Julukan yang patut disematkan bagi Biru Laut, Kinan, Sunu, Tama, Gusti, Alex, Daniel, tak luput Sang Penyair. Mereka mahasiswa yang bergejolak dalam balutan jiwa muda, menjadi perwakilan suara rakyat dalam menyerukan keadilan bagi bangsa ini.Â
Membawa latar belakang masing-masing, yang membuat semangat mereka menyala-nyala di tengah terik matahari, menumpahkan seluruh energi, dan mensiasati agar kehidupan mereka dan keluarga tetap aman dalam memperjuangkan suara rakyat.
Tergambarkan ketika mereka rela bersembunyi hanya untuk membaca buku dan karya-karya dari Pak Pramoedya Ananta Toer. Kala itu bagi siapa saja yang ketahuan membaca karya beliau atau yang dianggap 'kiri' (dalam kata lain menyimpang), maka akan ditanggkap oleh apparat.Â
Namun, itu tak menyurutkan Laut dan kawan-kawannya. Mereka mencari markas di Rumah Hantu Seyegan untuk berkumpul, berdiskusi, membuat karya seni, dan menyusun beberapa strategi.
Asmara di Tengah Pelik
Gejolak emosi juga akan dirasakan pembaca mengenai kisah asmara yang terjadi. Apalagi asmara mereka timbul di tengah peliknya kondisi negara Indonesia tahun 1998. Tapi, ini uniknya novel Laut Bercerita, ketika hidup sedang berkubang antara perjuangan dan kejaran intel.Â
Biru Laut dan Anjani menggulirkan kisah mereka melalui seni. Di Rumah Hantu Seyegan, Anjani melukis mural di dinding yang berkondisi runyam, dengan kisah cinta Rama dan Sinta.Â
Tersirat pesan dalam lukisan Anjani, mengisyaratkan tentang penculikkan, dan menjadi symbol atas kritik ideologi patriarki yang masih menyeruak di masyarakat. Biru Laut dan Anjani membakar cinta mereka dengan penuh kasih, seakan memberitahu bahwa kepahitan bisa diredam dengan adanya cinta.
Bagian II juga mempunyai rona romansanya. Asmara Jati dan Alex memadu cinta mereka di tengah trauma yang masih menyayat-nyayat. Penculikan, penyiksaan, dan kehilangan tentu bukanlah hal yang mudah untuk diterima bagi siapa saja. Begitu juga dengan Asmara sekalu adik Biru Laut, dan Alex yang juga merasakan kehilangan.Â
Cinta yang timbul di antara mereka, menyisakan ruang hati yang besar untuk menerima. Asmara dan Alex melanjutkan perjuangan kawan-kawannya yang sudah tidak kembali hingga saat ini.
Relasi cinta ini semakin kompleks karena, tidak hanya dua insan adam dan hawa yang merasakannya. Namun, juga tergambarkan cinta yang dirasakan oleh para sahabat, kakak-adik, orang tua-anak, dan keluarga yang ditinggalkan. Kisah cinta ini mampu menjalar ke emosi pembaca, mereka turut merasakan bagaimana berada diposisi para karakternya.