Mohon tunggu...
Mutiara sagala
Mutiara sagala Mohon Tunggu... Guru - Belajar dan Mengajar

Ekspresikan diri dengan menuangkan hasil pemikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Ibu Bagimu?

4 Desember 2020   10:00 Diperbarui: 4 Desember 2020   10:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta kasih Ibu//lifestyle.okezone.com

Jika aku diberikan pertanyaan, siapa Ibu bagimu? Maka seketika alam bawah sadar akan membawaku pada wajah seseorang yang selama ini berusaha mengasuh dengan sepenuh hati, tenaga, dan pikiran untuk memberikan yang terbaik bagiku. Ibu, i berarti idola, b berarti belajar, u berarti usaha. Seorang Ibu pastinya akan mengusahakan yang terbaik demi anaknya, sebaliknya anak akan terus belajar dari sosok pendidik utama itu sehingga menjadikannya idola di dalam hati.  

“Seorang pendidik utama yang mengajarkanku arti kehidupan,” ujarku. Betapa sulit untuk menjelaskan arti penting wanita hebat itu yang sudah mengambil peranan penting di dalam hidupku. Serangkaian kata tidaklah cukup untuk menggambarkan dan mengungkapkan keberadaannya di dunia ini. Wanita hebat itu, kupanggil dengan sebutan Ibu, bukan hanya melahirkan, mengasuh, dan mendidikku, bahkan dia sangatlah berpengaruh terhadap jalan hidupku di kemudian hari.

Membayangkan Ibu sedang tersenyum, melompat, dan berlari menemui Ayah untuk menunjukkan hasil testpack positif kepadanya. Cerita itu mengingatkanku betapa bahagianya Ibu menerima kedatangan dan keberadaanku di dalam rahimnya. Ibu berkata, “Masa itu adalah sebuah keajaiban yang Tuhan anugerahkan untuk bisa menikmati proses indah yang tidak mampu dijelaskan melalui kata-kata.” Hari demi hari, bulan demi bulan, Ibu menikmati masa kehamilan, berbagai perubahan pun terjadi pada tubuhnya dan sejumlah gejala muncul silih berganti. Entah apa yang dirasakan Ibu, pastinya Ibu memiliki cara mengatasi gejala tersebut demi kesehatan bayi mungil yang dikandungnya.

Selama masa itu, aku memikirkan betapa hebat dan tangguhnya dia melewati proses yang cukup lama itu, tepatnya sembilan bulan. Meskipun merasa mual, emosi yang cenderung berubah-ubah, tubuh terasa lelah, tidur tidak nyenyak, bentuk tubuh berubah, merasakan gerakan yang terkadang aku timbulkan, dan masih banyak gejala lainnya. 

Namun, itu semua tidak mengurangi semangat dan rasa senang ketika Ibu dipercayakan untuk mendapatkan buah hati. Apalagi saat Ibu bisa melihat dan mengetahui jenis kelamin sang buah hati melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Selama kehamilan, Ibu sangatlah memerhatikan kesehatan diri dan bayi mungil dalam kandungan. Rutin berolahraga, mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi stress, dan menghindari gaya hidup yang tidak sehat. Tidak hanya itu, Ibu selalu memastikan untuk memeriksakan bayi mungil yang ada dikandungan secara rutin ke dokter.    

Ada kalanya Ibu pasti merasa tertekan karena lelah dengan proses kehamilan dan rasa kekhawatiran terhadap banyak hal yang aku tidak ketahui. Belum lagi perubahan hormon yang terjadi dan membuat perasaan Ibu semakin sensitif. Bagaimana pun juga Ibu tetap memiliki cara dan berusaha membuat perasaan bahagia, lagi-lagi itu hanya untuk membuatku nyaman di dalam rahimnya.

Kenyamanan itu diciptakannya dengan berbincang-bincang bersamaku sambil mengelus-elus perut serta berkata sehat-sehat ya nak. Semua itu dilakukan dengan harapan dapat menjaga kondisiku di dalam rahimnya. Andaikan saja tendangan yang aku timbulkan waktu itu, diartikan sebagai respons terima kasihku kepada Ibu.

Sabtu, 03 Agustus aku dilahirkan ke dunia. Meskipun belum bisa menyaksikan ekspresi wajah seorang Ibu, namun aku membayangkan pada waktu itu bercampur emosi. Ada tangis kebahagiaan dengan memeluk erat buah hati yang didampingi bersama Ayah. Pelukan yang diberikan bertujuan supaya antara aku dan Ibu memiliki ikatan yang erat. 

Dia pun memberikanku nama yaitu Mutiara yang artinya berharga. Bukan hanya sekadar panggilan, melainkan ini adalah harapan dan doa yang diberikan supaya di kemudian hari aku akan menjadi wanita yang berharga bagi orang-orang di sekitar. Pada hari itu, menjadi awal baru lagi bagi Ibu untuk mengasuh, merawat, dan membesarkanku.

Setiap hari, Ibu selalu disibukkan dengan memandikan, mengganti popok, memberi asupan makanan, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Apalagi saat aku menanggis di tengah malam, itu pasti menganggu waktu istirahat Ibu. Meskipun demikian, Ibu tidak pernah mengeluh dan menyerah dengan keadaan. Semua dilakukannya dengan baik dan sepenuh hati untuk buah hatinya. Alangkah bersyukurnya memiliki seorang Ibu yang sangat memerhatikan dan mencurahkan kasih sayangnya kepadaku. Hal inilah yang membuatku nyaman dan terasa aman bersamanya.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, berganti begitu cepat. Aku pun mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Aku bertumbuh menjadi seorang gadis yang rupawan, dengan kulit sawo matang, postur tubuh tinggi, mata bulat hitam, dan rambut lurus panjang. Saat ini, aku berada dalam proses belajar untuk menuju kedewasaan dalam menyikapi kehidupan. 

Proses ini tidaklah mudah, namun Ibu terus mengingatkan dan memberikan nasihatnya kepadaku untuk terus belajar, mengembangkan diri dalam keterampilan, membina hubungan sosial, aktualisasi diri, dan terus berprestasi. Tidak kalah pentingnya, Ibu memberikan pesan untuk lebih mencintai Pencipta, karena Dialah pemilik kehidupan ini. Dengan begitu, supaya kelak, hidupku akan memberi dampak dan membawa perubahan di tengah dunia ini.

Tahapan dari anak-anak, remaja, dan dewasa kujalani dengan sukacita bersama dengan Ayah dan Ibu. Pada waktu lulus SMA, aku diperhadapkan dengan pengambilan keputusan untuk merencanakan kuliah. Pastilah proses merancang masa depan bukanlah hal yang mudah, diperlukan persiapan yang sangat matang dalam menentukan kedepannya akan menjadi apa. Disini, Ibu kembali mengambil peranan penting dalam hidupku. 

Bukan untuk memilihkan masa depanku ataupun memberikan langsung jawabannya, melainkan dia memberikan saran serta nasihatnya yang mujarab sehingga membuatku merasa tenang, tidak tergesa-gesa, dan percaya diri dalam mengambil keputusan. Secara tidak sadar, aku belajar dari seorang Ibu yang tidak memaksakan kehendaknya, memberikan saran dan nasihat yang terbaik berdasarkan pengalaman yang ada, serta menghargai keputusan yang akan kuambil. Begitulah cara Ibu memperkenalkan kehidupan kepadaku.

Ditengah percakapan kami, “Bu, bagaimana jika keputusan yang ku ambil salah atau tidak sesuai dengan ekpektasiku?”, ujarku. Disitu Ibu tidak memposisikan diri untuk menguruiku, melainkan Ibu memberikan penguatan bahwa Ibu akan tetap berada disampingku, meskipun dalam keadaan yang sulit sekalipun. 

Ibu memperkenalkanku betapa sulitnya mengambil keputusan karena banyak hal yang harus dipertimbangkan dan ada risiko yang siap untuk dijalani. Saat itu, Ibu memintaku untuk berjanji belajar dengan sungguh-sungguh, bertumbuh menjadi seorang yang dewasa, dan berespons dengan sikap bijaksana. Kiranya, ajaran, saran, dan nasihat yang diberikan dapat dijadikan proses pembelajaran dan pengalaman hidup yang nantinya juga akan dibagikan bagi orang disekeliling.

Ibu, seorang pendidik utama yang mengajarkanku arti kehidupan. Setiap proses kehidupanku diperhatikannya dengan cara melihat tumbuh kembangku. Saat ini, aku sudah beranjak dewasa tepatnya berumur 24 tahun. Saat diperhadapkan dengan pengambilan keputusan untuk merencanakan kuliah, aku memilih untuk mengambil jurusan pendidikan keguruan. Sampai saat ini, aku tidak menyesal dengan keputusan yang sudah kuambil, meskipun banyak tantangan dan kesulitan yang kualami. 

Tetapi tetap, ada Ibu yang terus menguatkan dan tempat untuk berbagi keluh kesahku. Sekarang, Ibu dapat melihatku menjadi berharga bagi orang disekelilingku, terutama aku juga mengajarkan kepada generasi muda untuk menjadi seseorang yang kuat, tangguh, dan berdampak bagi sesama. Ini semua bukan karena kehebatanku semata, melainkan ada seorang guru yang terus menanamkan nilai-nilai kehidupan serta karakter. 

Jika Ibu melihat aku melenceng dari aturan yang ada, maka Ibu pun tidak segan-segan untuk menegurku dengan memberikan penjelasan atau alasannya. Ini adalah bukti cinta kasihnya kepadaku, supaya nantinya aku bisa jauh lebih baik lagi.

Terima kasih kepada wanita hebat yang kupanggil Ibu, karena engkau aku bisa menjadi seperti sekarang, yaitu seorang guru yang dapat menginspirasi, mengasihi murid-murid, serta mengajarkan kepada mereka makna hidup yang pernah aku dapatkan darimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun