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kota-kota besar di Indonesia saling berlomba-lomba untuk menjadi lebih baik, seperti pembangunan yang dilakukan oleh Ridwal Kamil selaku Wali Kota Bandung yang menjadi sorotan setelah berhasil mengubah Kota Bandung menjadi lebih baik dengan pembangunan infrastruktur seperti Taman Jomblo, Taman Pustaka Bunga, Taman Musik, dan Taman Fotografi (Bayu,2015). Pembangunan yang dilakukan tidak hanya melingkupi pembangunan taman tetapi juga pembangunan transportasi umum yaitu LRT (Light Rail Train) dan cable car (Ramadhan,2017).
Wali Kota Surabaya yaitu Tri Rismaharini juga merupakan salah satu Wali Kota yang menjadi sorotan karena dianggap berhasil membangun kota Surabaya menjadi lebih baik, program pembangunan Trem yang sedang dilakukan pemerintah Surabaya menjadi salah satu contoh program pembangunan yang dilakukan oleh Risma. Risma mengatakan bahwa pembangunan Trem yang dilakukan tidak akan merusak jalur hijau atau taman disepanjang jalan protokol (NurhayatiTNR,2016).
Pada artikel ini saya tidak membahas mengenai baik buruk program pemerintah dalam melakukan pembangunan perkotaan dari segi politik ataupun ekonomi. Saya ingin mengajak anda untuk melihat dari perspektif lain yang kadang dianggap remeh oleh sebagian orang. Jika anda perhatikan terdapat kesamaan antara pembangunan yang dilakukan oleh Wali Kota Bandung dan Wali Kota Surabaya, yaitu aspek lingkungan yang tetap diperhatikan dalam pembangunan perkotaan. Pembangunan Kota Bandung dan Surabaya dapat menjadi contoh untuk kota-kota besar lain di Indonesia. Pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya memang baik tetapi hal ini akan menjadi buruk jika dilihat dari perspektif lingkungan. Campur tangan manusia dengan alam dapat menimbulkan efek yang akan muncul dimasa depan. Pembangunan perkotaan yang baik akan memikirkan pula dampak apa yang akan muncul ketika kita mengubah lingkungan kita. Ketika efek ini diperhitungkan kita dapat mengindari hal-hal yang tidak diharapkan seperti masalah-masalah lingkungan.
Salah satu masalah lingkungan yang akan muncul dengan adanya pembangunan perkotaan adalah menurunnya lahan produktif. Sebagai warga yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta, saya melihat langsung bagaimana pembangunan yang terjadi di Kota saya mengubah banyak lahan produktif menjadi bangunan baik itu hotel, rumah, atau bangunan dengan fungsi lain. Saya merasa pengalih fungsian lahan produktif ini akan menjadi masalah lingkungan yang harus di hadapai masyarakat Yogyakarta kedepannya karena dari data didapat bahwa lahan produktif di Yogyakarta berkurang 100 hektar setiap tahunnya (CPPS UGM,2017). Hal ini dapat menjadi masalah ketika hasil pangan dari lahan produktif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Masalah Lingkungan ini tidak hanya membutuhkan peran dari pemerintah namun juga peran dari masayarakat dalam pembangunan perkotaan, karna masyarakat memiliki hak untuk memanfaatkan lahan yang dimilikinya. Meningkatkan pengetahuan masyrakat mengenai masalah lingkungan yang akan muncul dengan pengalih fungsian lahan adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah penurunan lahan produktif. Permasalahan yang dihadapi selanjutnya adalah lahan produktif yang ada sudah banyak menjadi bangunan, lalu apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini. Solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut saya dapat dalam paper yang ditulis oleh Yusuf Hariyoko dan Anggraeny Puspaningtyas dosen Program Studi Administrasi Publik yang berjudul “Pengembangan Green Urban Development Kota Surabaya”. Didalam paper tersebut terdapat konsep urban farming atau pertanian perkotaan. Pertanian perkotaan adalah praktek budidaya, pemrosesan dan distribusi pangan di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang terbatas. Pertanian perkotaan menurut saya menjadi solusi karena masyarakat dapat mempraktekkan langsung dalam kehidupannya.
