Beberapa waktu lalu, gelombang kemarahan warga dunia terhadap rasisme tengah membuncah. Aksi protes dilakukan warga di berbagai penjuru dunia. Hal itu karena terdapat kejadian memilukan yang terjadi di wilayah Powderhorn Selatan, Kota Minneapolis, Amerika Serikat.
Seorang pria berkulit hitam, George Floyd, berusia 46 tahun yang baru saja terkena PHK akibat COVID-19, dilaporkan kepihak kepolisian karena berbelanja di sebuah toko dengan menggunakan uang palsu senilai US$20 atau sekitar 300 ribu rupiah. Polisi pun datang untuk menangkap Floyd atas laporan tersebut.
Namun sayang, nyawa George Floyd tak tertolong karena mendapat perlakukan rasisme dari polisi. Seorang anggota polisi bernama Derek Chauvin Floyd menyekap leher Floyd menggunakan lutut, sehingga menyebabkan Floyd kehabisan nafas.
Kasus kematian Floyd yang terjadi pada tanggal 25 Mei 2020 tersebut membuat gelombang protes dan demo turun ke jalan di berbagai negara. Gelombang protes tidak hanya terjadi di AS, tapi juga di Jerman, Inggris, dan Australia. Para pendemo menyerukan isu menentang rasisme dan kebrutalan polisi.
Tak hanya itu, netizen di berbagai belahan dunia pun ramai-ramai berkomentar di media sosial Twitter melalui tagar #BlackLivesMatter. Tagar tersebut mencapai puncak pertama trending topic dunia pada pukul 07.20 dengan total sekitar 529 ribu cuitan. Sementara di Indonesia, tagar #BlackLivesMatter menjadi trending topic kelima.
Kasus rasisme pun tidak hanya terjadi di luar negeri, namun juga di negara kita tercinta, Indonesia. Sering sekali terjadi tindakan rasisme, khususnya terhadap orang Papua.
Seperti salah satu kasus yang disebabkan oleh video viral di media sosial tentang seseorang yang melakukan penghinaan terhadap masyarakat Papua dengan menyebutkan kata 'Monyet'.
Kasus yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2019 lalu ini membuat aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat Papua. Hal ini juga yang menjadi buntut dari tindakan kekerasan aparat kepolisian terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang disusul dengan penangkapan.
Setidaknya ada 7 milyar lebih manusia dan ratusan suku bangsa yang berbeda di dunia ini, tetapi nampaknya kita masih saja tidak bisa menerima perbedaan sebagai karunia dari Allah SWT.Kita hanya perlu berusaha untuk membuka mata, hati dan pikiran kita terhadap perbedaan itu sendiri. Bukan malah saling menghina dan merendahkan antar suku, ras atau bangsa lainnya.
Kita sebagai manusia, tidak dapat dipungkiri, diciptakan dengan adanya perbedaan fisik, baik itu perbedaan warna mata, warna kulit, bentuk wajah, tinggi dan bentuk badan, serta atribut fisik lainnya. Itu sunnatullah. Namun itu diciptakan agar manusia mengetahui tanda-tanda kekuasaan-Nya (QS. Ar-Rum: 22).
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Allah hanya menilai hati dan amal kamu, dan bukan pada rupa serta harta kalian (HR. Muslim). Islam mengharamkan rasisme di muka bumi ini. Semua orang pada dasarnya mempunyai kedudukan yang sama dan memiliki hak-hak dasar kemanusiaan yang tidak boleh dibeda-bedakan, satu di istimewakan dan satu lagi dihinakan hanya karena alasan perbedaan suku, ras, atau bangsa semata.
Allah menciptakan kita berbeda-beda agar kita saling mengenal satu sama lainnya. Yang membedakan di sisi Allah hanyalah ketakwaannya.
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (Al-Hujurat: 13)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Jadi kita diciptakan berbeda-beda suku, ras dan bangsa agar kita saling mengenal. Karena beberapa hal di dunia ini memang diciptakan bermacam-macam. Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa yang paling mulia adalah yang paling taqwa.
Kita diberi anugerah Iman dan Islam, walaupun berbeda-beda suku, ras dan bangsa kita semua bersaudara dan disatukan dalam agama Islam. Allah berfirman,
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
"Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara." (Ali Imran: 103).
Hidup di dunia yang ditinggali lebih dari ratusan ras dan etnis sudah seharusnya membuat kita mengerti bahwa perbedaan adalah sesuatu yang mutlak. Tidak terhindarkan.
Jadi, bukan tentang bagaimana membuat dunia menjadi sama dan seragam. Namun, tentang bagaimana kita melihat toleransi adalah sebuah anugerah dari Allah SWT. Mengapa? Karena dengan adanya perbedaan tersebut, setiap orang berhak memperoleh penerimaan dan kebahagiaan.
Maka, mari kita terima perbedaan itu seperti ketika kita menerima diri kita sebagai manusia yang memiliki kekurangan, kelebihan dan keunikannya masing-masing. Menerima dan berbelas kasih adalah sebuah bentuk toleransi kita kepada sesama manusia yang saling membutuhkan.
Tidak ada rasisme dalam kehidupan bertoleransi. Rasisme hanya akan ada ketika seseorang tidak bisa menerima dirinya dan anugerah dari Allah yaitu perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H