Pencapaian itu seperti langkah yang menemui makna. Disaat kita menentukan tempat dan arah melangkah, disitulah sebuah keinginan sedang dijalankan dalam hidup. Pencapaian lahir karna suatu usaha yang baik disengaja maupun tidak disengaja. Kadangkala dalam hidup kita pernah menemui sebuah tujuan yang sangat tinggi digapai. Sangkin tingginya, sampai-sampai menguras sebagian besar energi dan usaha.
Tapi, pernahkah kamu menemui suatu pencapaian menarik disela-sela usahamu? Misalkan saat kamu mengejar suatu mimpi yang memerlukan improvisasi usaha diberbagai bidang, namun kamu justru merasa nyaman dan berhasil disalah satunya. Padahal bidang yang kamu temui kan hanya bagian dari alur usaha menuju mimpimu. Lalu apa yang akan kamu lakukan? Maju untuk meraih mimpi, atau berhenti dan menikmati pencapaianmu saat ini.
Hmm.. aku rasa kedua hal tersebut akan menjadi sebuah dilema yang cukup mengganggu angan dan pertimbanganmu. Aku teringat dengan  sebuah istilah dalam kehidupan yang sering sekali diperbincangkan banyak orang, "Tidak ada pencapaian yang tidak memiliki makna". Terdengar seperti suatu kalimat sederhana namun bisa berarti cukup dalam bagi yang merasakannya. Apalagi menyadari seberapa besar potensi dan usaha yang telah dilalui oleh diri sendiri itu bukan hal yang mudah, apalagi setiap manusia memiliki sisi egoisme. Maka sudah jelas kalau kita merasa jalan sedikit saja sudah sangat jauh, padahal kata orang lain tak seberapa.
Waktu telah berlalu begitu cepat, Â masa-masa tersulit telah dapat dilewati hingga sampai pada pijakan ini. Tidak terasa, waktu dan masa yang bermakna telah sampai kepada bulan Ramadhan yang suci dan agung di tahun ini yaitu tahun 2024. Wow! seperti sebuah mimpi yang dibangunkan dengan tergesa-gesa, membuat semua lamunan terhenti dan tersadar. Masih jelas tergambar dalam angan dan imajinasiku, betapa sulitnya melewati masa di tahun-tahun sebelumnya. Rasanya ingin bertanya pada diri sendiri.
"Hei...sejak kapan kau sampai  disisi ini?"
"Apakah sudah usai deritamu? atau habis kekecewaanmu?"
Rasanya ada banyak hal yang ingin ditanyakan tapi bingung bagaimana cara dapat menjawabnya, Â menyadari sampai dititik ini saja seperti melayang tanpa pijakan.Â
Sambil terus menatap langit dan termenung, mulut ini masih saja bingung harus berkata apa?. Entah kapan dan bagaimana aku bisapun aku tak ingat. Tapi jelas kusampaikan dalam hati sembari mengusap dinding jendela kamarku yang masih berbentuk bata merah dan bongkahan adonan semen dan pasir yang telah mengeras,Â
"Terimakasih ya allah, aku tak pernah bermimpi bisa sampai dititik ini, dahulu aku selalu meragukan diriku sendiri dan tidak mempercayai kebesaranmu. Aku takut aku tak mampu menyelesaikan semua cobaan besar ini dan mengecewakan semua keluargaku ( bapak, ibu, dan kedua adikku ). Aku selalu menyalahkan langkahku yang terbang terlalu tinggi hingga menguras perhatian kedua orangtuaku sehingga lalai akan berbagai kewajiban yang memetimbangkan resiko. Begitu banyak hal yang aku sayangkan untuk dilewati dan disesali karena terjadi. Aku seperti orang yang tidak memiliki keyakinan atas keberadaan tuhan. Tapi dititik ini, aku menyadari bahwa engkau tidak akan tega membiarkanku babak belur dengan keadaan didunia ini. aku menyadari bahwa setiap langkah yang diambil meski tak sesuai arah yang diinginkan atau bahkan tanpa tau arah, juga bisa engkau selamatkan. Terimakasih atas semua kekuatan yang telah engkau berikan, terimakasih atas setiap pembelajaran yang telah engkau ajarkan kepadaku dan keluargaku, dan terimakasih atas setiap pencapaian yang berhasil aku genggam. kini aku sangat bersyukur karna telah sampai dititik indah ini. Dimana harapan dan tujuan seakan jelas tergambar didepan mata. meskipun sisi kelam masih sebagian menyelimuti lingkunganku. Aku tak akan takut dan menyerah lagi kali ini, aku akan melawan dan berjuang sampai sinar kebanggan itu muncul dan berbinar dari mata kedua orangtuaku".
Bruuukkk...!Seketika aku terbangun dari lamunan dan bergegas keluar memerika suara sentakan apakah itu.
hmmm ternyata hanya seekor kucing yang hendak memboyong anaknya menuju tempat yang aman dan nyaman. Kukira ada mata yang sedang memperhatikanku dari kejauhan, ternyata hanya aku saja yang ke PD-an.Â
Hari ini hujan turun bahkan sebelum matahari terbit, padahal inikan hari pertama bulan puasa. Apakah tidak apa berada disuasana sendu dan mendayu seperti ini? bisa-bisa hari puasa pertama ini didominasi rasa kantuk dan bermalas-malasan yang besar. ehehhehe apalah aku ini, padahal hujan itukan bagian dari rahmat Allah, mengapa masih saja mengeluh atas nikmat yang diberikan dihari yang berkah ini?.
hmm..baiklah baiklah, sepertinya allah ingin umatnya lebih mudah melewati awal puasa ini dengan suasana yang sejuk dan sendu. Tapi bukan berarti itu akan menjadi satu alasan untuk kita bermalas-masalan, dan tidur sepanjang hari ini berakhir kan? apa yang harus aku lakukan hari ini? apa yang harus aku lakukan agar puasaku menarik dan bermakna.
"Aha, aku menemukan ide"
Sepertinya puasa di hari pertama ini akan kulewati dengan membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan mengerjakan tugas kuliahku yang menumpuk. Bukankan kebersihan adalah sebagian dari iman? Pasti allah akan sangat menyukai jika aku melakukannya. dan yang paling utama adalah aku akan menjalankan dan memenuhi tanggung jawab atas study kuliahku yang sedang dihadapi. Kan itu bagian dari rasa syukur kepada Allah atas hasil dari pencapaian prosesku, meskipun bukan bagian dari mimpi indah yang kuinginkan.
"Baiklah.. baiklah!" Sepertinya sudah saatnya aku bergerak dalam misi hari ini, "Semangaatt!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H