Konsep pertanian perkotaan ini dapat diterapkan di masyarakat Yogyakarta. Saya sendiri melihat bahwa konsep ini tepat untuk di terapkan di daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Data dalam tabel 1.1 menunjukkan bahwa Kecamatan Depok memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan dengan Kecamatan lainnya. Salah satu wilayah dari Kecamatan Depok yang mengalami perkembangan pesat adalah Desa Caturtunggal yang menurut Agus Santoso selaku Kepala Desa, Desa Caturtunggal merupakan pusat ekonomi Kabupaten Sleman bahkan Kota Yogyakarta (Aditya,2017). Hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah mal, institusi pendidikan, dan pemukiman yang menduduki wilayah tersebut. konsep pertanian perkotaan tepat jika dilakukan di wilayah ini karena dari 889,7480 Ha luas wilayah Desa Caturtunggal sebanyak 678,4077 Ha-nya merupakan lahan pekarangan (Depokkec,2017).
Masalah Lingkungan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat tetapi juga tanggung jawab dari institusi-institusi yang berada di wilayah Desa Caturtunggal Yogyakarta. Institusi pendidikan seperti universitas yang berada di wilayah Desa Caturtunggal cukup banyak dan salah satu yang paling besar adalah Atma Jaya Yogyakarta. Sebagai salah satu universitas yang memiliki tiga gedung di wilayah Desa Caturtunggal, saya merasa Atma Jaya Yogyakarta memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dimana ia berada. Dari hasil penelurusan pada web resmi Atma Jaya Yogyakarta terdapat sub-menu “Pengabdian Kepada Masyarakat”, namun tidak ada konten yang diunggah pada sub-menu tersebut. Saya melihat bahwa penyuluhan pertanian perkotaan dapat dijadikan salah satu program Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Atma Jaya Yogyakarta memiliki fakultas teknobiologi yang memiliki tiga konsentrasi studi yaitu teknobio-lingkungan, teknobio-pangan, teknobio-industri. Atma Jaya Yogyakarta dirasa memiliki bekal ilmu dan sumber daya manusia yang ahli di bidang pertanian perkotaan.
Desa Jembangan yang menjadi objek penelitian dalam makalah Yusuf Hariyoko dan Anggraeny Puspaningtyas menunjukkan bahwa pertanian perkotaan yang diterapkan dengan menggunakan sistem penanaman hidroponik dan polybag. Tumbuhan yang ditanam adalah tumbuhan yang memiliki manfaat seperti sayur-sayuran. Sayur-sayuran yang dihasilkan ini kemudian dikonsumsi oleh masyarakat. Konsep pertanian perkotaan ini bertujuan agar masyarakat dapat menghasilkan pangan untuk dirinya sendiri. Sistem penanaman hidroponik dan polybag dianggap lebih hemat dan efisien dibandingkan dengan menanam pada media tanah karna tidak perlu disiram setiap hari dan dapat dilakukan tanpa mengurangi lahan pekarangan warga.
Program pengabdian yang dapat dilakukan oleh Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) adalah dengan malakukan program jangka panjang yang dimulai dari pengembangan penanaman hidroponik di kampus UAJY. Program pengembangan hidroponik di kampus UAJY ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa UAJY mengenai permasalahan lingkungan yang ada di sekitarnya. Program yang dilakukan dalam internal ini diharapkan dapat menyukseskan program utama yaitu penyuluhan pertanian perkotaan kepada masyarakat di wilayah Desa Caturtunggal Yogyakarta. Mahasiswa UAJY yang sebagian besar tinggal di wilayah Desa Caturtunggal diharapkan dapat berperan ketika diadakan dalam program utama yaitu penyuluhan pertanian perkotaan di masyarakat Desa Caturtunggal.
Program internal yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman mengenai pertanian perkotaan ini dapat memberikan manfaat terhadap UAJY salah satunya adalah tanaman hidroponik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang digunakan di kantin kampus UAJY, selain itu program yang dilakukan ini juga dapat menjadi praktek bagi mahasiswa fakultas teknobio UAJY. Program internal dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas UAJY dimata masyarakat ketika akan melakukan penyuluhan pertanian perkotaan dengan sistem penanaman hidroponik.
Penyampaian pesan penyuluhan dapat menggunakan Teori ELM (Elaboration Likelihood Model). Teori ini menjelaskan bagaimana sumber, pesan, penerima, dan konteks, dapat mempengaruhi tindakan atau pandangan seseorang mengenai suatu hal (Chaiken dan Trope,1999:p.41). Teori ini menyajikan model untuk menjelaskan rute yang dapat dilakukan dalam menyampaikan pesan persuasi. Terdapat dua rute dalam teori ini yaitu rute sentral dan rute periferal. Rute sentral akan menghasilkan perilaku yang cenderung bertahan lama, sedangkan rute periferal akan menghasilkan perilaku yang sementara. Hal ini dikarenakan rute sentral menggunakan logika argumen untuk mempersuasi seseorang, sehingga fondasi pemikirannya akan lebih kuat dibandingkan dengan rute periferal yang mengandalkan faktor-faktor lain. Dalam melakukan penyuluhan rute sentral lebih cocok digunakan karena yang diharapkan dari penyuluhan adalah perubahan perilaku yang cenderung permanen.
Pesan dalam penyuluhan yang akan dilakukan meliputi motivasi yang dapat mendorong masyarakat untuk tertarik dengan pertanian perkotaan , pesan yang disampaikan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat memahami pertanian perkotaan, kualitas argumen dalam pesan untuk meyakinkan masyarakat juga harus diperhatikan, dan terakhir adalah melihat perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat (Chaiken dan Trope,1999:p.43). Teori ini diharapkan dapat membantu untuk merancang pesan yang efektif untuk mengubah perilaku masyarakat agar sadar dengan masalah berkurangnya lahan produktif dan melakukan tindakan yaitu menanam sayur-sayuran untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga.
Program ini tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, membutuhkan waktu yang lama dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait untuk mensukseskan program ini. Program yang dilakukan ini dapat membantu menyadarkan pemerintah dan masyarakat Yogayakarta mengenai pentingnya lahan produtif bagi kehidupan kita kedepannya. Dengan memulai dari lingkup-lingkup kecil diharapkan dapat memberikan dampak yang besar dengan menghasilkan gerakan pertanian perkotaan di Kota-kota besar di Indonesia. Gagasan ini memberikan solusi praktis yang dapat digunakan masyarakat untuk berperan serta dalam melakukan perubahan demi menjaga lingkungan.
Daftar Pustaka
Aditya , Ivan. (2017, Maret 31). Perangkat Desa Caturtunggal Wajib Teken MoU.Krjogja. Diambil dari http://krjogja.com/web/news/read/28652/Perangkat_Desa_Caturtunggal_Wajib_Teken_MoU
Bayu, Dimas Jarot.(2015, Februari 5). Menuju Kota Taman,Bandung Perbanyak Taman.Nationalgeographic. Diambil dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/02/menuju-kota-taman-bandung-perbanyak-taman
Chaiken, Shelly dan Trope, Yaacov.1999. Dual-process theories in social psychology.The guilford Press:New York.
CPPS UGM.(2017, Juni 5). Tata Ruang: Lahan Pertanian di Sleman Terus Menyusut.CppsUGM. Diambil dari http://cpps.ugm.ac.id/tata-ruang-lahan-pertanian-di-sleman-terus-menyusut-kompas/
Depokkec.(2017). Desa Caturtunggal.Depokkec. Diambil dari http://depokkec.slemankab.go.id/desa/desa-caturtunggal
Hariyoko, Yusuf dan Puspitaningtyas, Anggraeni.(2017). Pengembangan Green Urban Development Kota Surabaya. Universitas 17 Agustus 1945: Surabaya.
NurhayatiTNR, Nunuy.(2016, Juni 15). Risma Pastikan Pembangunan Trem di Surabaya Tak Merusak Taman.Tempo. Diambil Dari https://nasional.tempo.co/read/780214/risma-pastikan-pembangunan-trem-di-surabaya-tak-merusak-taman#LAerIu9rGd1AkOQB.99
Ramadhan, Bilal.(2017, September 26). Ridwan Kamil Fokus Selesaikan LRT dan Cable Car di Bandung.NasionalRepublika. Diambil dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/09/26/owunkxx330-ridwan-kamil-fokus-selesaikan-lrt-dan-cable-car-di-bandung
Slemankab.(2017). Letak dan Luas Wilayah.Slemankab. Diambil dari http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/letak-dan-luas-wilayah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H