Sosrokartono juga menggunakan platform pendidikan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Ia meminta pemerintah Belanda untuk mengajarkan orang Hindia bahasa Belanda karena dia percaya bahwa pendidikan adalah jalan menuju kemajuan. Meskipun gagal mendapatkan izin resmi untuk mendirikan sekolah, Sosrokartono tetap bersemangat dan mengunjungi pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara, untuk bergabung dan membantu pendidikan.Â
Interaksi dengan Tokoh-Tokoh Utama
Sosrokartono berbicara dengan orang biasa dan tokoh-tokoh penting dalam politik dan pendidikan. Ia bertemu dengan Soekarno, seorang tokoh nasional yang kemudian menjadi pejuang kemerdekaan, dan bergabung dengan Perhimpunan Indonesia dan Budi Utomo.Â
Ajaran Moral dan EtikaÂ
Ajaran moral dan etika yang dia ajarkan juga membantu Sosrokartono berkomunikasi. Filosofi moralnya menekankan pentingnya kepedulian sosial ("social caring") dan mendorong orang untuk menyadari tanggung jawab mereka sebagai anggota masyarakat. Mencari terang di dalam gelap, senang di dalam sengsara, adalah tujuan hidup Sosrokartono, seperti yang ditunjukkan oleh mutiara-mutiara sabdanya, seperti "ngupadosi: padang ing peteng, seneng ing sengsara".Â
Metodologi Hermeneutik
Penulis menggunakan metode hermeneutik untuk memahami ajaran moral Sosrokartono. Metode ini digunakan karena penulis tidak memiliki hubungan langsung dengan Sosrokartono karena ruang, waktu, dan tradisi yang terpisah. Oleh karena itu, interpretasi yang dibuat didasarkan pada rasapangrasa dan indera penulis sendiri.
 Relevansi dalam Konteks Sosial
Ajaran moral Sosrokartono sangat relevan untuk masyarakat Indonesia modern. Dengan menerapkan prinsip kerukunan dan hormat yang diajarkan oleh Sosrokartono, gejala seperti amuk massa, tawuran kelompok, bentrok antar kampung atau fakultas, tindak kekerasan, pengrusakan, dan pembunuhan karena perbedaan keyakinan dapat dicegah. Studi etika Jawa oleh Franz Magnis-Suseno juga mendukung gagasan bahwa dua prinsip utama—prinsip kerukunan dan prinsip hormat—merupakan inti dari etika Jawa.
- Bagaimana Sosrokartono mengatasi konflik dan perbedaan pendapat?
Menggunakan Logika Paradoksal dalam Ajaran MoralÂ