Jakarta Selatan, 22 Juli 2024- Belanja barang bekas atau thrifting kini menjadi tren di kalangan remaja Jakarta Selatan. Fenomena ini tak hanya menawarkan solusi ekonomis untuk mendapatkan pakaian stylish, namun juga menjadi wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan. Pasar Senen Blok III, salah satu pusat thrifting terbesar di Jakarta, menjadi saksi berkembangnya budaya ini dan tempat ideal bagi para fashionista yang ingin tampil unik dan berkelanjutan.
Meningkatnya minat terhadap bisnis thrifting di Pasar Senen menjadi fenomena menarik di tengah masyarakat Jakarta. Pasar yang terkenal dengan koleksi pakaian bekas berkualitas ini semakin ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan, terutama generasi muda yang mencari pakaian unik dengan harga terjangkau. Namun, di balik popularitasnya, para pelaku bisnis thrifting menghadapi berbagai tantangan.
thrift di Pasar Senen Blok III, mengungkapkan bahwa tren thrifting di kalangan remaja Jakarta Selatan terus menunjukkan peningkatan. "Saat ini penjualan saya stabil, bahkan cenderung naik," ujarnya saat diwawancarai langsung pada Kamis (18/07/2024).
Muhammad Raihan Abrar (19), seorang pedagangIa melihat antusiasme yang tinggi dari para remaja, terutama perempuan, untuk mencari pakaian unik dan stylish dengan harga terjangkau. Namun, Raihan juga mengakui adanya tantangan dalam bisnisnya. "Tantangannya sih kaya barang-barang ball dari luar susah masuknya dan persaingan antar pedagang aja sih," ujarnya, menjelaskan kendala dalam mengimpor pakaian bekas berkualitas. Ia berharap pemerintah dapat memberikan kemudahan bagi para pedagang thrifting untuk mendapatkan barang impor dengan harga yang lebih kompetitif.
Terkait jenis pakaian thrift yang paling diminati, Raihan mengamati bahwa trennya beragam. "Kalau yang saya liat sih kebanyakan remaja sekarang minat di blouse, cardigan itu kalau cewek. Kalau cowok ya paling kaos polo, sama kemeja sih," jelasnya. Melihat tren ini, Raihan optimis dengan masa depan bisnis thrifting di Jakarta Selatan. "Menurut saya malah lebih menguntungkan pedagang seperti saya dan sepertinya akan selalu ada saja peminatnya untuk thrift," ujarnya.
Pasar Senen, dengan deretan toko thrift-nya yang ramai, telah menjadi surga bagi para pemburu barang-barang unik dan bernilai tinggi. Di sini, pembeli tidak hanya mencari harga yang terjangkau, tetapi juga berburu produk-produk yang mencerminkan selera dan gaya pribadi mereka. Setiap orang memiliki kriteria dan keunikan tersendiri dalam memilih barang, membuat Pasar Senen menjadi tempat di mana nilai dan gaya berpadu dalam harmoni yang menarik.
Fathiyyah Jilan Nuralifah (21), seorang pembeli yang ditemui di Pasar Senen Blok III, mendefinisikan thrifting sebagai alternatif belanja pakaian bekas dengan harga murah. "Perbedaannya dengan belanja barang bekas mungkin hanya penyebutannya aja, kata thrifting lebih kekinian," ungkapnya saat diwawancarai langsung pada Kamis (18/07/2024).
Ia mengaku senang berburu pakaian thrifting karena dapat menemukan barang unik yang tidak dijual di toko biasa. Meski demikian, ia mengakui bahwa berbelanja thrifting memiliki tantangan tersendiri. "Tantangannya yang paling utama mungkin para pembeli mau tidak mau harus persiapkan waktu dan tenaga yang cukup untuk siap berkeliling Pasar Senen, karena seperti kita semua tahu, bahwa Pasar Senen merupakan tempat yang luas," ungkap Fathiyyah.
Namun, baginya, daya tarik utama thrifting terletak pada nilai dan gaya unik yang ditawarkan pakaian bekas. "Menurut saya pakaian yang sudah pernah dipakai lebih terlihat kesan vintage-nya, dan itu cocok dengan style fashion saya," tuturnya. Ia menambahkan bahwa thrifting juga menjadi cara untuk mengurangi limbah tekstil dan mendukung gaya hidup berkelanjutan.
Lebih dari sekadar tren, budaya thrift shopping di kalangan remaja Jakarta Selatan menjadi solusi ekonomis dan langkah nyata dalam mendukung gaya hidup berkelanjutan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengurangan limbah dan pemanfaatan kembali barang-barang bekas, budaya ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Selain membantu remaja mendapatkan pakaian stylish dengan harga terjangkau, thrifting juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Pedagang thrifting seperti Muhammad Raihan mendapatkan keuntungan dari meningkatnya minat pembeli, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Di sisi lain, thrifting juga mendorong budaya kreatif dan inovatif di kalangan remaja. Banyak dari mereka yang memanfaatkan pakaian bekas untuk diolah kembali menjadi item baru yang unik dan stylish. Hal ini menunjukkan potensi ekonomi kreatif yang besar dari tren thrifting.
Budaya thrifting di kalangan remaja Jakarta Selatan menunjukkan pergeseran positif. Tren ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, namun juga berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan dan mendorong gaya hidup berkelanjutan. Diharapkan budaya ini dapat terus berkembang dan menginspirasi generasi muda lainnya untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak pilihan mereka.
Penulis: Mutiara Zulfa Lathifah, Mahasiswi semester 2 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan lmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H