Mohon tunggu...
Mutiara Rosna
Mutiara Rosna Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Melepaskan Bukan Mengikhlaskan

9 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 9 Oktober 2024   07:02 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
googleusercontent.com

1 pesan baru dari Kak Arya

[ Ara, sabtu besok datang ya, acara resepsi kak olan] satu pesan dari kak Arya

[ InsyaaAllah ya kak] balasku untuknya

Terhitung tiga hari dari pesan kak Arya ke hari sabtu, yang merupakan hari resepsi kak olan, kakak pertamanya kak Arya. Waktu yang begitu singkat untuk memikirkan outfit yang akan aku kenakan nantinya. Tidak hanya itu, pikiranku gemuruh riuh tentang kado spesial yang akan aku bawa nantinya. Tiba di hari sabtu, hari acara di rumah kak Arya. Aku berharap tidak ada hal yang membuatku kecewa di hari itu.

 " Maaf ya, karena aku kamu harus berada dikerumunan orang banyak, kamu tampak lelah, jiwa sosial kamu sudah melemah" ucapnya yang memecahkan keheningan sejenak

Ya, aku adalah gadis introvert, dia paham kalau aku tidak suka berada di tempat orang ramai, ditambah saudara kak Arya baru pada datang dan terhitung ramai juga. Setiap kali saudara kak Arya melihat kami, mereka melemparkan pertanyaan yang sama kepada kak Arya.

" Siapa ini? Kapan lagi?" tanya mereka yang berulang kali ditanyakan, walaupun berbeda orang yang menanyakan

" Teman, apanya kapan, calon saja belum ada" jawabnya yang spontan menusuk ke hatiku

Ya, kali ini aku sadar. Aku hanyalah teman yang tidak dianggap lebih oleh kak Arya. Apa guna aku berada di acara ini, aku malu berada dihadapan saudaranya. Rasanya ingin lenyap dari pandangan mereka, kali ini aku hanya bisa tersenyum. Aku menceritakan tentangnya sebagai orang spesial di lingkungan keluargaku, tetapi aku hanya diperkenalkan sebagai teman biasa di lingkungan keluarganya. Tadinya, aku berharap tidak ada hal yang mengecewakan dihari itu, ternyata aku salah, dua kali aku ditampar kekecewaan dalam satu kondisi. Aku bingung dengan posisi ku, aku tidak dianggap spesial olehnya sementara dia spesial dihidupku. Seandainya waktu bisa terulang, akan aku ulang ke era kagum kak Arya terhadapku, agar aku tidak merasakan cinta sepihak ini. Tidak terasa, keindahan senja telah menyelimuti langit sore itu, dan aku harus pamit untuk pulang.

Setelah kejadian itu, kami hening dalam komunikasi, aku yang biasanya berusaha untuk menghubunginya, kali ini tidak ada sedikitpun keinginan dalam benakku untuk menghubunginya. Kenapa aku harus merasakan cinta sepihak ini? Sepertinya aku tidak akan sembuh dengan beribu luka yang ku alami. Tuhan mendewasakan aku melalui kondisi ini. Aku capek untuk jatuh cinta lagi, karena bagiku kak Arya adalah cinta pertama dan terakhir. Haruskah aku menagih janjinya, yang mengatakan kita tidak boleh asing? Tapi ini sudah terlalu asing. Aku seperti odgj, di saat aku menyium parfum yang mirip dengan parfumnya, halusinasiku beraksi. Seakan kak Arya ada di sampingku, ku hirup wangi itu dengan hati yang gembira. Seketika aku ditampar oleh realita, bahwa itu hanya wangi orang lain, bukan sosok kak Arya. Tangisku memecah dalam dekapan hujan yang membasahi, seakan semesta pun ikut merasakan apa yang sedang aku rasakan.

Sakit banget ya, cinta yang tidak terbalas oleh orang yang kita cintai. Ku langitkan do'a untuknya, tetapi do'a saat ini berbeda dari do'a sebelumnya. Sebelumnya aku berdo'a untuk di takdirkan bersama kak Arya. Kali ini aku meminta pada Tuhan 'kalau aku pantas untuk kak Arya, dekatkan dan satukanlah kami Tuhan. Tapi, jika kak Arya memilih wanita lain di hidupnya, maka musnahkan lah dia dari hadapanku, aku tidak ikhlas melihat dia bahagia dengan wanita lain Tuhan. Aku sudah melepaskannya, memberi ruang untuk dia memilih, tapi aku tidak sanggup harus melihat dia bahagia bukan denganku' pintaku dengan mata yang lemah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun