Mohon tunggu...
Journalist From Indonesia🇮🇩
Journalist From Indonesia🇮🇩 Mohon Tunggu... Jurnalis - Kerja-Belajar-Liburan🌷

Mengerti aku dalam aku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Salah Satu Makam Tertua di Lombok Timur yang Terlupakan

29 Mei 2023   09:06 Diperbarui: 29 Mei 2023   09:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lombok Timur - Mengenal makam tertua di Lombok Timur, yakni makam Fatih Syaid Maulana (Ayah), Denda Rabia'tul Adawiyah (Istri), Raden Mustofa (Anak 1) dan Raden Ali (Anak ke 2) yang terletak di Dusun Gegurun, Desa Tumbuh Mulia, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tidak banyak orang tahu siapa beliau, akan tetapi, dedikasi nya begitu besar menjaga wilayah Lombok Timur sekitar abad ke-13 

Beliau diutus oleh kedatuan Selaparang pada masanya untuk menjaga wilayah di Dusun Makmur (nama Dusun yang sekarang menjadi Dusun Gegurun) Kecamatan Suralaga. Beliau yang berasal dari Selaparang itu di utus untuk mengusir gangguan dari penjajah dan perampok, karena konon, Dusun Makmur, Suralaga tersebut adalah sebuah Desa yang dulunya makmur dan sejahtera para masyarakatnya, baik dari hasil panen dll. Sehingga Dusun tersebut menjadi incaran para perampok. Hal itulah menjadi tanggung jawab besar yang harus di jalankan oleh Fatih Syaid Maulana terhadap wilayah nya (Lombok Timur). 

Beliau yang memiliki istri bernama Denda Rabia'tul Adawiyah itu dikaruniai kedua anak laki-laki yang bernama Raden Mustofa dan Raden Ali, akan tetapi. Seiring berjalan waktu, kedua anaknya hilang secara misterius dan tidak ditemukan sampai akhir hayat beliau, tidak sampai disitu, rumah (gedeng"bahasa Lombok") di serang oleh kawanan perampok. Akan tetapi, dengan kekuatan dan tanggung jawab beliau, para kawanan perampok tersebut meninggal sehingga mayat-mayat mereka terpaksa dikubur secara massal dan di dibungkuskan kain kafan dengan cara di sobek-sobek sehingga dinamakan oleh masyarakat setempat ialah timba (Serek Bokos) yang lokasinya tidak jauh dari rumah beliau.

Seiring berjalan waktu, Fatih Syaid Maulana mengasingkan diri ditempat yang tidak jauh dari gedeng beliau sampai akhir hayat beliau. Sehingga tempat itulah sampe sekarang di sebut makam atu (petilasan), yang kerap disebut sama masyarakat sekarang ialah makam Serek Bokos.

warga setempat percaya atas cerita yang didengar dari turun temurun untuk dijadikan salah satu tempat berziarah oleh warga terlebih jika anak nya mau di khitankan atau bagi warga yang mengalami penyakit. 

Salah satu tokoh pemuda desa setempat berharap makam tersebut dapat disentuh oleh pegiat cagar budaya agar peziarah dapat lebih mudah menuju makam tersebut, karena hingga saat ini, peziarah kesulitan menuju makam tersebut karena kondisi jalan yang kurang memadai terutama pada jembatannya yang sering rusak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun