Mohon tunggu...
Mutia Saka Andini
Mutia Saka Andini Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223010023 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Sarjana dan Mencipatakan Kebahagiaan Aristotle

10 Oktober 2024   07:59 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PowerPoint Dokpri, Proff Apollo

Aristoteles berpendapat bahwa tindakan yang baik dan pengembangan karakter adalah cara untuk mencapai kebahagiaan, dan dia menekankan pentingnya kebajikan, yang merupakan sifat-sifat positif yang harus dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Aristoteles membagi kebajikan menjadi dua jenis: kebajikan moral dan kebajikan intelektual. Kebajikan moral berkaitan dengan keadilan, pengendalian diri, dan keberanian, sedangkan kebajikan intelektual mencakup kebijaksanaan dan pemahaman

Aristoteles percaya bahwa hidup yang seimbang adalah bagian penting dari kebahagiaan. Dia percaya bahwa manusia harus menemukan "jalan tengah" antara dua ekstrem, atau "mean emas". Keberanian, misalnya, terletak di antara ketakutan dan kebodohan. Mereka yang mencapai keseimbangan ini dapat lebih bahagia dan hidup secara harmonis.

Aristoteles juga menekankan betapa pentingnya hubungan sosial dan komunitas untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan tidak hanya bersifat individu tetapi juga kolektif karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk berkembang dan menemukan makna dalam hidup.

Menurut Aristoteles, kebahagiaan secara keseluruhan adalah hasil dari kehidupan yang beretika, pengembangan kebajikan, dan hubungan yang sehat dengan orang lain, yang semuanya berkontribusi pada pencapaian eudaimonia.

Bagaimana Aristotles dapat menerapkan konsep kebahagiaan pada abad-21?

PowerPoint Dokpri, Proff Apollo
PowerPoint Dokpri, Proff Apollo

Konsep Aristoteles tentang kebahagiaan, yang berpusat pada eudaimonia, atau kesejahteraan yang optimal, masih relevan dan dapat diterapkan di abad ke-21. Dalam dunia yang penuh dengan pekerjaan, masalah, dan tekanan, pemikiran Aristoteles memberikan panduan yang berharga untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya.

Pertama dan terpenting, prinsip kebajikan yang diajarkan Aristoteles dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari orang. Untuk menghadapi tantangan sosial dan etika di era modern, orang dapat belajar kebajikan moral seperti kejujuran, empati, dan keberanian. Misalnya, dalam lingkungan kerja yang kompetitif, menanamkan prinsip kejujuran dan kerja sama dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif, yang meningkatkan kesejahteraan individu dan kolektif.


Kedua, gagasan tentang "jalan tengah", juga dikenal sebagai golden mean, sangat relevan di masa sekarang, di mana ekstremisme sering mendominasi. Dalam proses pengambilan keputusan, seseorang dapat mencari cara untuk menyeimbangkan berbagai keputusan, seperti antara kerja dan kehidupan pribadi, konsumsi dan keberlanjutan, atau teknologi dan interaksi manusia. Karena itu, mereka dapat menghindari perilaku yang dapat mengganggu kebahagiaan.


Ketiga, Aristoteles menekankan bahwa hubungan sosial sangat penting untuk mencapai kebahagiaan. Di abad ke-21, di mana media sosial sering menyebabkan keterasingan, sangat penting bagi orang untuk membangun hubungan yang nyata dan mendalam. Menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, dan komunitas dapat membantu menumbuhkan rasa dukungan dan keterhubungan, yang merupakan bagian penting dari kebahagiaan.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip Aristoteles, orang-orang di abad ke-21 dapat menemukan makna dan tujuan dalam hidup mereka, membantu kesejahteraan sosial, dan akhirnya mencapai kebahagiaan yang lebih mendalam dan berkelanjutan. Konsep kebahagiaan Aristoteles masih relevan dan bermanfaat di zaman modern melalui pengembangan kebajikan, pencarian keseimbangan, dan hubungan yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun