Mohon tunggu...
Mutiara Zulfa Lathifah
Mutiara Zulfa Lathifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Retorika dalam Dakwah: Menghindari Dakwah Retorika

26 Juni 2024   08:47 Diperbarui: 26 Juni 2024   08:53 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin Dosen Retorika dan Mutiara Zulfa Lathifah Mahasiswa Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta*

Retorika dakwah digunakan untuk membuat pesan dakwah lebih atraktif, menarik, dan estetis. Faktanya, dakwah memerlukan retorika sebagai seni berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Dakwah tanpa retorika ibarat sayur tanpa garam, kurang berasa.

Selain itu, retorika dakwah bertujuan agar isi ceramah lebih berbobot. Ini karena retorika mengharuskan penggunaan bahasa baku, data, dan riset dalam penyampaian pesan. Ceramah yang berbobot sejalan dengan mad'u yang semakin rasional dan kritis.

Retorika dakwah juga digunakan agar pesan dakwah lebih informatif, persuasif, dan rekreatif. Ketiga tujuan ini merupakan inti dari retorika. Dengan demikian, pesan dakwah seperti akidah, syariah, dan akhlak dapat diterima dan dipahami oleh mad'u karena disajikan dengan cara yang lengkap.

Tak kalah penting, retorika dakwah membantu dai dalam menerapkan pathos, logos, dan ethos dalam dakwahnya. Tiga jenis retorika yang diperkenalkan oleh Aristoteles ini meningkatkan performa dai dan memberikan efek positif pada respons mad'u. Metode dakwah apapun yang digunakan harus mencakup pathos, logos, dan ethos.

Retorika dakwah penting karena mempertimbangkan perkembangan mad'u menjadi mad'u online. Untuk menjangkaunya, retorika memperkenalkan komunikasi nonverbal melalui perangkat digital. Dalam komunikasi nonverbal, dai dapat menggunakan gerakan tubuh dan bahasa tubuh baik secara langsung maupun melalui media digital.

Akhirnya, retorika dakwah dianggap penting karena mempertimbangkan bahwa berdakwah memerlukan tahapan. Dalam retorika, terdapat lima tahapan pidato yang dapat diterapkan dalam dakwah: penemuan (inventio), penyusunan (dispositio), gaya (elocutio), memori (memoria), dan penyampaian (pronuntiatio). Dalam ilmu dakwah, lima tahapan ini disebut teknik dakwah.

Sementara itu, dakwah retorika dipahami sebagai dakwah yang hanya berisi retorika semata. Dakwah ini biasanya didedikasikan untuk tujuan tertentu, seperti prestasi politik, pencapaian ekonomi, dan gengsi sosial, serta seringkali dieksploitasi melalui gaya bicara yang memukau.

Dakwah retorika perlu ditinggalkan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, dakwah adalah amanah yang berasal dari langit. Banyak ayat al-Qur'an dan hadits Nabi yang menjelaskan hal ini. Menjadikan dakwah sebagai retorika semata membuatnya kehilangan ruh.

Kedua, dakwah adalah ibadah ghair mahdhah yang memiliki efek positif bagi manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, siapapun yang berdakwah harus berlandaskan niat yang benar. Dakwah adalah tujuan antara, sedangkan tujuan utamanya adalah meraih ridha Allah yang mendatangkan rahmat-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun