Bagi masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing dengan yang penyakit demam berdarah. Sebuah penyakit menular yang ditularkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Ternyata tingkat kewaspadaan terhadap penyakit demam berdarah sangat minim. Dicatatkan hingga April 2024 jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia mencapai 88.593 kasus, dengan 621 orang meninggal dunia.
Masyarakat dan pemerintah sudah berusaha dalam pencegahan, namun beberapa kendala atau tantangan yang dihadapi saat ini sangat sulit diprediksi. Pemerintah dihadapkan pada tentangan untuk memberdayakan masyarakat melalui infrastruktur, sarana, dan prasarana. Hal tersebut dilakukan mengingat era globalisasi saat ini menuntut pemerintah dan masyarakat selangkah lebih maju untuk mengikuti perkembangan. Bidang fokus yang cenderung pada teknologi dan lapangan kerja bagi masyarakat membuat sebagian fokus pada pemberdayaan melalui kesehatan berkurang. Selain itu, pembangunan lapangan kerja dan pemukiman nagi masyarakat Indonesia juga mempengaruhi peningkatan perkembangan pada nyamuk Aedes aegypti. Banyak tempat konstruksi yang meninggalkan penampungan air dan sudut yang kumuh sehingga menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Dalam bidang komunikasi pencegahan dan pengurangan penyakit demam di Indonesia juga sangat kurang. Informasi data mengenai masyarakat yang terserang demam berdarah tidak dilakukan secara meluas.
Indonesia masuk dalam negara beriklim tropis yaitu negara dengan musim kemarau dan musih hujan. Beberapa peneliti menjelaskan bahwa iklim tersebut berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Tentu cara efektif yang dapat dilakukan tidak akan jauh dari kerjasama baik masyarakat maupun pemerintah, karena semua akan berperan penting dalam pengabdian masyarakat untuk menanggulangi sebuah penyakit menular.
Masyarakat dapat melakukan pencegahan secara mandiri mulai dari kawasan rumah dengan menerapkan 3M yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang. Pertama, menguras dapat dilakukan dengan membersihkan tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi dan ember. Kedua, menutup rapat-rapat tempat penampungan air untuk mencegah nyamuk berkembangbiak ditempat penampungan tersebut. Ketiga, mendaur ulang barang bekas yang bisa diolah kembali menjadi barang industri yang memiliki nilai jual.
Dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang tidak akan terlepas dari campur tangan orang lain di sekitarnya, maka dalam lingkup masyarakat perlu dilakukan pencegahan dan penekanan terhadap penyebaran penyakit demam berdarah. Setiap masyarakat di desa harus menjadwalkan gotong royong untuk membersihkan selokan secara rutin. Tiap rumah di lingkungan masyarakat harus disediakan larvasida yang bisa diatur oleh pemerintah setempat, hal ini bertujuan agar porsi setiap rumah dapat disesuaikan dalam mencampurkan larvasida pada penampungan air dalam rumah masing-masing. Pemerintah juga harus menjadwalkan fogging secara rutin terutama pada masa pancaroba karena perkmebangan nyamuk sangat aktif pada masa krusial seperti itu. Masyarakat dapat memanfaatkan bahan alami seperti tumbuhan yang tidak disukai nyamuk seperti mint,lavender,sereh. Selain tumbuhan, hewan juga dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit demam berdarah seperti ikan. Cara kerja ikan ini dapat dilketakkan pada kolam atau penampungan air yang nanti akan memakan nyamuk di dalam air yang berusaha berkembang biak.
      Kesimpulan saya mengenai tantangan dan pencegahan penyakit demam berdarah di lingkungan masyarakat adalah antara masyarakat dengan masyarakat serta masyarakat dengan pemerintah harus ada kerjasama yang baik. Setiap individu juga harus menyadari pentingnya mencegah penyebaran penyakit demam berdarah mulai dari diri sendiri dan keluarga. Dengan begitu, segala tantangan akan teratasi dengan baik
“KATA KUNCI: Dengue, Efektif, Masyarakat, Pemerintah, Tantangan
DAFTAR PUSTAKA
Jumat. (2020). Mengenal Demam Berdarah Demam Berdarah. Alprin .
Ratnadewi, Christine, M., Manurung, RT, Wargasetia, TL, & Dani. (2019). Pelatihan Pencegahan dan Penanggulangan Demam Berdarah Demam Berdarah. Celebes Abdimas:Jurnal Pengabdian Masyarakat , 1 (1), 36–44.
Soedarto. (2012). DEMAM BERDARAH DEMAM DEMAM DEMAM BERDARAH . sagungseto (Vol.6, hal.243).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H